p r a k a t a
SERI DISIDEN #3
A F I R M A S I
DISIDEN; orang yang tidak sepakat pada pendapat seseorang atau kelompok; pemberontak.
AFIRMASI; n penegasan; peneguhan
"Seri Disiden" berisi cerita-cerita yang memuat perspektif lain dari apa yang manusia yakini dengan 'standar masyarakat.'
Extended Summary
Menapaki usia tiga puluh tahun, Bara Langit Hadiwinata merasa butuh untuk mengecek ulang apakah hal-hal yang selama ini dia jalani dan yakini sudah benar atau belum.
Salah satunya, untuk masalah pernikahan.
Sebagai lelaki yang selalu ditolak perempuan karena alasan 'kamu terlalu baik buat aku' atau 'aku lebih nyaman kita temenan aja', Bara merasa butuh pegangan hidup agar senantiasa yakin bahwa ada perempuan baik untuknya kelak. Pernikahan bagi Bara tak semudah menawarkan cincin. Maka ketika ada seseorang yang membuatnya bertanya ulang pada prinsip hidupnya terkait pernikahan, Bara berniat untuk mencari alasannya lebih dulu sebelum siap untuk mencari perempuan yang tepat.
R E Q U I R E M E N T S
Tamat baca cerita saya yang berjudul "Remediasi" sebelum baca cerita ini.
Bagi yang dulu udah baca, kalian mungkin belum baca versi yang udah saya edit, dan bisa mulai dibaca dari chapter 8 (bagi yang sebelumnya udah baca Remediasi).
P R A K A T A
Cerita ini dilatarbelakangi oleh keresahan gue setelah melihat banyak cewek yang... selalu mengharapkan jodoh yang perfect, tetapi lupa untuk memperbaiki diri, jadi cuma fokus menuntut kebahagiaan dari Tuhan aja. Salah satu contohnya bisa kalian lihat dari komen-komen untuk cerita dengan tokoh cowok mapan yang suami-able, yang kebanyakan diisi dengan, "DUH KAPAN SIH GUE MAU PUNYA SUAMI KAYAK GINI YA ALLAH KAPAN GUE DAPETNYA." or something along with that line.
Gue juga ke-trigger sama Kaods (@mongseptember) yang pas kami ngobrol tentang pasangan cowok baik-baik dengan cewek baik-baik yang aktif nan cerdas, dan doi bilang, "Haduh, bener deh ya, cowok baik itu buat cewek baik. Pantesan gue nggak dapet-dapet orang gue aja binal gini." padahal buat gue Kaods itu sangat jauh dari kata binal HAHA. Intinya sih gue merasa, wah Kaods yang humble dan genius aja mikirnya kayak gini, lho. Kok, sebagian cewek di sekitar gue, yang lebih sering menghabiskan waktunya buat mikirin cowok yang dia taksir daripada memikirkan cara mengembangkan diri mereka agar jadi lebih baik, justru merasa diri mereka layak mendapat jodoh yang perfect versi mereka? LOL.
Trus, gue juga rada ke-trigger gitu sama komentarnya @AYUTIEN di chapter 60-an (lupa tepatnya chapter berapa) di webtoon "Spirit Fingers". Isi komen Ayutien itu kurang lebih begini, "Kalau kalian bertanya kapan punya pacar kayak Kijeong (tokoh utama cowok, dia ganteng dan kelakuannya cute banget pas lagi naksir si Wooyeon), sebelumnya coba cek dulu, kalian udah bisa setulus dan sekuat si Wooyeon (tokoh utama cewek) apa belum?"
Boom.
Latar belakang lainnya, karena gue merasa cerita romance bertokoh utama 'cowok dewasa yang sudah kehilangan keperjakan sebelum menikah' itu udah banyak. Dan yang gue tangkep dari cerita demikian, faedah ada tokoh cowok semacam itu adalah, "Nggak semua cowok penganut free sex itu brengsek, ada juga yang bisa menghargai wanita." Dan, menurut gue, emang bener kok ada cowok kayak gitu di dunia. Tapi, gimana yak. Gue bosen HAHA so sorry. Sampai-sampai dulu gue sempat mikir, "Emang salah ya, jadi cowok perjaka yang baik-baik?"
Dan, kalau kata banyak sumber yang gue baca opininya sih, salahnya jadi cowok baik adalah: cowok baik itu munafik dan membosankan. Kalau bad boy kan, mereka bajingan tapi jujur dan apa adanya.
Ah mazazih? Qamu yaqin? Wkwk.
Well, semoga Maz Bar nggak gitu, ya.
Anyway, selain itu, sebenarnya cerita ini mengandung pertanyaan lanjutan dari pertanyaan yang sudah terjawab di Aberasi (Seri Disiden #2) dan Konstruksi (Seri Disiden #1).
Time Set: 2017
Status: Completed
W A R N I N G
narasi banyak
mulai di-post setelah Aberasi tamat.
N O T E S
Komentar yang sopan, bray :)
: moodboard Bara :
: sketch Bara :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top