6 : Refleksi :
6
: r e f l e k s i :
Ponsel yang bergetar akibat chat masuk segera Bara lihat setelah dia duduk di kasur. Chat masuk di grup Raos.
Aksel Hadiraja: Bang, gmn sama Leia?
Aksel Hadiraja: Moduz muluz?
Bara menghela napas membaca chat dari Aksel. Mana tuh anak nge-chat di grup Raos pula, pikirnya, jengah. Dia pun mengetik balasannya.
Bara L. Hadiwinata: Ending-nya to be continue bcs of nyokap.
Aksel Hadiraja: Wkwk Mama ngapain?
Bara L. Hadiwinata: Gue lg ngobrol sama Leia, trus nyokap chat, minta gue cepet2 pulang buat kasih serabi.
Nolan Prasetya: O la la.
Nolan Prasetya: Ternyata mazqu suda pasang target baru ke Leia.
Nolan Prasetya: Ora main2 ya maz, kali ini yg jd target sekelas bidadari.
Nolan Prasetya: Semangat mazqu.
Nolan Prasetya: Kudukung dirimu cllu.
Bara L. Hadiwinata: "cllu"?
Nolan Prasetya: Selalu, Bar.
Nolan Prasetya: Gak gawl nih mazqu. Adeq qecewa maz.
Hizraka Bayuaji: Leia siapa ya?
Nolan Prasetya: Itu temen sekampusnya Aksel, Ka. Dia pernah kerja di Bentala.
Nolan Prasetya: Pas nikahan gue dia dateng kok. Dia barengan sama cewek yg rambutnya dicat abu2.
Hizraka Bayuaji: Oh, yg itu.
Hizraka Bayuaji: Cantik, Bar.
Hizraka Bayuaji: Yakin mau deketin?
Bara L. Hadiwinata: Maksudnya apa, Ka?
Hizraka Bayuaji: Chill. I don't mean to offend you.
Hizraka Bayuaji: Cuma kan lo orangnya pesimis.
Hizraka Bayuaji: Sama cewek yg b aja lo suka gak pede.
Bara L. Hadiwinata: Kagak. Gue cuma realistis itu mah.
Bara L. Hadiwinata: Bukan cuma masalah ceweknya biasa atau luar biasa.
Bara L. Hadiwinata: Biasa aja di mata lo bukan berarti biasa aja di mata gue.
Hizraka Bayuaji: I know.
Hizraka Bayuaji: Sorry if you feel offended.
Hizraka Bayuaji: Cuma ya gimana, Bar. Lo tiap naksir cewek tuh pesimis mulu. Dari yg emg cantik sampai biasa aja juga lo pesimis.
Nolan Prasetya: Nah, eta.
Nolan Prasetya: Menurut gue juga lo tuh pesimis, Bar. Udh ngelewatin batas realistis.
Nolan Prasetya: Bukannya apa2 ya, Bar. Pada suatu titik manusia merasa pesimis itu wajar. Cuma lo itu pesimis mulu masalah cewek.
Nolan Prasetya: Makanya gue kaget lo ngincer Leia.
Bara L. Hadiwinata: Karena dia kayak tuan putri dan gue cuma rakyat jelata?
Nolan Prasetya: Tuh kan lo malah rendah diri.
Nolan Prasetya: Lo gak rakyat jelata juga siah.
Nolan Prasetya: Dokter masa rakyat jelata.
Nolan Prasetya: Badannya qeqar bin gagah kayak Maz Bar masa rakyat jelata.
Bara L. Hadiwinata: Jijik, Lan.
Hizraka Bayuaji: Nah, yg Nolan bilang itu juga maksud gue, Bar.
Hizraka Bayuaji: Lo rendah diri.
Hizraka Bayuaji: You're not as shallow as what you think.
Hizraka Bayuaji: Apa yg udh lo kerjakan hingga berada di titik skrg jelas bukan perjalanan yg mudah.
Hizraka Bayuaji: Appreciate yourself.
Nolan Prasetya: Nah eta, Zraka.
Nolan Prasetya: Bar, you always remind us to respect ourselves.
Nolan Prasetya: Skrg gue minta lo buat menghargai diri lo sendiri.
Nolan Prasetya: You are more than what you may think.
Aksel Hadiraja: Whoa.
Aksel Hadiraja: Wkwk jarang2 liat Abang diceramahin anak2.
Aksel Hadiraja: Diresapi ya abanq shayank.
Bara L. Hadiwinata: Iya dek.
Bara L. Hadiwinata: Thanks though.
Bara L. Hadiwinata: You know, I'm not good at this thing.
Nolan Prasetya: Tapi Leia emg cantiknya bikin gelo siah, Bar.
Nolan Prasetya: Gue paham sih perasaan lo.
Nolan Prasetya: Mungkin kalo gue jd elo, berasa bgt gue sama dia udh beda kasta.
Nolan Prasetya: Gak boong, Bar. Asli Leia cantik banget.
Nolan Prasetya: Keturunan gitu ya Leia?
Bara L. Hadiwinata: Iya. Tp gatau keturunan apa.
Aksel Hadiraja: Bapak Belanda, emak setengah Jepang. Leia org Indonesia blasteran Belanda sama Jepang.
Nolan Prasetya: Sadis.
Nolan Prasetya: Pantes cantiknya bikin gelo.
Aksel Hadiraja: Ucetdah, Lan.
Aksel Hadiraja: Lo ngomong gini gak takut bini lo cemburu apa?
Nolan Prasetya: Gak.
Nolan Prasetya: Dia juga bilang sendiri kalo Leia cantik.
Nolan Prasetya: Gue muji2 cewek yg baru lewat cantik aja dia nyantai. Gak cemburuan.
Aksel Hadiraja: Kok bisa gitu sih? Mantan2 gue kalau gue ngeliat cewek lain agak lama aja, mereka langsung cemburu.
Nolan Prasetya: Haha alay.
Nolan Prasetya: Ya itu berarti mereka nggak percaya sama lo sih, Sel.
Nolan Prasetya: Bini gue mah simpel. Kalau gue muji cewek cantik, emangnya udh berarti gue bakal selingkuhin Kartini demi si cewek yg baru aja gue puji cantik? Yakali dah.
Nolan Prasetya: Dia percaya sama gue. Sama aja kayak gue percaya sama dia walau dia muji cowok lain ganteng atau mapan dan semacamnya.
Aksel Hadiraja: Ugh #RilesyensyipGols bgt deh Mz Nolan dan Mb Kartini.
Nolan Prasetya: Sampah ah si sutet.
Nolan Prasetya: Jd ngelantur. Sori, Bar.
Nolan Prasetya: Ya saran gue sih, lo mulai bangun rasa percaya dirilah.
Nolan Prasetya: Kita di sini dukung kok.
Nolan Prasetya: Gue juga dukung kalau lo mau sama Leia.
Nolan Prasetya: Tapi yg serius.
Nolan Prasetya: Dia baik soalnya, Bar. Gue sama Kartini kadang suka segan gitu karena dia baik banget ke orang2.
Bara L. Hadiwinata: Kaget gue, Lan.
Bara L. Hadiwinata: Bisa nasihatin org juga lo ternyata.
Nolan Prasetya: Dunia ini berputar, men.
Nolan Prasetya: Kadang kita di bwh, kadang di atas.
Nolan Prasetya: Kadang kita dlm posisi menasihati, kadang dinasihati.
Bara L. Hadiwinata: Gausah diterusin, Lan. Gue geli liat lo sok bijak gini.
Hizraka Bayuaji: Bacotannya banyak lagi.
Nolan Prasetya: Ah zetan qalean mz mz sekalian.
Nolan Prasetya: Mahesa ga keliatan btw. Kemane dah tuh anak?
Hizraka Bayuaji: Sibuk, kali. Biasalah.
Bara mengakhiri chat-nya di grup hari itu. Dia meletakkan ponselnya di atas nakas. Tubuhnya dia empas ke kasur dengan pandangan terpaku ke langit-langit bercat putih di kamarnya. Dia baru saja selesai mandi dan makan sepulang jaga pagi.
Satu minggu telah berlalu dari pertemuannya dengan Leia di kedai Toska. Besok, Bara ingin bertemu Leia lagi. Dia hanya bertanya via chat apakah Leia besok ada di kedai atau tidak. Bara mengambil lagi ponselnya dan membuka chat-nya dengan Leia.
Bara L. Hadiwinata: Leia, kamu besok ada di kedai?
Eleiana R. Soebroto: Ada. Kenapa?
Bara L. Hadiwinata: Mau ngobrol.
Bara L. Hadiwinata: Kedaimu buka jam brp?
Eleiana R. Soebroto: Jam 10, Kak.
Bara L. Hadiwinata: Paling saya datang siangan dikit.
Eleiana R. Soebroto: Oke.
Bara menarik napas usai membaca ulang percakapan itu. Dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Haruskah dia terang-terangan berkata bahwa dia mau berdiskusi masalah pernikahan? Tetapi, itu terdengar ambigu sekali. Yang ingin dia tanyakan itu esensi pernikahan, bukan membahas pernikahannya dengan Leia. Kayak gue bakal nikah sama dia aja, batin Bara.
Bara selama ini sadar bahwa ucapan Nolan di chat grup Raos tadi memang benar; dia rendah diri. Dan, ini bukanlah hal yang mudah bagi Bara untuk ditanggulangi. Krisis kepercayaan dirinya sudah dimulai semenjak dia kecil, tertanam dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan buruk. Akar dari permasalahan ini sesungguhnya dimulai adiknya, Aksel. Aksel yang sempurna, tampan, aktif, berotak cemerlang dan menawan. Kombinasi itu jelas sulit untuk dielak orang-orang hingga Aksel selalu jadi bintang di keluarganya.
Menjadi saudara dari Aksel Hadiraja cukup membuatnya tertekan. Meskipun tak ada anggota keluarganya sendiri yang memojokkannya, tetapi tekanan dari luar keluarga selalu datang bergiliran; teman-teman yang mengejeknya, para tetangga yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan Aksel, sampai gadis-gadis yang dia suka berakhir malah menyukai Aksel. Dan, Bara tak bisa menyalahkan siapa-siapa. Mau menyalahkan Tuhan, jelas dia salah tempat, sebab dia tidak dilahirkan dalam kondisi yang seketika langsung bertubuh gendut dan berkulit hitam. Dia juga tak bisa menyalahkan Tuhan karena kecerdasannya tak seperti Aksel yang cepat menangkap suatu materi. Mungkin Bara bukan genius, tetapi dia bisa lebih giat belajar jika ingin pandai, jadi Tuhan jelas tak bisa disalahkan. Tetangganya juga tak bisa disalahkan, karena sudah jadi standar masyarakat untuk menilai anak-anak cerdas hanya dari seberapa cepat dia menangkap materi. Teman-temannya juga tak bisa disalahkan karena mereka juga terjebak standar masyarakat yang kebanyakan menilai seseorang hanya dari fisik dan kecerdasan akademis. Gadis-gadis yang dia sukai juga tidak bisa disalahkan karena mereka pun turut terjebak dalam standar masyarakat yang mendewakan sosok pasangan tampan, mapan nan cerdas untuk perempuan. Bahkan, standar masyarakat itu sendiri juga tidak bisa dia salahkan sebab memang sudah seperti itulah standar yang terbentuk bertahun-tahun. Dan, Bara tahu dia punya pilihan untuk memiliki standar yang sama seperti standar masyarakat kebanyakan atau tidak.
Bara saat dulu sempat berpikir untuk menyalahkan diri sendiri, tetapi rasanya tidak tepat juga. Dia tidak menyesal selalu memakan masakan ibunya yang tersisa agar tidak mubadzir. Dia juga tidak menyesal membantu ibunya membawakan barang untuk usaha ayahnya ke sana kemari di tengah cuaca terik hingga membuat kulitnya menggelap. Semua itu terbayar setelah melihat wajah puas ibunya karena masakannya habis. Semua terbayar karena kini, usaha ayahnya telah meraksasa hingga memiliki perusahaan besar yang produknya diekspor ke mancanegara. Walaupun Aksel yang akhirnya dipercaya untuk menggantikan posisi Hardana sebagai Direktur Utama PT. Bentala Hadi Nusantara suatu saat nanti, Bara tak mempermasalahkannya. Aksel memang cemerlang dalam bidang usaha. Dia bisa jadi CEO yang baik, Bara yakin.
Bara sendiri juga yang akhirnya memilih untuk jadi dokter. Dia juga tak menyesali pilihannya ini. Selalu dia kenang ucapan ibunya saat dia menolak tawaran untuk bekerja di perusahaan ayahnya. Kala itu, Rima hanya berkata, "Kalaupun misal penghasilan yang kamu dapat nggak seberapa, Mama nggak masalah. Yang penting kamu ngelakuinnya dengan ikhlas ya, nak. Semoga hal-hal baik yang kamu lakukan bisa jadi tabungan amal buat Mama dan Papa di akhirat kelak."
Ada rasa sesak campur haru yang mendadak menghampiri hati Bara. Nolan memang benar. Barangkali, dia memang perlu lebih mengapresiasi dirinya atas segala hal yang telah dia lakukan hingga mencapai titik ini. Masih banyak hal-hal yang perlu dia pelajari. Dan salah satunya adalah nilai-nilai hidup, sebagai individu dan kelak sebagai kepala keluarga.
Membangun keluarga jelas bukan hal mudah. Bara berdoa semoga saja dia bisa menjadi kepala keluarga yang baik.
[ ].
A/N
Mungkin ada dr kalian yg nanya, "Kenapa Leia sama Bara lagi? Bukannya mereka udah over di Remediasi?"
The answer is simple: Bara dan Leia layak mendapatkan satu sama lain. Sure, I can create another female character for Bara. Tapi, gue merasa kayak nggak ada cewek yang layak dan cocok mendampingi Bara selain Leia gitu.
I've read many romance stories. Dan sebagian besar di antaranya bagi gue, tokoh ceweknya itu b aja, nggak ada yang bener2 spesial. Jarang ada tokoh cewek di cerita romance yg bikin gue merasa "oh ya dia memang layak mendampingi cowok x yg almost perfect". Sumpah, kebanyakan cerita romance itu tokoh utama ceweknya b aja (bahkan di beberapa cerita itu cenderung bego sih, sorry for not feeling sorry) dan buat gue, cerita romance kayak gitu keliatan banget ngayal babunya bro. Ini penulisnya ngarep cewek biasa aja (gue definisikan "cewek biasa" ini sebagai cewek yg nggak mau berusaha cari tau kelebihan2 apa aja dr dirinya dan hanya fokus menyudutkan diri sendiri atas betapa "biasa" dirinya itu) dicintai gila2an sama cogan pintar populer kaya raya? Kualitas apa sih njir yg dipunya si tokoh cewek ini? Duh, c'mon. Ada apa dengan pernyataan "perempuan baik untuk lelaki baik"? Itu gue baca di kitab, so itu emang janji Tuhan. Jadi, ini yg nulis cerita ngayal babu mau mengingkari pernyataan Tuhan apa gimana?
That's why gue selalu berusaha bikin tokoh cewek buat karakter2 cowok juga setara sama si cowok, punya nilai2 yg bisa dipelajari dan diteladani, bukan sekadar cantik atau pinter doang. Mulai dari Varsha di Nona Teh dan Tuan Kopi, Satya, Kartini, Leia, Kintan, Virga (lo mungkin bakal paham setelah baca NTdTK sampai tamat) dan mungkin tokoh cewek lain yg gue buat ke depannya, semua punya kelebihan yg menurut gue bisa membuat mereka layak mendapatkan laki-laki yg berakhlak baik. Lo mau cowok millionaire pekerja keras dengan loyalitas bukan main kayak si Nolan? Udah bisa sesabar dan secerdas Kartini belom? Lo mau cowok bule Direktur Operasional perusahaan besar yang kaku dan bisa berubah konyol ketika jatuh cinta sama lo kayak Regen? Udah sehebat, secerdas, dan setegar Varsha belom? Lo mau cowok arsitek mapan yg ga ada basa basi, mudah disogok makanan, tapi punya sisi romantisme tersendiri kayak Zraka? Udah jadi cewek jago masak seunyu, secerdas, dan se-passionate Satya belom? Mau cowok dokter yang kritis dan family man kayak Bara? Udah jadi cewek seikhlas Leia belom? Leia itu nilai plus plus karena dia cantiknya bikin gelo dan emg cerdas.
Gue emang sengaja bikin tokoh-tokoh begitu karena ya... hukumnya emang berjalan bro. Lelaki baik untuk perempuan baik dan sebaliknya itu berjalan. Makanya, gue bikin epigraph Afirmasi mirip-mirip sama apa yang udah disampaikan Leia di Remediasi. Gue ulangi terus biar kalau kalian lagi halu dan minta diberi kebahagiaan oleh Tuhan, kalian selau ingat untuk bertanya: apa saya sudah layak diberi kebahagiaan?
Yauda gitu aja. Sori a/n panjang soalnya gue gatel gelo sama tokoh cewek yang bego dan cerita halu tanpa pijakan. Gue gak nyalahin kalau lo suka halu. Halu2 itu menyenangkan asal tau pijakan. Sayangnya kan, banyak yg lupa sama "pijakan" itu jadinya yah... you know lah :))))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top