9. Wedding
Yang hari ini puasa nggak boleh maki2 Reza dan Indhira yaaa 😂😜
Happy reading
"Saya terima nikahnya Saudari Aline binti Handoyo dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar tunai."
Reza mengucapkan satu kalimat panjang tersebut dalam satu tarikan napas yang sama dengan sangat lancar, membuat semua tamu dan wali berdecak kagum. Sementara Aline tersenyum sipu penuh kebahagiaan. Dia sudah resmi menjadi istri Reza yang sah.
Para tamu undangan bertepuk tangan dan bersorak memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai sementara baik Reza maupun Aline memberikan senyuman kepada para tamu sebagai ucapan terima kasih.
Indhira duduk di salah satu kursi bersama para tamu undangan lainnya. Untuk acara ijab kabul ini, Indhira hanya sesekali membantu Aline saat dia membutuhkan bantuan seperti menyeka keringatnya, merapikan gaunnya, ataupun memberikannya minuman saat dia haus. Indhira belum berdandan maupun mengenakan gaun yang disewakan oleh Aline untuknya. Dia baru akan mengenakannya saat resepsi nanti malam.
Selama sepersekian detik, Indhira yakin matanya bertemu dengan lelaki yang saat ini sudah mengucapkan janji suci untuk wanita cantik di sisinya. Dan matanya memandang tajam seolah menyampaikan sesuatu yang tidak Indhira pahami.
Sementara Reza mulai nampak menikmati mengawasi Indhira yang terlihat cantik dengan gaun midi turtleneck berlengan panjang yang dikenakannya. Rambut hitam yang disanggul naik memperlihatkan tengkuk mungilnya membuat Reza bergairah ingin mencicipinya. Apalagi rambut Indhira berantakan karena sedari tadi gadis itu terlihat sibuk membantu calon istrinya, ralat istrinya, yang sedang berimajinasi menjadi ratu sehari. Padahal seharusnya cuma dia yang boleh membuat Indhira berantakan. Dan Reza semakin naik membayangkannya.
Dia memaki acara yang masih akan berlangsung sangat panjang ini. Karena setelah ini mereka masih akan melaksanakan resepsi lagi hingga malam hari.
Indhira harus menemaninya sebelum resepsi dimulai karena dia mulai merasa bosan dengan acara tidak bermakna dan bertele-tele ini. Dia harus mendapatkan kesempatan memasuki Indhira sebelum acara sialan ini berlanjut lagi.
***
Indhira sangat menyukai gaun yang dikenakannya. Seumur hidupnya, baru kali ini Indhira mendapatkan kesempatan mengenakan pakaian secantik ini.
Walau Adisty mengatakan Aline memesankan gaun berwarna pucat untuknya supaya Aline terlihat lebih menonjol dibandingkan dirinya yang hanya pengiring pengantin, namun menurut Indhira gaunnya tetap sangat cantik. Dan lagipula, dia memang hanya pengiring pengantin. Dan dia cukup puas untuk bisa mengenakan gaun pengiring pengantin ini. Mungkin setelah ini dia tidak akan pernah mendapatkan kesempatan yang sama lagi.
Indhira sudah mengganti dress yang digunakannya pada acara ijab kabul siang tadi dengan gaun yang sudah disewakan Aline untuknya.
Gaun midi berbentuk A-line berwarna peach muda pucat dengan tali spageti menggantung di kedua pundaknya. Gaun tersebut memang cukup terbuka untuk menampilkan punggung dan belahan dadanya, walau menurut Indhira tidak terlalu berlebihan karena bentuk tubuhnya sendiri tidak akan membuat gaun itu nampak seksi jika dikenakannya.
"Indhi, bantuin aku dong. Ini kenapa ada noda di gaun aku sih?" keluh Aline sambil melihat jijik ke arah gaun putih cantiknya yang terkena tumpahan teh di bagian bawahnya.
Indhira buru-buru mengambil tisu basah yang memang sudah disediakannya sambil kemudian berjongkok dan berusaha menghilangkan noda itu.
"Nggak bisa hilang semuanya, Mbak. Tapi harusnya udah nggak terlalu kelihatan kok." Kata Indhira masih menekan-nekan kain putih tersebut dengan tisu basah di tangannya.
"Siapa sih yang minum teh tumpah sembarangan gitu?" gerutu Aline kesal. Dia benci dengan semua yang mengganggu acaranya yang sempurna hari ini.
Dia sudah mengusahakan segalanya untuk kesempurnaan acara hari ini, dan dia tidak akan membiarkan setitik nodapun mengganggunya.
"Untung ada kamu yang bantuin aku hari ini, Dhi. Aku nggak tahu seberapa stressnya aku kalau harus menghadapi hari ini sendirian." kata Aline kepada Indhira yang masih sibuk merapikan gaunnya.
"Jangan dibawah stress, Mbak. Acaranya hari ini sukses kok. Mbak Aline harus lebih rileks, kan ijab kabulnya udah selesai. Tinggal resepsinya aja." kata Indhira menghibur.
"Malah karena itu aku makin stress, Dhi. Resepsinya lebih penting buat aku. Nanti kan ada acara wedding toast, wedding kiss, dan first dance aku sama Reza. Aku harus tetap tampil sempurna nanti malam. Jangan sampai aku bikin kesalahan." kata Aline ngeri membayangkan dirinya yang melakukan kecerobohan dan akan membuatnya menjadi pemandangan yang buruk.
Indhira menaikkan alisnya bingung walau dia tidak berkomentar apa-apa. Satu-satunya alasan yang membuat Indhira menyesali keputusan untuk menjadi nomor dua dan tidak dinikahi oleh lelaki yang disayanginya itu adalah karena dia tidak bisa mendengar Reza mengucapkan ijab kabul serta namanya sendiri dari mulut lelaki itu. Indhira bahkan rela pernikahannya diadakan tanpa resepsi sama sekali apabila suatu saat lelaki itu meminangnya. Namun sepertinya Aline memiliki pendapat yang berbeda dengannya.
***
Tepuk tangan meriah menggema dari seluruh tamu undangan yang jumlahnya lebih dari seribu orang.
Indhira sering melupakan fakta ini, namun keadaan seperti hari ini mengingatkannya kembali. Reza memang putra dari orang ternama di negaranya. Hal tersebut terlihat dari tamu undangan berkelas yang hadir di acara pernikahannya.
Indhira berdiri di barisan terdepan, dia baru saja merapikan gaun Aline agar tetap jatuh dengan indah sebelum salah satu acara penting bagi Aline berlangsung. Wedding kiss.
Indhira menjadi yang paling depan menyaksikan ciuman pernikahan Reza dan Aline. Ini bukan pertama kalinya Indhira menyaksikan Reza berciuman dengan perempuan lain. Namun ini pertama kali dia menyaksikan ciuman lelaki itu dan dirinya lah yang berstatus 'perempuan lain'. Karena kini Reza sedang berciuman dengan istrinya.
Dan mau tidak mau Indhira menyadari, kini Reza sudah menjadi milik wanita lain. Lelaki itu akan tidur dengan perempuan lain malam ini, dan bukan dirinya. Dan Indhira berusaha menyaksikannya tanpa merasa terluka. Karena ini semua baru permulaan, dan setelah ini akan lebih banyak lagi luka yang harus dirasakannya kalau dia tidak berniat pergi dari sisi Reza.
Acara berlanjut ke first dance keduanya dan kemudian dilanjutkan dengan mingle pasangan itu untuk mengunjungi setiap tamu yang sudah hadir. Indhira masih mengekori Aline dan setia membantunya.
Indhira baru menjauh dari kedua pasangan tersebut setelah acara photo mempelai pengantin dengan sahabat dan keluarga, sebelum acara berakhir dan dilanjutkan dengan after party.
Indhira sudah bisa duduk dengan tenang saat ini. Kakinya memang terasa pegal karena sejak tadi dia harus mengenakan heels sambil mengikuti kemanapun sang pengantin berjalan. Tidak ada yang mempedulikan kehadirannya di sana.
Indhira berada di sudut ruangan yang sepi sambil mengawasi tempat acara yang sebelumnya panggung bagi pengantin kini berubah menjadi tempat untuk DJ memainkan musiknya.
Tamu-tamu orang tua sudah mulai pulang dan menghilang, dan kini Indhira hanya melihat anak-anak muda yang diyakininya sebagai sahabat Aline berkumpul di tengah ruangan. Ruangan yang sebelumnya terang mulai meredup.
Indhira terlalu sibuk mengamati hingga tidak menyadari seseorang menghampirinya.
"Mas Reza?" Kata Indhira bingung melihat Reza yang sudah berdiri di hadapannya. Dia mencoba mencari-cari Aline yang ternyata masih berada di tengah-tengah ruangan dengan sahabat-sahabatnya.
"Mana handphone kamu?" Tanya Reza dengan nada dingin dan datar. Tidak ada segarispun senyum muncul di bibirnya.
Dan Indhira tahu ada yang salah di sana.
Indhira spontan berdiri dari kursinya. "Handphone aku di tas, Mas. Aku nggak bawa dari tadi." Akunya.
"Aku kasih kamu jadi bridesmaid supaya kamu tetap dekat aku, Indhira. Bukan jadi pembantunya Aline. Aku chat kamu dari tadi." Katanya menahan geram.
"Maaf, Mas. Handphone aku ketinggalan di tas." Kata Indhira menahan getar di suaranya. Dia tahu Reza marah dan dia takut.
"Dan baju pelacur apa yang kamu pakai ini?" Kata Reza lagi dengan nada sama dinginnya sambil menggerakan kedua bola matanya memperhatikan Indhira dari atas ke bawah. "Kamu mau pamerin badan kamu ke lelaki mana, hah?"
Reza mencengkram pergelangan tangan Indhira keras, melampiaskan semua kemarahannya di sana. Dia benci dan marah membayangkan lelaki lain memperhatikan tubuh Indhira yang terpampang karena gaun minim kain sialan itu.
Dan yang paling membuatnya benci adalah dia membiarkan kulit mulus Indhira yang terlihat. Sepertinya sudah seminggu belakangan ini dia lupa memberikan tanda kepemilikannya ke tubuh gadis itu. Atau Indhira yang memang sengaja menghindar setiap kali Reza hendak membuat bekas ciuman di tubuhnya seminggu belakangan ini. Dan tidak menyadari hal tersebut membuat Reza semakin geram. Dia merasa tertipu.
Indhira hanya meringis menahan sakit di pergelangan tangannya walau dia tidak berani melawan sama sekali.
"Ke kamar, Indhira." Kata Reza dengan suara datar menahan geram.
"Kamar?" Indhira terlihat bingung dan takut. Mereka kini berada di hotel dan Indhira tidak ada rencana untuk menginap malam ini. Dia tidak paham kamar mana yang dimaksud Reza.
"Ke kamar aku. Sekarang." Perintahnya.
"Tapi," kata Indhira tergugup, "Malam ini Mas Reza tidur sama Mbak Aline." Kata Indhira berusaha menyelamatkan dirinya.
"Karena kamu pikir aku akan tidur sama Aline, kamu bebas pamerin badan kamu dan menjajakan diri ke lelaki lain? Jangan harap, Indhira! Malam ini kamu akan dihukum karena pemikiran liar kamu itu!"
Indhira menggeleng. Jelas sekali dia tidak pernah berpikiran seperti apa yang dituduhkan lelaki itu kepadanya. Bahkan malam ini dia hanya berencana kembali ke apartemen lelaki itu dan menunggunya pulang besok setelah malam pertamanya dengan Aline. Walau dia tidak yakin lelaki itu akan kembali ke apartemennya lagi setelah statusnya sebagai suami Aline.
Namun Indhira tidak berani membela dirinya lebih dari ini. Sudah cukup lama Reza tidak menunjukkan kemarahannya seperti sekarang, dan Indhira merasa takut. Dan semua ini terjadi hanya karena keinginannya mengenakan gaun yang cantik sekali seumur hidupnya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top