22. Keluarga Bahagia
Liora bisa melihat kecurigaan di mana Daniel yang membuatnya kesal. Tetapi … “Kenapa kau ada di sini? Bukankah ..”
“Kau terkejut aku pulang lebih awal?” Bibir Daniel menipis dengan tatapan menajam kea rah Liora. Suara setipis angin, tetapi bisa di tangkap oleh telinga wanita itu.
Liora segera menutup mulutnya. Ya, tentu saja ia terkejut. Seharusnya Daniel pulang masih empat hari lagi. Atau bahkan lebih lama lagi, kan?
Daniel mendengus pelan. Mendekat ke depan LIora dan memasang senyum selebar mungkin untuk Xiu dengan kedua tangan menawarkan untuk menggendong. “Hai, putri kecil papa.”
Xiu langsung menangkap uliran tangan Daniel. Bahkan hingga tertawa dengan kemunculan sang papa. Daniel pun menghujani wajah mungkin itu dengan ciuman, yang membuat Xiu semakin tergelak.
“Kami harus pergi, Daniel. Jenna menunggu di bawah.” Liora berusaha menyela interaksi papa dan putri yang membuatnya cemburu tersebut. Kedua tangannya memegang lengan Xiu, tapi Daniel tak berniat memberikan sang putri pada Liora. Bahkan membawa Xiu semakin tenggelam dalam pelukannya.
“Mau ke mana kalian?”
“Hanya berjalan-jalan.”
Daniel mengangguk singkat. “Oke.”
“Apa maksudmu oke?”
Tanpa menjawab, Daniel berbalik dan keluar melewati pintu apartemen.
“Daniel, ka baru datang dari perjalanan. Kau pasti butuh istirahat.” Liora berusaha tetap mempertahankan ketenangan dalam suaranya meski hatinya mulai kesal. Ia tak mungkin marah-marah atau meninggikan suaranya di depan Xiu.
Daniel berhenti di depan lift dan menekan tombol buka. Menunggu sejenak sebelum melangkah masuk lebih dulu. Menyusul Liora dan pengasuh Xiu, Renata.
“Ya, begitu melihat wajah xiu, semua rasa lelahku sudah terbayarkan.” Daniel menjawab tanpa sedikit pun mengalihkan wajah dari Xiu yang kedua tangannya memainkan wajah Daniel.
Liora terdiam. Hanya bisa mengamati keriangan Xiu ketika bercanda dengan Daniel. Lift sampai di lantai satu, Liora pikir Daniel hanya akan mengantarnya sampai di mobil Jenna, tetapi pria itu mengambil tas bepergian dari tangan Renata dan malah menyuruh wanita muda itu kembali ke apartemen.
Jenna yang menunggu di samping mobil, mengambil Xiu dari Daniel dan pria itu menyimpan tas di bagasi.
“Kenapa? Kau keberatan aku ikut?” Daniel segera menangkap sinyal penolakan di wajah Liora. “Kau bisa pergi, Liora. Tapi kau tahu …”
“Mengancam, apakah hanya itu satu-satunya hal yang sangat kau kuasai dengan baik?” Liora melangkah naik ke dalam mobil lebih dulu. Menyusul Jenna yang sudah memangku Xiu dan Axel. Sementara Jerome duduk di balik kemudi dengan baby Alexa di pangkuan pria itu. Setelah Liora masuk, barulah wanita itu mengambil alih Alexa dan mendudukkannya di baby car seat di belakang. Selanjutnya Axel dan Xiu.
Daniel membuka pintu depan dan duduk di kursi penumpang. “Kenapa? Apa aku tak boleh menikmati kebahagiaan keluargaku sendiri?” ucapnya membalas tatapan sinis Jerome.
“Kau terlalu serakah, Daniel. Seingatku kau seharusnya masih bersenang-senang dengan istrimu, kan?”
“Istriku dua, sepupu. Aku harus adil, kan?”
Jerome mendengus. Mulai menengok ke belakang untuk memastikan Jenna dan Liora juga si kembar dan Xiu mendapatkan posisi yang nyaman. Lalu menyalakan mesin mobil dan mulai melajukan mobil menuju kepadatan lalu lintas.
Sepanjang perjalanan, tidak ada di antara keempatnya yang saling bicara. Keberadaan Daniel tentu saja sebagai alasannya. Hanya celoteh dari di kembar dan Xiulah yang memenuhi mobil. Membuat Jenna dan Liora sibuk mengurus ketiga bayi tersebut.
Setelah satu jam perjalanan, mobil sampai di sebuah resort mewah dengan pantai pribadi. Bahkan sudah disedaikan area bermain untuk anak-anak. Begitu sampai, Liora dan Jenna membawa ketiga bayi mereka bermain air. Sementara Jerome yang baru mendapatkan panggilan penting, hanya duduk di kursi, mengamati canda tawa tersebut dari kejauhan.
“Kita terlihat seperti keluarga bahagia,” gumam Daniel mengambil tempat duduk di samping Jerome.
Jerome mendengus. “Kami, ya. Tidak termasuk kau. Kau tak masuk bagian.”
Daniel terkekeh. “Bukan begitu cara bersikap yang baik pada kakak ipar, Jerome. Sekarang aku suami Liora. Kakak dari istrimu.”
“Tak ada apa pun dalam pernikahan kalian. Kita semua tahu itu, Daniel. Jangan membuatku tertawa dengan kenaifanmu. Aku tak pernah ikut campur hubunganmu dan Liora, setidaknya setelah pertunangan kami selesai. Tapi … jangan berharap terlalu banyak pada Liora. Kau tahu, Liora jelas lebih keras kepala dibandingkan istriku. Lebih sulit menyentuh hati wanita itu. Terutama seorang berengsek sepertimu.”
Lagi, kekehan Daniel lebih bebas. “Ada alasan juga dia jatuh ke pelukanku ketika masih bertunangan denganmu, kan?”
“Ya, tentu saja. Aku memahami dirinya yang merasa kesepian karena kesibukanku. Tapi … kau jelas tak lebih berarti daripada aku di hatinya, kan? Apa pun alasannya.”
Senyum di wajah Daniel membeku. Tetapi ia tetap menguasai raut wajahnya dengan baik dan masih dengan suara yang penuh ketenangan. Ya, saat ia menawarkan untuk membongkar perselingkuhan mereka, Liora jelas menentang keras keputusan tersebut dan harus menghentikan perselingkuhan mereka. Itulah yang membuatnya meninggalkan pakaian dalamnya di kamar Liora. Tahu dengan pasti pagi itu Jerome akan datang ke apartemen Liora setelah mendapatkan pesan singkat darinya.
“Kau sengaja membongkarnya, karena kau merasa gugup Liora akan menghentikan hubungan gelap kalian. Akuilah Daniel, kau sudah jatuh terlalu dalam padanya. Bahkan aku yakin dengan pasti, tujuanmu kembali ke negara ini juga karena Liora.”
Kata-kata Jerome membuat Daniel tak berkata-kata lagi. Keduanya saling pandang dalam ketegangan. Sampai kemudian dipecahkan oleh suara Xiu.
“Papa. Papa. Papa.” Dengan kaki kecilnya, Xiu melangkah mendekati kedua pria itu. Tubuhnya terkadang oleng ke depan, tetapi bisa menyeimbangkan tubuh dengan baik.
Kedua pria itu menoleh. Dan Daniel bisa merasakan senyum Jerome yang semakin mengembang karena panggilan yang diucapkan mulut kecil putrinya bukan kepadanya. Melainkan pada Jerome.
Raut dingin Jerome kepada Daniel seketika berubah menjadi senyum lembut yang dipenuhi kehangatan. Sepupunya itu bangkit berdiri dan melebarkan kedua lengan untuk menangkap tubuh mungil Xiu. “Hai putri kecilnya papa.” Jerome mendaratkan ciuman di pipi kanan dan kiri Xiu. Kemudian membawa baby Xiu bergabung bersama Jenna yang masih menunggu si kembar sementara Liora melangkah ke dalam.
Wajah Daniel hanya mengeras, tentu saja tidak rela putrinya memanggil Jerome dengan sebutan papa. Lebih dekat dan mengenal Jerome. Xiu memang mulai mengenali wajahnya dan akrab dengannya. Tapi tetap saja hanya dirinya yang berhak dipanggil papa. Bocah mungil itu aja memanggil Jenna dan Liora dengan sebutan mama. Orang lain berpikir panggilan itu karena wajah Liora yang mirip dengan Jenna sehingga ketiga bayi itu sulit membedakan. Tetapi memang ada alasan Xiu harus memanggil Liora dengan sebutan mama.
“Kau jelas lebih menikmati kedekatan Xiu dengan Jerome dibandingkan denganku, kan?” dengus Daniel menangkap senyum di bibir Liora ketika melihat Xiu yang tampak riang berada dalam gendongan Jerome. Berbanding terbalik setiap kali Xiu berada dalam gendongannya.
Senyum Liora seketika membeku. Menoleh ke arah Daniel dan menjawab, “Aku tak tahu apa yang kaukatakan, Daniel.”
Tatapan Daniel menajam dan Liora segera memalingkan muka. Bergegas melangkah ke dalam. Daniel melompat berdiri, menyusul wanita itu dan berhasil menangkap pergelangan tangan Liora. Kemudian mendorong tubuh sang istri ke dinding. Ya, apa pun alasan di balik pernikahan mereka bagi Liora, wanita itu adalah istrinya. Istri sahnya. Dan ia berhak melakukan apa pun pada Liora.
“Apa yang kau lakukan, Daniel?” desis Liora berusaha mendorong tubuh Daniel menjauh darinya. Jarak pria itu terlalu dekat, membuatnya merasa sangat tak nyaman. Terutama dengan wajah Daniel yang bergerak semakin dekat. Sangat dekat hingga hembusan napas pria itu menerpa wajahnya dan membuatnya menahan napas.
“Setelah semua yang kulakukan untukmu, kau masih saja bersikap egois, Liora. Jangan menguji kesabaranku lagi.”
“Apa maksudmu?”
“Kau tak menyukai kehadiranku di hidup Xiu, kan?”
Liora tak menyangkal, tetapi tak mengatakan apa pun. Ia pikir Daniel pun sudah bisa membaca jawaban dari kedua matanya. “Apakah ada alasan aku harus menerima kehadiranmu di hidup kami?”
Wajah Daniel semakin mengeras. Mendorong tubuh Liora semakin terhimpit ke dinding. “Terlalu rumit jika kita membahas apa yang ada di belakang kita yang seperti benang kusut. Aku tak akan memindai satu persatu helaiannya dan meluruskannya padamu.”
“Itu tak akan mengubah apa pun.”
“Ya, aku tahu. Itulah sebabnya kau hanya perlu membuangnya ke tempat sampah. Bersama kebencian dan kemarahanmu.”
“Aku sudah membuangnya, Daniel. Tapi sakit hati yang kau goreskan padaku terlalu dalam atas pengkhianatanmu. Maafkan aku jika begitu sulit mengabaikannya. Apalagi tak bisa menghilangkannya dari hatiku. Namun itu semua tidak ada hubungannya denganmu. Itu hanya pengingat, sebagai kesalahan terbesar yang pernah kulakukan di hidupku, agar aku tak mengulangi kebodohan itu dan jatuh kembali ke lubang yang sama.”
“Aku tak pernah mengkhianatimu. Jika kau bersikap seperti ini karena kata-kata Carissa …”
“Sekali lagi, penjelasanmu tak akan mengubah apa pun, Daniel,” tegas Liora memenggal kalimat Daniel. Tajam dan dingin. Menunjukkan bahwa tak butuh mendengarkan apa pun. Pengkhianatan Daniel terlalu banyak sehingga akan terlalu mudah jika diluruskan sekarang. Sudah terlambat. Hidupnya sudah hancur, tak ada yang bisa diperbaiki dari sana.
Dan yang lebih membuatnya muak, mengungkit tentang Carissa dalam hubungan mereka seolah kembali mengorek luka yang tak pernah sembuh di dadanya. Ingatan ketika Carissa keluar dari kamarnya dan Daniel kembali terputar di benaknya. Perutnya mendadak mual ketika membayangkan Daniel yang meniduri Carissa di ranjang mereka. Dan emosi kembali bergejolak di dadanya, membuatnya mendorong dada Daniel lebih kuat.
Kali ini Daniel tak lagi menahannya. Kekecewaan dan luka hati yang tertampil di wajah Liora begitu dalam hingga membuatnya merasa tak berdaya. Membiarkan Liora mendorong tubuhnya menjauh dan setengah berlari menuju kamar yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.
Sedalam itukah luka yang sudah ia hujamkan pada Liora?
Pertanyaan itu benar-benar membuatnya kembali dipenuhi kegusaran. Bagaimana lagi ia harus memperbaiki situasi di antara mereka?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top