13. Setengah Kebenaran
"Aku akan pulang sendiri." Liora memegang gagang pintu setelah berhasil melepaskan sabuk pengaman, tetapi Daniel menguncinya lebih dulu. "Apa yang kau lakukan, Daniel? Buka pintunya."
Daniel menangkap pergelangan tangan Liora, menyentakkan tubuh wanita itu ke arahnya. Lalu tangannya yang lain menangkap tengkuk Liora dan dalam satu gerakan yang tepat, bibir keduanya bertemu.
Liora tersentak, kedua matanya melotot. Sedangkan Daniel memaksa lumatan yang dalam di bibir lembut wanita itu. Menyesap kelembutan dan rasa manis yang sama. Tak pernah berubah dan terasa begitu ia rindukan setelah bertahun-tahun keduanya berpisah. Setelah puas mengisap rasa manis tersebut, Daniel melonggarkan cengkeramannya dan Liora menarik tubuhnya dengan gerakan yang keras. Wanita itu terengah dan satu tangannya melayang. Mendaratkan tamparan yang keras di pipi Daniel.
Daniel tetap bergeming, wajah pria itu tetap pada posisinya dengan tamparan yang diberikan oleh Liora. Tamparan wanita itu cukup kuat dan meninggalkan rasa panas di pipinya. Tapi tak cukup menyakitinya. Salah satu tangannya terangkat, menyentuh ujung bibirnya yang menyunggingkan sebuah seringai. "Apakah ini cukup untuk membayar ciuman ini?"
"Kau benar-benar sudah gila, Daniel." Liora mengerjapkan matanya, mengurai kaca yang menggenangi kedua kelopak matanya. Merasa dilecehkan dan dihina habis-habisan oleh mantan suaminya ini. "Kau berjanji akan mengungkit apa pun yang ada di belakang kita."
"Apakah melarikan diri satu-satunya hobby yang kau gemari?"
"Tidak ada apa pun urusan pribadi di antara kita yang masih tersisa, Daniel."
"Lalu kenapa kau begitu sensitive setiap kali aku mengungkit masa lalu kita?"
"Aku hanya tak ingin hatiku kembali terluka."
"Terluka? Kaupikir hanya dirimu yang terluka, hah?"
Liora mendengus dengan keras, kesangsian terhadap luka yang kini menyelimuti kedua mata Daniel. "Kita hanya bermain-main, Daniel. Kaupikir aku percaya kau terluka?"
Kata-kata Daniel tentu saja menohok hatinya dengan keras.
"Hari itu. Saat Jerome mengetahui perselingkuhan kita." Liora menatap lekat-lekat wajah Daniel yang masih terpaku dalam gemingannya. "Kau pikir aku tak tahu kalau kau sengaja meninggalkan pakaian dalammu ketika Jerome akan datang ke apartemen?"
Keterkejutan yang besar segera melapisi wajah Daniel. Kedua mata pria itu melebar, kemudian mengerjap dengan cepat.
"Kau tahu Jerome akan datang. Kau bilang kita hanya bermain-main? Bercanda? Bercandamu tidak lucu, Daniel. Kau tahu apa yang dilakukan Jerome padaku? Dia melemparku pada anak buahnya untuk dinikmati. Dan kau ... kau menghilang setelah meninggalkan tumpukan masalah ini padaku!" Liora meluapkan semua kalimat itu dengan penuh emosi yang membludak. "Ah, kau pergi ke pelukan Carissa, kan? Meminta tolong pada wanita itu? Omong kosong! Kalian pergi ke Singapore untuk bersenang-senang!"
"Apa maksudmu, Liora?" Daniel terlihat tak memahami kalimat terakhir Liora. "Sejak awal Jerome sudah mengetahuinya. Dan Jerome yang mengirimku ke Singapore."
Liora mengusap kasar air matanya di pipi dengan punggung tangan. Menarik napas sekali dan suaranya berusaha keluar dengan setenang mungkin saat berkata, "Kau berniat memberitahunya, itulah yang mengkhianatiku. Kau tahu aku percaya padamu. Kaulah yang lebih dulu mengkhianatiku. Selesai."
"Aku ..."
Liora mengangkat tangannya ke arah Daniel sebagai isyarat untuk berhenti. "Cukup, Daniel. Semua sudah selesai, tak akan ada gunanya untuk diungkit atau dijelaskan. Buka pintunya."
Daniel bergeming, menatap sisi wajah Liora. "Kau yang mengkhianatiku lebih dulu, Liora."
"Kita berdua saling berkhianat," koreksi Liora dengan penuh penekanan. "Aku mengkhianati Jerome dengan seorang pengkhianat. Aku tak bisa tak berharap kau juga tak akan mengkhianatiku. Ini bayaran untuk apa yang kulakukan pada Jerome dan Jenna."
"Apakah hanya itu alasanmu meninggalkanku dan menceraikanku setelah membunuh darah dagingku?"
Sepintas emosi muncul di kedua mata Liora.
"Kau yang melarikan diri dengan Samuel."
"Kau yang membunuh darah dagingmu sediri, Daniel. Dengan tanganmu sendiri."
Daniel menatap dalam dan lekat-lekat wajah Liora. "Kau yakin anak kita terbunuh dalam kecelakaan itu?"
Liora mengerjap, menguasai emosi yang muncul ke permukaan wajahnya dengan baik. "Apa maksudmu, Daniel?"
Daniel tak menjawab, hanya menatap ekspresi di wajah Liora semakin melekat, tapi wanita itu bergegas membuang tatapannya. Menghempaskan tangan Daniel sekuat tenaga.
"Buka pintunya." Liora memegang gagang pintu dan menarik pengaitnya dengan paksa meski usahanya tak akan membuahkan hasil jika Daniel tak membuka kuncinya.
Daniel masih tercenung untuk beberapa saat akan kepanikan yang mulai merebak memenuhi wajah wanita itu. Ia tak akan membuat Liora lari terbirit-birit lagi. Sebelum wanita itu masuk lebih jauh ke dalam permainannya. Daniel pun membuka pintu dan Liora langsung melompat keluar. Pandangannya masih melekat pada wanita itu yang bergegas menuju pinggir jalan. Tanpa menunggu wanita itu mendapatkan taksi, Daniel melajukan mobil meninggalkan wanita itu.
Liora berusaha keras menghentikan debar jantungnya yang menggebu, suara mobil Daniel yang menjauh sedikit membantunya bernapas. Tidak, Daniel tidak boleh tahu tentang Xiu.
Tubuh Liora seketika terjatuh ke tanah, kedua kakinya bergetar hebat. Meyakinkan dirinya bahwa Jerome sudah menghapus semua jejak Xiu. Memutus hubungan apa pun antara Xiu dan Daniel. Xiu adalah anak Jerome dan Jenna. Yang lahir bersama si kembar. Itu adalah fakta. Dan fakta yang lebih nyata, hanya Xiu yang dimilikinya saat ini, ia tak akan membiarkan Xiu diambil darinya.
***
Liora kembali menatap pantulan wajahnya di cermin. Riasannya sudah sempurna, dan ia sudah terlambat untuk pertemuan pagi Daniel. Mengoper tanggung jawabnya hanya akan membuat pria itu semakin curiga. Sudah cukup ia tak bisa mengendalikan emosi ketika berdua di dalam mobil bersama pria itu, kali ini ia tak ingin membuat kecurigaan Daniel semakin teryakinkan dengan tidak mendatangkan kewajibanya.
Ia pun bergegas keluar apartemen dan langsung turun ke lantai bawah dengan berkas yang berada di pelukannya. Sepertinya taksi yang dipesannya sudah menunggu di ... langkah Liora terhenti melihat mobil familiar yang menunggu di halaman gedung.
"D-daniel?" gumamnya lirih sambil melanjutkan langkahnya melihat Daniel yang tengah bicara dengan sopir taksi. Dan saat pria itu berbalik, taksi yang dipesannya melaju meninggalkan halaman gedung.
"Apa yang kau lakukan, Daniel?"
Daniel berjalan ke arah mobilnya, membukakan pintu penumpang untuk Liora. "Cepatlah, kita sudah terlambat."
Liora ingin membantah, tetapi waktu mereka memang sudah mendesak. Wanita itu pun naik. Sepanjang perjalanan, tak ada bersuara. Daniel pun tampaknya sengaja mempertahankan situasi tersebut. Membuat Liora bertanya-tanya apakah Daniel masih menyimpan rasa penasaran dan curiga tentang kecelakaan mereka dua setengah tahun yang lalu.
Mobil berhenti, Daniel turun lebih dulu dan pertemuan berjalan dengan lancar. Keduanya cukup serius membicarakan masalah pekerjaan, seolah pembicaraan pribadi tadi pag tak pernah terjadi. Liora pun merasa lega dan kembali tenang. Semua ini hanya kekhawatirannya saja.
Setelah makan siang berakhir, Liora pikir mereka akan kembali ke kantor. Tapi tiba-tiba mobil Daniel berhenti di salah satu butik pakaian pengantin, dengan Carissa yang menungu di depan pintu masuk butik. Wanita itu seketika teringat janji Daniel dan Carissa yang akan melukan fitting baju pengantin untuk pernikahan mereka.
"Kau tidak turun?"
Liora membuka pintu mobil dan turun. Kemudian berpamit pada Daniel. "Saya akan pergi."
"Mau ke mana kau?"
"Saya akan kembali ke kantor untuk menyiapkan berkas pertemuan di ruang meeting."
"Aku hanya sebentar."
"Saya akan kembali saja." Sekali lagi Liora menundukkan kepala dan berbalik. Campuran antara rasa kesal dan dongkol terhadap Carissa yang bahkan dari kejauhan, ia bisa menangkap seringai kepuasan wanita itu. Seolah wanita itu telah menang karena berhasil merebut Daniel darinya. Lagipula bukan Daniel yang berhasil direbut darinya. Ialah yang melepaskan Daniel. Dan ia tak peduli wanita mana pun yang akan mendapatkannya kembali.
Akan tetapi, tetap saja terasa menyakitkan jika itu adalah Carissa. Mereka berdua telah mengkhianatinya di belakangnya. Menusuknya dari belakang secara diam-diam. Yang semakin meyakinkan dirinya bahwa Daniel sama sekali tak berhak tahu tentang Xiu.
Liora mendapatkan taksi dengan cepat. Melesat meninggalkan Daniel yang tercenung di tempat, sebelum kemudian Carissa memanggilnya dan membawa pria itu masuk ke dalam butik.
***
Jam dua, Daniel dan Carissa muncul dari balik lift. Wanita itu begelayut manja di lengan Daniel. Sengaja menampilkan kemesraan tersebut khusus untuk Liora.
Liora dan ketiga sekretaris itu Daniel bangkit berdiri untuk menyambut kedatangan sang tuan. Liora duduk lebih dulu setelah mengatakan pertemuan di ruang meeting dalam sepuluh menit.
"Bisakah kau menyiapkan secangkir teh untukku?" pintah Carissa, keduanya berdiri tepat di depan meja Liora.
Liora yang tengah membereskan berkas di mejanya terhenti. Wajahnya terangkat dan menampilkan senyum yang dipaksa setipis mungkin. Dengan jawabannya yang penuh kemantapan, ia berkata, "Tidak dengan saya. Saya harus menyiapkan pertemuan Tuan Daniel di ruang meeting."
Carissa terdiam, begitu pun Daniel, sedangkan Nia dan Lili terkesiap kaget akan jawaban Liora. Matanya membulat sempurna, nyaris melompat keluar menatap Liora. "Masih ada waktu."
"Biarkan Lili atau Nia yang melakukannya khusus untuk Anda."
"Aku ingin kau yang melakukannya."
"Kenapa?"
"Aku hanya ingin. Bukankah kau asisten Daniel? Aku tunangannya."
Liora menghela napas singkat lalu menjawab, "Ya, saya asisten tuan Daniel Lim. Saya hanya memiliki urusan pekerjaan dengan tuan Daniel. Dan Anda ... ah tidak, kau adalah urusan pribadi yang tak akan mungkin menjadi urusan pekerjaan." Tatapan Liora kemudian beralih pada Daniel, yang hanya terdiam tanpa sepatah kata pun. Ya, mereka sudah membahas tentang hubungan ini dengan jelas. Satu-satunya syarat yang diberikan oleh Liora sebelum mereka menutup lembaran di belakang mereka.
Carissa tertawa tipis, tak percaya dengan ketidaksopanan Liora yang seolah melonjak tak terkendali. Nia dan Lili semakin dibuat tercengang, kedua wanita itu menutup mulut saking terkejutnya dengan sikap Liora terhadap Carissa. Yang adalah tunangan tuan mereka.
"Kau benar-benar tidak sopan, Liora."
"Hanya denganmu."
Wajah Carissa semakin merah padam, dan sebelum perdebatan itu menjadi semakin memanas, Daniel menarik Carissa masuk setelah menyuruh Lili menyiapkan apa yang diinginkan oleh Carissa.
"Apa yang kau lakukan, Carissa?" sergah Daniel setengah kesal setelah ia menutup pintu di belakangnya.
"Kenapa? Aku hanya memberinya pelajaran."
"Kenapa kau harus memberinya pelajaran?"
"Bukankah kita baru memulai permainannya."
"Permainanku. Bukan permainanmu."
Carissa terdiam sejenak. "Lalu apa maksudnya dia hanya melakukan hubungan pekerjaan denganmu, dan tidak denganku."
Daniel mendesah pelan, berjalan memutari meja dan duduk di kursinya. Dengan bertopang dagu, pikirannya mulai bertanya-tanya akan syarat Liora yang sekarang terasa janggal.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, Daniel." Carissa mendekati Daniel dan duduk bersandar di meja menghadap pria itu.
"Hanya kesepakatan kecil. Sepertinya dia sangat membencimu."
Carissa mengerutkan kening. "Memang seperti itu."
Daniel kemudian menatap lekat wajah Carissa. "Sepertinya ada sedikit kesalah pahaman yang tak bisa dijelaskan. Aku tak tahu. Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?"
"Marah?"
"Sepertinya bukan hanya marah. Apa yang kau lakukan pasti membuatnya membencimu."
"Apa maksudmu, Daniel? Kau pikir aku melakukan sesuatu padanya di belakangmu?"
Daniel terdiam sejenak. "Aku tak mengatakan seperti itu. Aku hanya bertanya padamu."
"Aku tak tahu, Daniel. Satu-satunya hal yang membuatnya membenciku, pasti karena kau. Karena kau sekarang sudah menjadi milikku."
"Kau tahu Liora bukan tipe pecemburu seperti itu. Dan dia hanya bersenang-senang denganku." Ya, Liora pergi hanya karena wanita itu ingin. Daniel masih bertanya-tanya kenapa saat itu Liora mendadak meninggalkannya. Bahkan hubungan wanita itu dengan Samuel pun hanyalah sebatas teman mesra. Tak lebih dan tak kurang. Samuel memiliki tunangan, dan Liora tak pernah tidur dengan pria wanita lain.
Mulut Carissa seketika terkatup rapat. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa kau tidak memercayaiku?"
Daniel mengerjap, kemudian menggelengkan kepala. Pintu diketuk dan ia beranjak berdiri. "Aku harus pergi. Kalau kau bosan menunggu, kau bisa pergi lebih dulu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top