Chapter 36

Selamat datang di chapter 36

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (suka nemplok sana sini)

Thanks

Happy weekend

Happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

______________________________________________

Aku butuh Mia sekarang...

••Dominic Molchior••

______________________________________________

Phoenix, 15 Januari
16.13 p.m.

Moodku benar-benar hancur. Sedetik wanita bernama Tatiana Gustav itu tidak sengaja mencium bibirku, sedetik itu pula aku melemparnya ke samping karena ingin mengejar Grenadine yang lepas.

Kuda itu berlari mengitari lapangan tanpa rider. Kami yang berada di sana semuanya panik. Beruntunglah pengurus kudaku bisa menangkap kuda warna cokelat terang kombinasi putih di bagian wajah itu. Tapi, karena penangkapan secara tiba-tiba, kaki belakang Grenadine yang tidak terbalut bandage bengkak. Bengkak bisa berarti cedera. Cedera berarti harus berisitrahat selama berbulan-bulan dan performanya akan menurun.

Kebanyakan kasus pada kuda jumping jika cedera akan di eutanasia[7] karena dianggap tidak berguna dan merugikan. Tidak bisa menghasilkan dan menghabiskan pakan serta biaya perawatan yang mahal.

Tapi tidak, aku tidak ingin Grenadine di eutanasia. Lagunaku baru saja mati, kenapa aku harus memilih kehilangan kuda lagi?!

Sementara Grenadine di bawa menepi oleh pengurus kudaku, aku ngamuk. Memarahi wanita bernama Tatiana Gustav habis-habisan serta semua orang yang ada di lapangan indoor.

“Apa kau gila?! Hah?!” Aku membentak Tatiana Gustav di depan semua orang. “Bagaimana kau akan membuat Grenadineku sembuh?!”

“Ke-kenapa kau tidak mengkhawatirkanku yang baru sjaa kau dorong hingga jatuh? Kenapa malah mengkhawatirkan kudamu?” jawab wanita itu takut-takut. Baguslah kalau dia merasa takut padaku. Dan memangnya siapa dia aku harus mengkhawatirkannya?

Aku hampir menarik kerah kaos polo putih lengan panjang yang wanita itu kenakan—baru saja sadar mirip yang kukenakan saat ini—seperti meladeni seorang pria, namun William Molchior menahan tubuhku. “Grenadine lebih berharga dari pada kau!” Aku membentaknya tak kira-kira. Tanpa rasa hormat. Tanpa rasa empati pada wajahnya yang memelas.

“Dom, tenanglah, dia wanita,” kata adikku dengan suara pelan namun serius.

Aku malah ganti menatapanya dan menumpahkan amaraku padanya. “Kau pikir aku peduli dia wanita?!” Aku membentak William Molchior yang biasanya cengengesan sekarang menunduk. Tidak berani membantahku.

Tatapanku beralih pada sekeliling. “Siapa pelatih wanita ini?!” aku bertanya. Berteriak sambil menunjuk Tatian Gustav yang nampak menatapku dengan tatapan sulit di jelaskan—tidak lagi takut.

“Siapa?!” Aku berteriak kembali. Saat itulah salah satu pelatih bernama Roman Darliz mengangkat tangannya.

Aku menderap menuju pria muda berambut pirang itu dan mengangkat kerah kemejanya. “Bagaimana cara kau mengajarinya?! Hah?! Tidakkah kau mengajarinya dengan benar?! Kau tidak mengajarinya bagaimana cara memperlakukan kuda dengan baik?! Hah?!”

“D-dia murid baru, aku baru mengajarinya tiga hari yang lalu,” jawab Roman Darliz sambil berusaha melepas tanganku pada kerah kemejanya.

“Kau tau? Kau tidak becus!”

“Dom, hentikan Dom.” Adikku kembali menyela di antara kami. Pada detik yang lain aku mendorong Roman Darliz hingga terhuyung ke belakang namun beruntungnya pria malang itu memiliki keseimbangan tubuh yang bagus, sehingga tidak sampai terjengkang dan jatuh ke belakang.

Oh tidak sampai di situ saja aku cukup memuntahkan semua amarahku. Pada akhirnya Zach Hernandez—pemilik Cavalo Stable sekaligus pelatihku—juga terkena amarahku. Aku terlalu marah sehingga lupa yang namanya tahu diri dan rasa hormat pada pria yang lebih tua.

Aku menunjuk-nunjuk pria paruh baya tersebut menggunakan telunjukku. Dengar raut wajah tegang aku berteriak, “bagaimana kau bisa mempekerjakan pelatih tidak becus itu? Hah?! Bagaimana kau bisa?! Berapa kau menggajinya pertahun?! Haruskah aku membeli stable ini untuk memecatnya?! Kau dengar aku Zach?!”

Zach Hernandez tidak dapat menatap mataku. Pria paruh baya itu menunduk lantas mengucapkan kata maaf dengan lirih, “maafkan aku Dom.”

Di waktu bersamaan, wanita bernama Tatiana Gustav menderap ke arahku dan memelukku dari belakang. “Maafkan aku Dom, jangan marah pada semua orang, ini semua salahku,” ucapnya. Aku menyentak kasar tangannya namun ia tidak melepaskan. Menempel seperti jamur pada punggung orang jorok.

What the hell are you doing?!” Tidak ada sedikitpun dari nadaku yang menunjukkan ketenangan. Semua yang meluncur dari mulutku berupa bentakan dan amarah.

“Aku tidak akan melepasnya sampai kau berhenti marah-marah,” jawab wanita itu keras kepala.

“Kau gila?!” Lagi-lagi aku membentak. Sedetik kemudian menoleh ke arah adikku berdiri.

“Will! Bantu wanita ini lepas dariku!”

Aku meraih tangan-tangannya yang melingkari seluruh perutku dan berusaha melepasnya. Untuk ukuran wanita, dia cukup tangguh. Semua orang yang ada di lapangan perlahan pergi sementara William Molchior membujuk wanita bernama Tatiana Guztav untuk pergi. Entah dengan rayuan yang mana aku tidak peduli. Aku terlalu marah untuk peduli.

Beberapa menit kemudian wanita itu melepas pelukannya dan aku membanting helmku ke tanah  lapangan indoor. “Berengsek!”

Setelah Tatiana Gustav menghilang—kuharap wanita itu pergi ke neraka dan mebusuk di sana—William Molchior merangkul bahuku, bermaksud menenangkanku. “Akan kuantar kau ke penthouse,” tawarnya. Ide itu merupakan sesuatu yang bagus. Mungkin William Molchior menginginkanku bertemu Mia Oswald sehingga berakhir dengan tenang bersamanya namun aku menolak karena masih teringat Grenadine.

Aku menghembuskan panas berat dan mengeluarkannya kasar. Sedetik menjaga emosiku tetap berada pada level bawah sehingga adikku tidak terkena amarahku lagi. “Aku harus melihat Grenadine.” Aku harap kata-kata yang meluncur tersebut bernada normal, tidak membentak.

“Baiklah, ayo ke klinik dokter Igor.”

Aku diam ketika William Molchior menggiringku melewati beberapa lapangan indoor menuju klinik kuda. Di sana terlihat pengurus kudaku dan dokter Igor Delbert tengah berbincang. Setibanya pada jarak setengah meter dari kandang besi, aku menyentuh wajah Grenadine. Aku bisa melihat kaki kudaku sedikit sering di angkat. Pertanda kurang nyaman berpijak alias cedera.

“Bagaimana keadaan Grenadine?” tanyaku dengan suara yang normal, sudah tidak semarah tadi. Namun aku sama sekali tidak menatap dokter Igor Delvert ketika menerangkan. Hanya mengusap Grenadine dengan tatapan menerawang.

Dokter Igor Delbert menjawab, “kaki belakangnya cedera satu, dia harus menjalani terapi selama beberapa bulan dan istirahat total selama itu agar performanya kembali. Ya, meskipun kita tahu tidak akan pernah kembali seratus persen, tapi setidaknya dia akan sembuh.”

Aku mengangguk paham. Bahkan sangat paham. Tanpa di beritahupun aku paham karena sudah sering menemukan kasus seperti ini pada kuda milik teman-teman rider. Tapi aku hanya butuh dukungan mental, seperti saat dokter Igor Delvert mengatakan, “jangan khawatir Mr. Molchior, aku akan merawatnya. Dan kuharap aku bisa menyembuhkannya.”

“Terima kasih.” Kali ini aku mengucapkannya dengan menatap wajah pria dewasa tersebut.

Kembali mengusap wajah Grenadine, beberapa saat kemudian, sementara kaki belakangnya yang cedera di tangani oleh dokter Igor Delbert di bantu pengurus kuda, aku duduk di depan klinik tersebut bersama William Molchior. Menunggu abu Laguna dan mengamati Grenadine.

Aku menghembuskan napas berat dan kasar lagi.

Semua pecinta kuda juga tahu Grandine sudah tidak berguna. Hanya sekedar di tunggangipun tidak bisa.

Aku tidak meragukan wanita bernama Tatiana Gustav itu mampu mengganti kudaku dengan kuda yang lain. Mengingat harga satu kuda ras Quarter yang pernah menjuarai perlombaan bisa setara dengan harga Lamborghini keluaran terbaru. Belum lagi harga hotel dan perawatannya perbulan di Cavalo Stable. Tapi aku tidak ingin menggantikan Grenadine. Sama halnya dengan aku tidak ingin menggantikan El Diablo maupun Zandor dengan kuda lain.

Menambah jumlah kuda mungkin saja, tapi menggantikannya? Aku tidak mau. Aku tidak bisa. Aku terlalu menyayangi mereka.

Memikirkan itu, kekacauan kembali menyerangku dengan membabi buta.

Aku butuh Mia Oswald sekarang, pikirku. Barangkali setelah mendengar suaranya yang cerewet, suasana hatiku akan membaik. Barangkali setelah melihat secuil senyumnya di video call, aku menjadi lupa perkara ini. Tetapi semuanya mendadak berantakan saat aku kembali ke loker—bersama Grenandine yang sudah selesai di tangani dan kembali ke istal—untuk mengambil ponsel dan mendapati dayanya habis.

Aku kembali duduk di dalam klinik tapi pikiranku seakan tidak mau duduk. Mondar-mandir ke banyak hal.

Tanpa sadar adikku yang sejak tadi duduk di sini menepuk pundakku. “Dom, kurasa sebaiknya kau minta maaf pada Roman Darliz dan Zach. Kau tau mereka tidak bersalah. Semuanya murni karena wanita itu.”

Aku memejamkan mata untuk berpikir sebentar. “Kau benar Wil, aku hanya terlalu marah dan melimpahkan kekesalanku pada semua orang. That’s suck.”

Walaupun pikiranku masih semrawut, aku menurut ketika William Molchior membawaku ke kantor Zach Hernandez. Kata adikku, aku harus memulainya dari pemilik stable ini.

Begitu melihatku, Zach Hernandez yang tengah duduk di kursi kantornyapun menghembuskan napas berat.

“Zach, aku minta maaf.” Aku memulai.

“Tidak apa-apa Dom, aku mengerti. Kau baru saja kehilangan Laguna dan sekarang Grenadine cedera karena Miss Gustav,” jawab pria paruh baya tersebut. Aku mengagumi kesabaran dan kebijaksanaan beliau. “Hari yang berat bukan?” lanjutnya.

Ya. Kupikir hari ini cerah walau bersalju. Kupikir perasaanku lega karena Mia Oswald akan menyelesaikan masalahnya dan akan bersamaku setelahnya. Tapi gara-gara wanita bernama Tatian Gustav, mood-ku terjun bebas.

Aku butuh Mia.

“Aku sungguh menyesal,” ucapku lagi.

“Aku tahu, aku mengerti.” Pria paruh baya itu mengangguk.

Setelah menyelesaikan Zach Hernandez, aku dan William Molchior mencari keberadaan Roman Darliz melalui CCTV yang ada di kantor ini. Pria malang itu berada di cafe atas lapangan indoor bersama koki berkepala plontos.

Pamit dari Zach Hernandez aku dan William Molchior menemui Roman Darliz yang tengah merokok. Begitu melihat kedatanganku rokokmya reflek di tancapkan pada asbak sementara koki berkepala plontos menepuk pundakku sebentar sebelum menghilang ke dapur cafe.

Aku minta maaf,” ucapku lagi-lagi memulai obrolan dengan minta maaf.

Dan aku di buat terkejut dua kali karena Roman Darliz sebijaksana pemilik stable ini. “Aku mengerti Mr. Molchior. Aku juga sudah mendengarnya dari Eddy (koki berkepala plontos) bahwa kau baru kehilangan salah satu kudamu tadi pagi. Aku juga pasti akan marah pada seseorang yang membuat kudaku yang lain sakit, di hari yang sama.”

“Maaf, aku tidak bermaksud mengatakan kau tidak becus. Itu hanya emosi. Zach tidak mungkin memilih pelatih kacangan di peternakan kudanya.” Aku menjelaskan yang sebenarnya.

“Em, Mr. Molchior, sebenarnya dia—maksudku putri pemilik stasiun TV Lorda—memang sangat keras kepala. Aku memang baru melatihnya dan yang pertama kali kuajarkan justru bagaimana cara merawat kuda. Tapi begitulah wanita itu, seperti seenaknya sendiri. Aku ingin berhenti mengajarnya tapi Mr. Hernandez sudah terlanjur menggajiku. Jadi aku tetap bertahan. Dan, sebaiknya kau berhati-ha—”

Roman Darliz yang posisi duduknya berhadap-hadapan denganku kontan menghentikan kalimat tatkala wanita yang sedang dia bicarakan muncul secara tiba-tiba di belakangku bersama dua teman sosialitanya. Tanpa tahu malu duduk bersama di mejaku. “Dom...” panggilnya manja.

Saat itu juga entah kenapa Roman Darliz mendadak ijin pergi dengan alasan ada urusan. Tanpa merampungkan kalimatnya tadi. Mungkin karena dia pikir aku ada apa-apa dengan wanita ini sehingga memberiku tempat. Tapi bukankah pria malang itu baru saja mengakui apa yang di rasakannya kala mengajari wanita ini? Itu artinya dia tahu aku tidak punya hubungan apapun dengan Tatiana Guztav.

Kau tahu, biasanya seseorang enggan membicarakan kejujuran atas apa yang dirasakannya—terlebih kekecewaan—di depan orang yang dia pikir kekasihnya. Itu sama saja dengan memberitahu keburukan kekasih orang tersebut. Apa lagi di depan orang yang hanya sekedar kenal—tidak dekat seperti aku dan pemilik stable. Kupikir Romam Darliz ini seperti sebuah misteri yang belum terpecahkan olehku. Bicaranya belum rampung sehingga aku belum tahu maksud dia mengatakan klaimat-kalimat tersebut. Namun kepalaku terlalu rumit untuk memikirkannya saat ini. Apalgai kala wanita itu datang. Membuat mood-ku turun lagi.

“Will, bukankah aku sudah menyuruhmu membakarnya di neraka?” Aku bertanya pada adikku yang sejak tadi diam, duduk di sebelahku.

Baru saja William Molchior membuka mulut berniat menjawab, Tatiana Gustav lebih dulu menyela. “Kenapa kau sangat kasar padaku? Aku sudah minta maaf. Setelah kupikir-pikir aku juga ingin mengganti kudamu.” Aku melihat wajah Tatiana Gustav yang menampilkan tidak adanya penyesalan sama sekali.

Aku menarik salah satu sudut bibirku ke atas. “Jadi kau pikir akan menggantikan Grenadine?!” ulangku dengan nada meremehkan.

“Iya, Dom. Aku menyesal...”

Sungguh. Selain nada manja menjijikkan, raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menyesal.

“Tidak perlu!” Aku memaki. Namun yang Tatiana Gustav tangkap bukan intonasiku. Melainkan yang dia pikir aku berbaik hati karena membebaskan rasa pura-pura menyesalnya.

“Kau baik sekali Dom... Tidak salah aku ingin mengenalmu lebih jauh. Kau selalu membuatku penasaran.”

Aku bangkit, dari pada kubakar wanita di hadapanku ini lebih baik aku ke klinik untuk menunggu abu Laguna.

Aku benar-benar butuh Mia...

Tapi ketika aku telah menyelesaikan urusanku hari ini—mengubur abu laguna di salah satu halaman estate-ku serta di antar William Molchior ke penthouse sekitar jam makan malam, dia belum pulang.

Mungkin masih menyelesaikan urusannya dengan si pengecut itu, hatiku mengingatkan.

Bayangan Mia Oswald akan bersamaku dan akan menerima lamaranku membuat diriku tersenyun lagi. Astaga hanya membayangkannya saja dapat membuat mood-ku membaik.

Kemudian aku memutuskan untuk memberinya waktu sendirian dan tidak mengganggunya. Toh, besok aku juga akan bertemu dengannya di kantor. Toh, pada akhirnya dia akan memilihku. Bersamaku. Menerima lamaranku dan menjadi milikku selamanya.

Tidak masalah, pikirku.

Malam ini, aku akan tidur saja mengistirahatkan tubuh dan pikiranku di estate.

____________________________________________

7 : eutanasia (ini udah pernah saya jelasin di work Jayden) tapi nggak papa bagi yang belum baca work Jayden (yang lama banget updatenya) akan saya kasih penjelasin lagi. Eutanasia sendiri itu proses menghilangkan nyawa dengan metode tidak menyakitkan, misal menggunakan cairan (bahan kimia mematikan) yang di suntikkan melalui selang infus secara perlahan-lahan hingga detak jantungnya memelan sampai tidak ada sama sekali. (Bahasa halusnya membunuh dengan kode etik)

Kebanyakan eutanasia berlaku untuk hewan. Entah itu kepentingan penelitian (harus ada ijin) dll. Euntanasia bisa juga buat manusia. Contohnya di film Me Before You. Si cowoknya minta di eutanasia gegara mikir kalau dia nggak berguna dan ngerepotin 😭😭 film ini mengandung bawang gais.

Well, pada chapter ini pembahasan mengenai kuda cedera benar adanya guys. Kalau kuda ras mahal udah cedera, emang biasanya di eutanasia. Soalnya mahal banget biaya perawatannya. Hotel kuda (istal) perbulannya di Indonesia aja rata-rata di atas 6 juta, belum pakan, dan biaya lain-lain (kalau misal kudanya sakit, tentu harus ngeluarin duit buat biaya dokter dan obat). Jadi pemilik biasanya lebih milih buat bunuh kuda itu (menggunakan kode etik eutanasia tadi, nggak asal di gorok gitu) toh hidup juga merugikan. Bayangin aja kamu punya kuda nggak ada gunanya, nggak bisa di naikin nggak bisa di apa-apain, cuma bisa di liatin doang, udah gitu tiap bulan ngeluarin duit minim 10 jt buat kuda itu doang. Kan mending di eutanasi 😭😭 walau sebenarnya nggak animal walfare sih 😭😭

Cukup itu dulu pengetahuan yang dapat saya bagi berdasarkan pengalaman saya pribadi (belum search karena males hehe maapkeun) kalau misal ada yang salah, tolong di koreksi ya guys. Dan semoga bermanfaat.

Btw masih ada beberapa chapter galau plus ngeselin lagi, semoga temen temen nggak bosen dan masih setia lanjutin baca

Bonus photo Mia Oswald lagi ama qudaaa

Anggep aja ini Dom lagi ama Grenadine

See you next chapter teman-temin

#keephealty

With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻

13 Juni 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top