Chapter 22
Selamat datang di chapter 22
Chapter yang bakalan bikin temen - temen kepanasan
Tinggalkan jejak dengan vote dan komen
Tandai jika ada typo (biasanya suka gentayangan)
Thanks
Happy sat night everyone
Happy reading
Hope you like it
WARNING! TERUNTUK HUMAN 21+
BUKAN BACAAN BOCAH KARENA TERDAPAT ADEHAN HAWT HAWT YANG LUMAYAN ANU
ADEGAN INI DI BUAT BERDASARKAN IMAJINASI SEMATA, TIDAK ADA KAITANNYA DENGAN DUNIA NYATA
BAGI YANG TIDAK KUAT SILAHKAN DI SKIP!
SAYA SUDAH MEMPERINGATKAN YA?!
KALO MAKSA BACA YA UDA JANGAN SALAHKAN SAYA JIKA TERJADI KEGILAAN BERLANJUT, SEGERA KE RSJ
❤❤❤
________________________________________
Dulu aku begitu mencelanya tanpa henti namun sekarang? Pikiranku di penuhi oleh Mia Oswald yang menggemaskan, Mia Oswlad yang lucu, Mia Oswald yang berkelakar dan Mia Oswald yang menampilkan tatapan polosnya padaku
••Dominic Molchior••
________________________________________
Las Vegas, Nevada, 26 Desember
13.23 p.m.
"Mia, bolehkah aku menginginkanmu sekarang?" Aku meminta persetujuan wanita beraroma lilac ini.
Sudah kukatakan berulang kali jika aku selalu menginginkan Mia Oswald bukan? Hal yang tidak kutemukan pada wanita mana pun, selain dirinya.
Meski pun hanya sebuah ciuman pendek nan lembut, deru napas kami sama - sama memburu, jantung kami sama - sama berpacu cepat. Aku bisa merasakannya karena tidak ada jarak di antara kami.
Sebagai permulaan, kukecup telinganya, kudaratkan lidahku di sana. Hembusan napas dan gerungan halus muncul bari bibir penuh wanita itu. Aku juga melihatnya menelan saliva.
Kuarahkan hidungku menelusuri garis rahang Mia Oswald secara perlahan agar dia dapat menikmati perlakuanku di selingi kalimat tanya. "Kenapa kau selalu lama untuk menjawabnya?"
Mia Oswald sama sekali tidak bergerak dari posisinya ketika kutatap matanya dalam - dalam. Mata yang kini berubah sayu.
"Mia?" Aku menganggil nama wanita itu lagi dengan lembut, di sertai kecupan daerah sekitar bibir. Sengaja menggodanya agar Mia Oswald semakin terpicu.
Sesaat kuberi jarak di antara kami untuk berpindah menempelkan hidungku pada hidung Mia Oswald. Grass grower kado natalku sudah kuletakkan di atas dashboard mobil tanpa mengidahkan pandanganku darinya.
Kukatubkan kedua tangan pada pipi wanita itu dan mengusapnya dengan ibu jari. Menambah jumlah pemicu baginya.
Saat Mia Oswald masih bergeming dengan napas yang semakin memberat, aku berbicara lagi, tepat di depan bibirnya. "Apa kau akan membiarkanku mencari taunya sendiri seperti tempo hari?"
Tangan lembut wanita itu merespon dengan mendarat di dadaku. Seolah - olah menahan sesuatu yang akan kulakulan selanjutnya. Namun ternyata bukan itu maksud Mia Oswald.
"Punggungmu masih perih. Aku takut mencakarya lagi," jawab Mia Oswald yang kuyakini menginginkanku juga namun berusaha menahan diri karena memikirkan kondisiku. Apa itu tandanya jika dia mempedulikan diriku?
Jika benar adanya, kenapa aku merasa sesenang ini? Hinga tidak dapat mengentikan bibirku membentuk seulas senyum tipis dan berkata, "I think I get an idea, (aku rasa aku mendapatkan sebuah ide) aku harap kau tidak keberatan dan akan menyukainya."
"What is that?" tanya Mias Oswald dengan suara nyaris berupa bisikan. Satu tangan yang lain kini mengepal di bagian dadanya sendiri. Mungkin untuk menahan debaran jantungnya yang di atas ritme normal.
"I'll show you."
Detik berikutnya, aku meraup semua bibir penuh Mia Oswald, secara perlahan menurunkan kursi samping kemudi yang dia duduki. Membiarkan tubuh wanita sexy ini terlentang sehingga aku bisa menjulang di atasnya.
"Kupikir kita akan melakukannya di tempat lain, bukan di dalam mobil," ungkap Mia Oswald di sela - sela ciuman kami.
Aku menatapnya sejenak sebelum melanjutlan aksiku. "Apa kau pernah bercinta di dalam mobil sebelumnya,sehingga itu membuatmu trauma, Mia?"
Mendapati wanita di bawah kungkunganku menggigit bibir bawahnya dan menggeleng pelan, itu semakin memperpanjang garis senyumku. "So, I'll be the first person to make you experience it right now?" (Jadi, aku akan menjadi orang pertama yang akan membuatmu mengalami ini sekarang?)
Mia Oswald mengangguk lagi. Kali ini lebih pelan. Aku tidak tahu betapa menjadi nomor satu dalam beberapa hal bagi Mia Oswald dapat membuatku sesenang ini.
Kutatap wanita itu. Warna merah menjalar pada pipinya. "Tapi kita masih di parkiran gedung reastaurant ini, Dom."
"Aku pikir itu tidak akan menjadi masalah. Tidak ada cukup penerangan di parkiran gedung ini, dan kecerahan kaca mobilku yang hanya empat puluh persen, membuat ini jadi lebih mudah," ucapku yakin. Bertolak belakang dengan Mia Oswald yang dengan ragu bertanya, "kau yakin?"
"Ya." Sekali lagi aku menjawab tanpa menyusupkan sedikitpun keraguan di dalam kata singkatku.
"Bagaimana jika ada seseorang yang melihat mobil ini bergoyang - goyang?" tanya Mia Oswald dengan mata polos. Walau kalimatnya sedikit memancing tawaku karena apa yang di katakannya memang benar, tapi aku tidak ingin mengudarakannya dalam keadaan ini. Sebab lebih memilih fokus pada tatapan polosnya. Sesuatu yang baru kudapatkan selama ini. Dan itu membuatnya nampak lebih menggemaskan.
Aku sendiri kadang heran jika akhir - akhir ini pikiranku sedikit berubah. Dulu aku begitu mencelanya tanpa henti namun sekarang? Pikiranku di penuhi oleh Mia Oswald yang menggemaskan, Mia Oswlad yang lucu, Mia Oswald yang berkelakar dan Mia Oswald yang menampilkan tatapan polosnya padaku.
Kadang aku berpikir ini sangat menggelikan.
Kembali fokus pada apa yang akan kulakukan, aku pun menjawab, "itulah sensasinya. Sekarang pindahlah ke kursi belakang," titahku padanya.
Dengan ragu Mia Oswald menuruti kata - kataku untuk pindah ke kursi belakang sementara diriku menurunkan kursi kemudi yang kududuki untuk mempermudah jalanku menuju Mia Oswald. Setelah berhasil aku menakup kedus pipinya, mulai ciumannya lagi. Pertama - tama secara perlahan, kemudian semakin lama semakin menggebu - nggebu seraya menggiringnya untuk terlentang. Agar aku lebih leluasa mencumbunya.
Layaknya percintaan kami yang sudah - sudah, aku tidak ingin membuatnya singkat. Aku ingin percintaan panjang. Hanya dengan wanita ini. Selalu dengan wanita ini.
Mia Oswald mengurai tangannya yang mengepal di dada. Beberapa saat kurasakan telapak tangannya yang dingin akibat salju - salju yang dia sentuh tadi mulai meraih wajah dan mengusap pipiku secara perlahan. Membentuk kenyaman dalam hatiku.
Sementara aku sibuk menjelajah dalam indra pengecapnya, dia membantuku melepas jaket dan turtle neck hitam yang kukenakan.
Kembali melayangkan ciuman pada bibirnya, aku juga menjelajah di setiap sudut ruangan itu, mencari setiap cecapan manis yang selalu wanita itu tawarkan. Selalu menjadi canduku.
Tangan Mia Oswald menelusuri otot lenganku. Saat indra perabanya berusaha berjalan ke punggunggku, aku menghentikannya karena takut dia akan mencakarnya lagi. Itu masih perih. Memang tidak dapat di pungkiri jika Mia Oswald sangat sexy saat mengerang dan mencakar punggungku. Tapi tidak untuk saat ini.
Jadi yang kulakukan berikutnya adalah meminta Mia Oswald untuk duduk kembali, membantunya melepas jaket serta turtle neck warna senada hingga menyisakan sebuah penutup keindahan milik wanita itu.
Menatap Mia Oswald sejenak, aku meyakinkan dirinya untuk bertanya, "akan kutunjukkan sekarang, apa kau siap?"
"Ya," jawabnya singkat tanpa ragu. Aku sangat mengacungi jempol atas sikap penasarannya.
"Beri tahu aku jika aku menyakitimu, beri tahu juga jika kau ingin berhenti, aku tidak ingin memaksamu melakukannya," ucapku tulus.
"Ya, I know, Dom."
Kau tahu? Aku suka sekali cara dia memanggil namaku di tengah percintaan kami. Itu semacam menjadi energy bagiku untuk terus melanjutkannya. Melepas penutup dadanya dan membuang benda itu ke bawah kursi, mengumpulkan kedua tangan Mia Oswald ke atas kemudian kulilitkan pada seatbelt.
"Katakan jika aku terlalu kencang melilitnya."
"Ya, tentu."
Setelah semua tangannya terlilit dengan baik aku mengambil sapu tangan di kantung celana jeansku. Melipatnya membentuk segitiga kemudian melipatnya lagi hingga membentuk untaian panjang.
"Arahkan rambutmu ke atas," pintaku sebelum menutup matanya dengan sapu tanganku. "Ini akan membuatmu lebih menikmatinya," ucapku saat sapu tangan itu sudah terpasang sempurna melingkari kepala Mia Oswald. "Sekarang kau tidak bisa mencakarku," ungkapku dan aku melihat setitik senyum di bibirnya yang detik itu juga kuserbu.
Mendaratkan tangan pada keindahan milik Mia Oswald yang terasa hangat, aku meremasnya pelan. Membentuk sebuah erangan merdu dari bibir wanita itu.
"Aahh..."
Mia Oswald menjerit pelan saat kutelusuri lehernya. Menambah jumlah hickey yang sudah mulai memudar. Selesai dengan lehernya, lidahku menyapu pundak wanita itu.
Kugigit kecil, meninggalkan jejak - jejak panas di sana.
Tidak tahan dengan hanya meremas, aku menjepitkan dua jariku di antara puncak keindahan Mia Oswald yang sudah menantangku. Menenggelamkannya dalam mulutku, menggigit pelan dan itu membuatnya mengerang hebat.
"Oh! Aaaahhhhh, Dooommm."
Tidak cukup sampai di situ, aku segera melepas sepatu kets dan menyisakan kaus kakinya. Juga meloloskan jeans dan celana dalam berenda hitam yang dia pakai, kemudian meletakkan jari - jemariku di sana, menyentuh permukaan halus, lembab dan basah itu. Kuusap pelan, Mia Oswald kembali merintih sambil menggigit bibirnya sexy.
Mia Oswald saat ini benar - benar sexy. Dengan tangan terangkat ke atas yang terlilit seatbelt, mata tertutup sapu tangan dan bibir sexy-nya terbuka untuk menyuarakan desahan merdunya. Pemandangan yang membuat milikku semakin mendesak, ingin meloloskan diri. Namun sebelum itu aku akan membuatnya merasakan kepuasan terlebih dulu dengan jari - jemariku.
Menelusupkan dua jari sekaligus di dalam sana kemudian menggerakkannya secara seduktif dan teratur, kadang juga tidak beraturan membuat Mia Oswald tidak tahan dengan perlakuanku. Kepalanya gelisah, tubuhnya semakin menggelinjang.
"Dom, I wanna explode, make it faster." (Aku ingin meledak, buatlah itu semakin cepat)
Aku menyeringai di balik lehernya seraya melajukan gerakan sesuai perintahnya. "Like this?"
"Hhhaahhh iyaa... Like aahhh thaattt."
Detik berikutnya Mia Oswald menegang, meneriakkan namaku secara lantang dan sexy. Kemudian melemas dengan napas ngos - ngosan. Dadanya naik turun dengan peluh membanjiri pelipisnya di dalam mobil dengan penghangat yang kusetel standart.
Untuk beberapa saat, aku membiarkannya menikmati pelepasannya, bersamaan dengan jeans dan Calvin Kleinku yang sudah turun dari tempat yang seharusnya.
Mengambil posisi duduk di sebelah Mia Oswald, sambil membuka plastik pengaman dengan menggigit ujung pembungkus itu, aku meminta, "naikah ke pangkuanku, kau yang memimpin."
Mia Oswald menangguk patuh, namun karena matanya yang tertutup dan tangan terikat, jadi setelah kupasang benda karet itu, aku bimbing dirinya untuk naik di atas pahaku.
Moment dimana milikku amblas sepenuhnya di telan tubuh Mia Oswald, saat itu juga aku mengumpat dalam hati. Fuck, this is so amazing sex.
Wanita itu juga tampak menikmati moment ini, bibirnya terbuka, mengeluh nikmat sembari mengadabtasikan milikku dalam tubuhnya. Sebelum bergerak, dia memaksakan lengannya yang terlilit di seatbelt untuk dilingkarkan pada leherku. Sementara tanganku memegangi pinggang rampingnya, Mia Oswald mulai bergerak secara perlahan kemudian semakin menjadi liar.
Dan aku merasakan kenikmatan yang sangat pada tubuhku.
"Aahh.. sshhh..." desahnya di sertai desisan.
"Do you like being an alfa women like this Mia?" Aku bertanya dengan memegangi seluruh rambut lurus Mia Oswald yang bergerak - gerak hampir menutupi wajahnya. Kutarik ke belakang seperti menjambaknya. Mia Oswald menyukainya.
"Yaaahhhhh..." jawabnya.
"Ssshhh kau mau tau yang lebih nikmat?" tanyaku dengan suara serak dan erangan tipis karena ini benar - benar sangat luar biasa.
"Ahpa?"
"Mengumpatlah, selain sensasinya akan membuat lebih terasa nikmat, rasanya kau lebih sexy jika mengumpat, aku menyukainya."
"Ahh... kau sudah gila Dom aaahhh."
"Yes, I'm. Jadi mengumpatlah." Aku membantu Mia Oswald mempercepat gerakan dan dirinya semakin mendesah tidak beraturan. Sesekali kutampar dengan keras bongkahan padatnya membentuk jejak panas kemerahan, mencetak jelas jari jemariku di sana.
"Cobalah," pintaku lagi sambil meraup keindahan Mia Oswald yang menari di depanku, kemudian menenggelamkan puncaknya dalam mulut. Kali ini kugigit dengan begitu keras. Mia Oswald menjerit, "ahh fuck..."
"Ya, that's right baby. How do you feel?"
"I'm going to explode Dom."
"I'll make it faster and harder. Are you ready?" tanyaku di sela - sela lehernya yang baru saja kutandai. Kemudian melingkarkan jari - jariku untuk mencekik lehernya dengan teknik tertentu agar dia masih bisa bernapas dengan lancar.
Mia Oswald kembali mengumpat saat kuperlakukan dengan kasar. Berkali - kali menampar pantatnya dengan sangat keras, berkali - kali menggigit keras puncak keindahannya yang semakin mencuat dan menantang, sesekali aku mencekik lehernya.
"Yes, fuck... Aaah... fuck you Dominic, you make me crazy Dominic."
Kau juga membuatku gila Mia.
Bahkan tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya jika Dominic Molchior akan dua kali lipat lebih bergairah kala mendengar umpatan kasar dan melihat ekspresi marah dari wanita itu ketika aku memaksanya bercinta denganku. Menyentak tubuh tidak berdayanya dengan kasar, brutal dan tanpa ampun, berbanding terbalik dengan kepemilikannya yang semakin mencengkram erat milikku seakan - akan tidak rela kulepaskan.
Sama halnya seperti sekarang, saat aku memperlakukannya dengan kasar, wanita yang sedang bergerak liar di pangkuanku semakin cepat mencapai puncak pelepasan kenikmatan.
Berkali - kali dia memanggilku di tengah desahan panjangnya. Hingga akhirnya aku tidak tahan lagi untuk ikut mencapai puncak kenikmatan. Baru saja rasanya akan meledak, ekor mataku menangkap seseorang berjarak sekitar lima meter dengan wajah curiga tengah berjalan ke arah mobil ini.
Shit! Shit Shit!
"Mia, berhenti!" bisikku dan menenangkan tubuhnya dengan pelukan.
Wanita dengan keringat yang berbaur dengan keringatku ini kebingungan. "Dom, apa yang terjadi?" tanyanya.
"Sssttt diamlah, Mia," titahku dengan cepat membuka penutup matanya dan melepas lilitan tangannya.
"Ada apa?" Lagi - lagi wajah bingung dengan rona merah yang wanita itu perlihatkan.
"Ada seseorang yang curiga sedang menuju ke sini. Turunlah dan cepat pakai bajumu sekarang juga."
Aku membimbingnya turun dari pangkuanku sementara Mia Oswald sibuk membenahi diri, selesai membuang pengaman ke sembarang arah, aku menaikkan Celvin Klein dan jeansku. Namun saat baru saja hendak memakai turtle neck, kaca pintu mobilku sudah di ketuk lebih dulu. Reflek aku melihat Mia Oswald yang masih memakai jeans dan bra saja.
Double shit!
________________________________________
2105 guys, kepanjangan kah? Atau masih berasa pendek? Komen ya 😁
Btw gimana sama chapter ini? Terlalu hot? Terlalu ngeri apa gimana?
Muehehe kasian bener Dom nggak jadi anu
Next chapter mereka bakal ngapain ya
Bonus photo Mia Oswald
Mr. CEO lagi bete gegara mggak jadi anu
See you next chapter teman - temain
Keep healty, stay at home if you can, keep social distantce, and don't forget to wash your hand
Plus jangan lupa berdo'a ya
With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻
28 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top