Chapter 21

Selamat datang di chapter 21

Terima kasih sudah memenuhi kuota 155 vote dalam waktu kurang dari 24 jam,
WOW, ini rekor tercepat teman - teman lho
Karena antusias apa karena gabut gegara sosial distance ya?
Ehehe canda, mau karena apa pun pokoknya makasih banget guys

Well, tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (suka gentayangan)

Tambahkan ke perpustakaan, reading list, dan share jika kalian suka sama ceritanya

Well, happy sat night

Happy reading

Hope you klepek - klepek sama chapter ini

❤❤❤

________________________________________

Aku hanya membiarkan diriku jatuh
Kemudian tidak ingin keluar karena baru saja merasakannya

°°Mia Oswald°°
________________________________________

Las Vegas, Nevada, 26 Desember
13.15 p.m.

Ketika kuputuskan untuk mencium pria itu atau melingkarkan tangan pada pinggangnya, aku sadar akan sesuatu. Mungkin semenjak beberapa hari ini. Namun aku selalu berusaha menepisnya. Selalu berusaha untuk tidak memikirkannya.

Aku yakin kau pasti sudah bisa menebak apakah itu.

Ya. Kau benar. Aku tahu, demi Tuhan aku tahu bahwa aku salah karena telah menaruh hati pada pria ini di saat kekasihku mempercayaiku sedang tugas keluar kota. Tidak menganggu, tidak menghubungi—termasuk mengucapkan selamat natal—selama beberapa hari ini karena memang menganggapku sedang bekerja, sama seperti halnya orang tuaku yang menganggapku bekerja di Las Vegas saat ini. Dan aku sengaja tidak membantah, hanya membiarkan mereka dengan presepsi mereka. Semua karena aku ingin bersama Dominic Molchior.

Tolong beritahu aku. Bagaimana caranya untuk tidak jatuh cinta pada Dominic Molchior?

Di saat aku menemukan sesuatu yang tidak kutemukan pada diri Hansel Brent?

Dominic Molchior yang menggemam tanganku dengan erat dan rasanya hangat sementara Hansel Brent selalu menggunakan sarung tangan di musim dingin saat menggegam tanganku.

Dominic Molchior selalau menyukai masakanku—suatu bakat yang mungkin kubanggakan—sementara Hansel Brent sibuk diet untuk body builder-nya dan belum pernah sekali pun mencoba masakanku walau tengah cheating day di tengah jadwal dietnya.

Dominic Molchior yang sangat tahu tempat impianku dari hal - hal kecil yang diperhatikannya seperti tempat ini. Sementara Hansel Brent yang sibuk menata masa depannya sendiri, belajar lagi, mengumpulkan beberapa brosur beasiswa untuk kuliah masternya tanpa ingin melibatkanku di dalamnya.

Dominic Molchior yang menilik dalam kehidupan pribadiku di Brooklyn, akrab dengan orang tuaku serta kupilih sebagai orang yang kupercaya untuk kuceritakan masalah Maya Delilah disaat Hansel Brent sama sekali tidak tahu masalah itu karena selalu mengalihkanku dengan pembicaraan lain.

Dominic Molchior yang membantu ayahku melewatkan masa kritisnya, tiba - tiba membawaku pulang, dan itu seperti tanpa sengaja aku sudah bergantung pada Dominic Molchior.

Hal yang tidak pernah kulakukan pada orang lain termasuk Hansel Brent. Sampai - sampai dia protes. Apa kau ingat Hansel Brent pernah mengatakan jika aku harus belajar bergantung pada orang lain karena tidak hidup sendirian di dunia ini? Itulah bentuk protes yang selalu dia ajukan agar aku bergantung padanya.

Dan ternyata Dominic Molchior-lah yang malah tidak sengaja membuatku bergantung padanya.

Dan kau pasti tahu yang paling parahnya lagi, Dominic Molchior yang membuatku jadi masokis, hal yang selama ini tidak pernah terlintas sedikit pun dalam otakku.

Semua yang di lakukan oleh Dominic Molchior secara tidak sadar membuatku menyukainya.

Aku tidak tahu, juga tidak berusaha mencari tahu karena memang tidak mau tahu semua yang dilakukan Dominic Molchior, apa itu termasuk perangkapnya untuk menjeratku agar mau bercinta dengannya? Apakah dia juga sama memendam perasaaan denganku? Namun bagian ini rasanya mustahil.

Aku tidak tahu, aku juga tidak ingin peduli atau sama sekali tidak keberatan. Karena pada kenyataannya pria beraroma musk itu tidak memaksaku.

Aku hanya membiarkan diriku jatuh, kemudian tidak ingin keluar karena aku baru merasakannya beberapa hari ini.

Logikanya, aku harus memutuskan hubunganku dengan Hansel Brent lebih dulu bukan? Tapi nyaliku terlalu ciut. Bertolak belakang dengan perasaanku yang kian membeludak pada Dominic Molchior.

Bagaimana caraku harus menjelaskannya?

Aku benar - benar tidak bisa.

Apa aku sekarang sudah menjadi wanita buruk? Meniduri pria lain di saat memiliki kekasih? A slutty bitch? Walau kenyataannya aku hanya bercinta dengan satu orang seumur hidupku. Ya. Hanya dengan Dominic Molchior.

Aku rasa pernyataan itu memang cocok kusandang, tapi sekali lagi aku menolak berhenti. Aku bahkan tidak peduli tentang gagasan itu karena aku tidak mau berhenti menyukai Dominic Molchior secepat ini. Malah membiarkan diri mengikuti arus kemana arah kami akan melangkah tanpa kejelasan seperti apa hubungan yang kami jalani saat ini.

Tidak, aku tidak mau memikirkan konsekuansi yang harus kutanggung sekarang atau pun di masa mendatang. Aku hanya akan menikmati setiap moment yang bisa kuhabiskan bersama pria bermata biru terang dan berkulit tembaga eksotis itu dalam lingkaran setan ini.

Sama halnya dengan saat aku memutuskan memberinya kado natal dan baru saja memberitahunya tentang itu. Dominic Molchior nampaknya ingin menyelesaikan acara makannya dengan cepat. Sampai - sampai beberapa kali dia tersedak dan aku reflek menyodorkan segelas minuman yang dia pesan.

Aku ingin menepuk pungung lebarnya, namun posisiku jauh dari kata nyaman untuk melakukan hal tersebut karena duduk di seberang pria itu. Jadi yang bisa kulakukan hanyalah memeperingatkannya dengan kata - kata.

“Pelan - pelan saja, memangnya ada yang sedang mengejarmu saat makan?” tukasku menirukan ibu saat kemarin memarahiku karena tersedak akibat terlalu tergesa - gesa makan french toast.

Setelah mengelap mulut dengan serbet, dia baru menjawab. “Aku sangat lapar.” Kemudian melanjutkan acara makannya lagi tanpa melirikku.

Aku tersenyum geli ke arahnya. Baru kali ini aku melihat sisi lain dari Dominic Molchior yang seperti ini. Mengenakan baju kasual, obrolan santai, dan sikapnya yang lumayan mirip anak kecil. Padahal di kantor dia sangat di segani karena ketegasan dan raut wajahnya yang serius serta kaku.

Dan itu semua yang membuatku semakin menyukainya, termasuk sikap spontanitas yang dia ambil.

Aku jadi tidak sengaja membayangkan bagaimana jika orang - orang kantor akan menemukan CEO-nya berkelakuan mirip orang belum makan lima hari seperti ini. Pasti wajah mereka akan sangat tercengang.

Aku masih memperhatikan Dominic Molchior yang sudah beralih ke makanan penutup saat aku menanggapi ungkapannya. “Aku pikir kau tadi sudah makan hampir lima potong  french toast buatanku, aku tidak menyangka kau akan cepat selapar ini setelah aku menyebutkan kado natal untukm—”

“Uhuk - uhuk.” Dominic Molchior kembali tersedak. Kali ini aku berdiri di belakang pria itu dan menepuk - nepuk punggung Dominic Molchior yang otot - otonya terasa sangat keras. Jadi aku juga mengeraskan tepukan tanganku di punggungnya.

“Mia, kau mau membunuhku? Itu sangat sakit!” protesnya sembari menundukkan badan berusaha menghalau tanganku yang masih melakukan itu namun segera menurunkan kadar kecepatan dan kekerasan tepukannya.

“Aku hanya ingin membantu agar makananmu tertelan dengan benar,” jawabku lugas yang sekarang semakin memelankan kegiatan menepuk punggung pria itu.

Dominic Molchior menoleh ke belakang untuk menatapku. “Terima kasih, tapi kurasa sebaiknya kau cukup mengomel di tempat dudukmu, tidak perlu repot - repot mau mebunuhku seperti ini.”

“Astaga! Siapa yang akan membunuhmu?!” pekikku lumayan nyaring hingga mengundang beberapa mata untuk menilik ke arahku.

Pandanganku dan Dominic Molchior menyapu ke orang - orang tersebut kemudian dia melihatku lagi. “Duduklah,” titahnya dengan nada normal serta mempertegas titahnya dengan menolehkan kepala ke tempat dudukku tanpa memutus pandangan matanya dariku sedikit pun.

“Baiklah,” jawabku segera duduk sambil menggerutu implusif. “Padahal aku melakukannya karena otot punggungmu sangat keras, mungkin kau tidak terasa dan tidak akan berefek pada tersedakmu jika aku tidak menepuknya dengan keras.”

“Dengar,” kata Dominic Molchior yang menatapku dengan mata biru itu, tangan kirinya yang memegang garpu di acungkan ke atas. “Punggungku sakit karena tadi pagi aku baru saja angkat beban di tempat gym dalam estate orang tuaku bersama William, maka dari itu akan sangat sakit jika kau tekan sedikit saja, tapi kau malah mengeraskan tepukanmu. Aku pikir aku bisa mati kesakitan karena itu Mia!”

Astaga dia berlebihan!

Bertolak belakang dengan hati yang mengejeknya, aku mengangguk. Mulutku membentuk huruf O tanpa menyuarakannya. Tapi rasanya kasihan melihat Dominic Molchior yang sepertinya memang sangat kesakitan, jadi aku sebaiknya mengucapkan sesuatu agar dia tidak marah. “Maaf, aku tidak tau,” ucapku jujur.

“Selain itu, punggungku juga masih perih,” tambahnya.

“Perih?” Apa dia baru saja tergores sesuatu?

Aku mengulanginya seperti orang tolol. Mungkin dia bisa melihat wajah bingungku sekarang.

Namun reaksinya diluar dugaanku. Dengan santainya Dominic Molchior menjawab, “bekas cakaranmu saat kita bercinta tempo hari.”

“Dooom!” Aku reflek meneriakinya sambil meletakkan sendok di atas meja dengan keras. Beberapa mata menoleh lagi ke arah kami. Tapi kali ini kuhiraukan.

Wajahku langsung panas. Antara mengingat percintaan kami tempo hari, menahan malu karena mungkin orang - orang akan memandangku dengan aneh, atau marah karena Dominic Molchior mengatakannya dengan santai seolah - olah itu hal biasa baginya? Padahal itu moment berharga bagiku? Maksudku, mungkin pria yang sudah kembali mengunyah makanannya sambil terus memperhatikanku dengan wajah tanpa dosa ini sudah pernah bercinta dengan beberapa wanita, tapi aku tidak. Aku hanya bercinta dengannya saja.

“Apa?” tanyanya bingung. Ingin sekali kulempar wajahnya dengan serbet yang sudah kugenggam erat - erat di bawah meja.

“Bisakah kau tidak membahas itu di tempat umum?” Aku berusaha mengeja kata - kata tersebut dengan nada penuh penekanan agar dia paham jika ucapannya itu kurang sopan karena tidak senonoh.

Dominic Molchior meletakkan tangannya yang masih menegang garpu di atas meja, wajahnya yang seperti ingin di lempar serbet itu kembali berkata, “apa salahnya dua orang dewasa berlawanan jenis seperti kita, melakukan sex?!

“Astaga Dom!” Lagi - lagi aku kembali memekik. Saat Dominic Molchior hendak melempar kalimat sanggahannya, tanganku mengacung ke atas, mengisyaratkan dia untuk diam. “Kembali ke mode senyap sampai kau mengabiskan makananmu atau kado natalmu tidak jadi kuberikan!” ancamku. Dan anehnya lagi dia menurut seperti tadi pagi walau wajahnya nampak sangat ingin mengumpat dan protes, tapi pria itu menahan diri. Sampai benar - benar menghabiskan makanannya, membayar tagihan dan memberikan tips lumayan besar pada pramusaji, hingga mengambil jaket kulit yang kami titipkan kemudian berjalan ke luar Hell’s Kitchen dengan aku yang berjalan di depan Dominic Molchior seperti memimpinnya.

Aku tiba - tiba berhenti karena ternyata salju di luar turun lumayan deras. Tanganku yang tidak mengenakan sarung tangan pun terulur ke depan dengan wajah menengadah, merasakan dinginnya salju - salju yang berjatuhan sambil tersenyum senang. Melupakan keberadaan Dominic Molchior yang tampak sedang memperhatikanku.

Beberapa saat dalam posisi ini, aku merasakan punggungku menyentuh tubuh Dominic Molchior yang berdiri tepat di belakangku tanpa ada jarak. Dia memang tidak memelukku seperti pada malam natal di depan cafe, namun jantungku berpacu dengan cepat saat dia mencodongkan tubuku sambil berbisik, “apa salju lebih menarik dari pada kado natalku, Mia? Kau tahu? Aku sudah sangat penasaran dari tadi, bisakah kau memberikannya padaku sekarang?”

Berusha untuk berbicara lancar walau sulit, aku mulai menyusun kata - kata. “Kenapa kau bicara? Ingat, aku belum menggantimu dengan nada dering.”

Dominic Molchior menjatuhkan wajahya di pundakku seperti putus orang asa. “Ini menyebalkan, tapi anehnya aku tidak bisa melawanmu karena penasaran dengan kado itu.”

Aku tersenyum simpul, menurunkan tanganku untuk meraih wajah, menyentuh pipinya dan menjawab, “baiklah, kuaktifkan nada deringmu. Ayo kita ke mobil sekarang, aku akan memberikan kadonya di dalam mobil.”

“Kenapa tidak di sini saja dan sekarang?”

“Aku malu.”

Sebenarnya sangat susah mencari kado untuk Dominic Molchior karena pria bermata biru terang itu sudah memiliki segalanya. Sangat mampu membeli apa pun yang dia inginkan tanpa perlu menunggu.

Astaga

Memikirkan kembali perihal kadoku untuk Dominic Molchior dan segala yang di miliki pria yang kini tengah menanti kado dariku di dalam mobilnya, membuatku sedikit tidak percaya diri.

Sudah terlambat Mia, kau sudah tidak bisa mundur lagi, berikan saja kadomu sekarang.

“Kau mau melamun, memberikan kadomu sekarang atau menunggu salju turun tahun depan?”

Aku reflek menoleh Dominic Molchior yang menatapku dengan intens. Pencahayaan yang minim menjadikan warna matanya lebih gelap.

“Mungkin tahun depan,” jawabku asal dan itu membuatnya berdecak tidak suka karena aku menguji kesabarannya.

“Baiklah,” kataku kemudian beralih ke tas jinjing yang kupangku dan memasukkan tanganku untuk meraih kado itu. Sebelum mengeluarkan dan memberikan padanya, aku berbicara. “Dom, terima kasih sudah mau menjadi Santa Clause-ku hari ini, aku sangat menikmati makan siang dan suasananya. Ini seperti mimpi bisa makan di tempat ini. Emmm—” sekali lagi aku ragu, menatap mata Dominic molchior yang tampak menungguku. “Apa kau yakin ingin kado natal dariku?”

For God shake Mia, aku sudah menunggu dan menurutimu selama hampir setengah hari,” katanya frustasi. Kembali menatap ke depan. “Terserah kau saja, jika tidak ikhlas, tidak usah memaksakan diri untuk memberikannya. Kalau begitu, kita pulang.”

“T-tunggu Dom, ini, kadomu.”

Dominic Molchior diam tanpa ekspresi sambil menerima grass grower bentuk Santa Clause yang kuberikan padanya sebagai kado. Itu membuatku semakin tidak percaya diri.

“Em, maaf aku hanya bisa memberikanmu itu, kau mungkin dapat kado natal lebih baik dari orang lain. Atau membeli barang - barang harga fantastis tanpa menunggu, Maksudku memang kadoku bukan sesuatu yang mewah. Kau tau sendiri jika aku tidak mungkin bisa membelikan sesuatu yang mewah, yang mungkin sudah kau miliki semua, jadi aku membuat boneka grass grower Santa Cluase untukmu, agar kau selalu mengingatku setiap hari saat menyiramnya dan—hhhmmmppp.”

Dominic Molchior menciumku dalam, bukan penuh napsu dan menggebu - nggebu. Melainkan sangat lembut, sembari memegangi pipiku dengan tangannya yang bebas. Perlahan mencoba menelusupkan lidahnya agar aku menyambut dengan baik, dan itu kulakukan.

Rasanya ciuman Dominic Molchior kali ini berbeda. Lebih manis, kurasa. Beberapa detik berikutnya dia melepas ciuman dan menempelkan dahinya di dahiku. Masih dengan tangan yang memegang pipiku dia berkata, “Terima kasih, aku sangat suka kadonya, tidak ada yang memberiku kado seperti ini sebelumnya.”

“Kau yakin?” tanyaku ragu dengan napas memburu.

“Ya,” jawabnya tanpa ragu. Menggerakan wajahnya ke telingaku untuk berbisik, “Mia, bolehkah aku menginginkamu sekarang?”

________________________________________

Hayo lho hayo lho
Next chapter ada nananina nggak ya?
Muehehehee

2084 Kata Guys

Tolong komen ya kalau terlalu ngebosenin
Sebenernya guys, saya buttuh berjam - jam buat nulis, melakukan sedikit riset agar tulisannya baik dan bermanfaat (jika saya masukkan sesuatu tertentu dalam chapter ini)
Terus suka kepencet gegara sambil makan dll
Jadi mon maap kalo lama banget nunggunya

Btw guys saya akan membahas sedikit tentang grass grower atau sebutan kerennnya di Indonesia adalah boneka horta.

Boneka horta (hortikultura) pernah booming beberapa tahun lalu guys, bentuknya juga ucul ucul, uda gitu murah lagi, mulai dari harga 10.000 lhooo

Nah, yang bikin saya lama ngetik chapter ini tuh, saya bener2 search character Santa Clause dari boneka horta ini, terus melajarin gimana cara bikinnya di youtube sampe cara ngerawatnya sambil nyatet yang sekiranya perlu buat next chapter

Ntar next chapter bakalan saya bahas gimana cara ngerawat boneka horta berdasarkan apa yang telah saya pelajari dari berbagai sumber yes

Oh ya next chapter juga bakalan saya kasih liat gimana hasil tumbuh boneka hortanya di Dom ini ya

Btw, Capek juga ya nerocos dari tadi

Well, bonus photo Mia Oswald

Dominic Molchior

See you next chapter, saya beri tantangan teman - teman buat 200 vote, kira - kira bisa nggak ya?

Keep healty guys, jangan lupa berdo'a juga, and don't forget to wash your hand

With Love
©®Chacha Prima
👻👻👻

21 Maret 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top