Sisa - Tim

Chapter 23

Tim

Derik kayu bakar yang termakan api, membuat asap mengepul tinggi ke udara. Mira sudah tersadar dan kini dirinya telah dibalut selimut tebal berwarna keabuan yang berbulu lebat.

Disisinya, duduk Melody yang kadang sesekali mengatur nyala api unggun. Langit telah gelap, semilir angin yang berhembus mengakibatkan sensasi dingin yang cukup menusuk.

Odi si kuda sedang ditambatkan agak jauh, sementara itu Saka, Ellon, dan Lei entah pergi ke mana.

"Apa kau merasa baik-baik saja?" tukas Melody, seraya menoleh menatap Mira.

Rambut merahnya terlihat bercahaya saat ditempa cahaya api unggun. Gadis itu menoleh sebentar sembari tersenyum kecil pada Melody. Lalu kembali menoleh menatap api unggun.

"Tidak lebih baik. Saat kau mengetahui ada sosok naga yang ditanam dalam dirimu," sahut Mira acuh tak acuh, "aku tidak tahu. Apa aku harus bersyukur dengan ini atau tidak. Rasanya mengerikan."

Melody hanya bisa tertengun, lalu ikut memandang balik pada derik api unggun di depan mereka.

"Aku tahu, pasti rasanya berat. Tapi jika kau tidak keberatan. Aku ingin sekali menemanimu. Lebih tepatnya membantumu."

Kini, kepala Mira tertoleh, begitu pun Melody. Keduanya saling menatap dengan dalam.

"Aku ... sebenarnya mau ke ibukota. Lei adalah utusan kerajaan," lirih Mira. Kemudian membekap erat selimut.

Seharusnya naga tidak bisa kedinginan.

"Arghhh!!!" Mira sekoyong-konyong menjerit kesakitan. Suara asing yang bergema di dalam kepalanya terasa sangat sakit.

"Mira? Kau tak apa?" Cemas Melody.

Mira hanya bisa mengganguk. Rasa sakit itu terasa hanya sesaat. Tapi sakitnya sungguh luar biasa.

"Kalian tidak apa-apa?" Saka yang dengan napas tersenggal-senggal kini berlari menghampiri mereka dengan rambut yang masih basah.

"Kak Mira? Kak Mira tidak apa? Aku mendengar Kakak menjerit kesakitan. Apa rasa sakitnya kambuh? Kak Lei masih berpakaian sebentar lagi tiba."

Tahu, bahwa dirinya menimbulkan kecemasan pada orang sekitar. Mira pun kembali menggelengkan kepala.

"Aku baik-baik saja. Keringkan rambutmu, Saka," ujar Mira.

Saka menurut, diambilnya handuk kecil yang melingkar di leher lalu mulai mengeringkan rambut.

Lei yang tiba bersama Ellon kembali mengajukan pertanyaan yang sama.

"Aku baik-baik saja. Jangan khawatir," tukas Mira untuk yang kesekian kali.

Ellon yang merasa kurang puas mendengar jawaban Mira. Melirik cemas pada Lei. Pasalnya, pria ini tadi sangat terburu-buru mengenakan pakaian dan berlari secepat yang ia bisa.

"Naigra sudah terbangun. Kau akan sering mendengarnya berbicara di beberapa situasi. Mungkin perjalanan ini akan menyakitkan."

Lei pun kembali menghilang dalam kegelapan. Ellon yang melihat kepergian Lei pun lantas berlari mengikuti.

"Katakan padaku. Apa yang diinginkan Kaisar? Membawa seekor naga padanya? Aku tidak yakin, ini akan jadi perjalanan yang menyenangkan. Izinkan aku bergabung. Aku tahu jalan tikus yang bisa kita lalui."

Tanpa mempedulikan ocehan Ellon, Lei terus melangkah jauh dekat bibir sungai. Yang mana, merupakan tempat mandi mereka tadi.

Diambilnya pedang yang tadi tergelatak di atas kerikil-kerikil kecil. Lalu mengikatnya di pinggang.

"Aku tahu, apa yang kulakukan." Lalu kembali berjalan ke arah api unggun.

"Jika Kekaisaran ingin memanfaatkan kekuatan Mira. Ini akan terjadi perpecahan negara. Para guild dari berbagai aliansi akan bergabung untuk menghentikan itu. Dan hanya yang terkuat yang bisa menang."

Langkah cuek yang semula di lakukan Lei. Sekonyong-konyong mendadak terhenti dan hal tersebut membuat Ellon sedikit bingung.

"Ada apa? Apa kau terpikirkan sesuatu?"

Lei pun melirik tajam.

"Cih, kau jenis ikan yang sangat cerewet." Lalu pria super duper jutek itu pun melangkah lagi.

Tanpa mempedulikan raut wajah Ellon yang berubah merah dicampur rasa syok yang amat sangat terlihat.

"Tu ... tunggu!" ucap Ellon dengan nada serak. Lalu bergegas menahan lengan Lei.

"Kau!" katanya, "bagaimana kau tahu. Aku adalah duyung? Siapa kau sebenarnya?"

Mendengar hal tersebut, Lei hanya tersenyum tipis dengan mengangkat ujung garis bibirnya. Tampangnya yang songong seolah mengejek Ellon.

"Duyung selalu berubah saat di dalam air. Tapi kau tidak. Kau berusaha menahan perubahan kakimu dengan membentuk ingsan transparan dibalik telinga. Ini memang gelap. Tapi mataku yang tajam tidak akan tertipu."

Seolah itu bukan hal yang mengejutkan. Lei pun melangkah pergi meninggalkan Ellon. Yang masih mematung dengan sejuta tanya dalam kepala.

"Pria songong itu. Siapa dia sebenarnya?"

.
.
.

Malam semakin larut dan dalam sebuah tenda kecil. Mira dan Melody tidur bersama. Sedangkan Lei, Ellon dan Saka tidur mengelilingi api unggun.

Tapi ... sampai detik ini. Ketiga laki-laki tersebut masih duduk manis menatap api.

"Besok apa rencanamu? Informasi tentang Mira pasti sudah tersebar," seru Ellon yang memulai pembicaraan. Saka yang menjadi paling mudah. Hanya bisa diam sambil memperhatikan dua pria dewasa tersebut berdebat.

"Tetap pada rencana awal," sahut Lei datar.

"Bagaimana jika kau diserang di jalan?"

"Balas menyerang. Apalagi yang bisa dilakukan." Menatap ke arah Saka. Lalu beralih ke arah Ellon. "Lagipula kalian juga ikut. Kalian bisa jadi bidakku."

"Ck, Kak Lei benar-benar keterlaluan," protes Saka, "bisa-bisanya kami hanya dimanfaatkan."

"Siapa suruh mau ikut," lanjut Lei seraya menambah beberapa potongan kayu bakar.

Saka hanya bisa memanyukan bibir dengan kesal. Ditatapnya Ellon untuk meminta dukungan.

"Kenapa Kak Ellon juga mau ikut kami?" tanya Saka

"Kami?" protes Lei. "Sejak kapan kau menjadi kepala dari tim ini?"

"Aku hanya masih penasaran dengan pria asing ini. Lagipula, kekasihku meminta menemani Mira. Sebagai seorang pria sejati. Aku tidak bisa meninggalkannya." Ia pun lantas melirik Saka. "Jika kau ingin jadi pria sejati. Contohilah aku."

Mendengar pidato kebanggaan diri dari Ellon, membuat Saka hanya memutar bola mata malas.

"Awal tujuanku bergabung karena ingin jauh dari ibuku. Tapi sejak malam ini." Melirik ke arah tenda. "Aku ingin membantu dan menemani Kak Mira."

"Setuju," timpal Ellon, "aku juga."

Lei hanya bermuka masam mendengar pengakuan tersebut. Ia pun lantas menghembuskan napas berat.

"Terserah kalian saja." Dia pun lantas mengambil tempat untuk berbaring. Lalu tidur dengan membelakangi kedua rekan barunya.

"Besok pagi, kita harus mencari pasar," ujar Lei tanpa berbalik. "Kita butuh logistik makanan."

Saka dan Ellon pun saling memandang. Lalu tersenyum bersama-sama.

Lei, walau kadang ia bersikap cuek dan menyebalkan. Ia pun akhirnya setuju, membirkan Ellon dan Saka untuk bergabung.

.
.
.

Sementara itu, Mira yang rupanya belum tidur. Tersenyum lega mendengar jawaban Lei. Ia rasa, kehadiran anggota baru di tim mereka bisa membantunya mencari tahu misteri tentang jati dirinya dan keinginan kekaisaran.

Semoga saja, Paman di sana baik-baik saja.

Lalu perlahan, kelopak mata Mira pun terpenjam.

__/_/_/___///_____

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top