Sarya - Pesanan
Chapter 1
Pesanan
"Guild Singa Emas kembali memenangkan perang di tanah orang mati!"
Seorang bocah laki-laki dengan tas selempang penuh akan gulungan koran. Berdiri di antara lalu lalang pusat ibukota Sackan.
Beberapa orang pria baik wanita dewasa. Berhenti untuk sekedar membeli segulung koran dengan harga 2 Cooper.
Mira yang baru saja membeli sekuntum mawar hitam dari seorang Merchant, melemparkan pandangan mata penuh minat. Ia mengamati dengan tajam bagaimana puluhan koran gulung tersebut hampir terjual habis.
"Mereka benar-benar guild yang hebat. Jika saja, aku punya kemampuan dalam bertarung. Aku ingin menjadi salah satu bagian dari guild tersebut."
Mira, seorang gadis berambut merah layaknya buah apel. Menoleh menatap Garen yang merupakan Merchant langganannya.
"Kenapa tidak coba saja?" tanyanya balik.
"Aku tidak cukup mahir menggunakan senjata. Bagaimana denganmu? Kau kan suka sekali bermain pedang sedari kecil," kekeh Garen dengan tawa ringan.
"Tidak, Paman Ron tidak mengizinkanku untuk memegang senjata. Wanita tak perlu ikut berperang," keluh Mira seraya memainkan lembaran kelopak mawar dalam tas rotan yang ia bawa.
"Aku dengar, banyak pejuang yang mengirimkan formulir pengajuan pada mereka. Kau tahu tentang Tristan? Kudengar dia telah bergabung dengan sebuah guild." Garen menerawang, mencoba mengingat nama guild tersebut.
Sedangkan Mira melempar pandangan mata jijik saat mendengar nama mantannya disebut.
"Aku tidak mengenal pria dengan nama seperti itu," tukas Mira. Lalu beranjak meninggalkan gerobak kayu yang dikendarai oleh Garen.
Dengan 2 Cooper dari dalam saku rok. Mira membeli koran terakhir yang di jual si bocah. Ia tak sempat membacanya, sebab suara pasukan berkuda dari arah berlawanan. Membuat beberapa orang menepi dari jalanan.
Ada lambang rubah berekor sembilan dalam jubah orange yang berkibar dibalik punggung mereka. Lambang khas dari guild Kitsune. Guild yang memimpin di kerajaan Sackan.
Guild tersebut telah membangun markas mereka di bagian timur kerajaan Sackan, lebih tepatnya di kastil Annelika. Kastil yang semula dibangun untuk hadiah ulang tahun ke tujuh putri Annelika Tandu. Putri kedua dari kerajaan Sackan.
Alvian, pemuda bertubuh tegak itu berjalan dengan dada membusung di atas pelana. Beberapa teriakan histeris dari beberapa gadis di sebrang jalan membuat pemilik manik cokelat tersebut melirik tipis ke arah mereka.
Hanya sekilas, tapi itu adalah lirikan yang dapat melelehkan hati sejuta umat. Mira sendiri tidak terlalu tertarik dengan pria yang menjadi pemimpin guild Kitsune tersebut.
Mira cukup mengenalnya, mereka tumbuh dan berkembang bersama di kerajaan Sackan. Mira mungkin mengenalnya— tapi tidak dengan Alvian.
Ia adalah putra tunggal dari jenderal perang Sir Xanderson. Gosip tentang Alvian akan menikah dengan putri Annelika berembus kian hangat dari hari ke hari, ketika raja Robertto memberinya hak istimewa dengan menjadikan kerajaan Sackan sebagai markas utama mereka.
Mira melihat parade singkat itu sekilas. Lalu mulai menyebrang dan menelusuri jalan berbatu untuk kembali pulang ke rumah.
Papan nama bertuliskan Hocus And Potion terpatri di atas pintu masuk berdinding kaca tebal. Pintu kayu ek didorong oleh Mira hingga bel dibalik pintu pun berbunyi nyaring.
"Syukurlah, kau pulang," seru paman Ron dari balik etalase toko. "Alvian dan pasukannya memesan ramuan yang cukup banyak. Mereka meminta kita menyiapkannya besok lusa."
"Apa?" seru Mira tak percaya. "Aku baru saja melihat mereka di tengah kota."
Ia berjalan mendekat ke atas rak etalase berkaca. Lalu meletakkan sekeranjang rotan berisi mawar hitam.
"Mereka meminta dibuatkan 200 botol ramuan penyembuh level 1, 300 botol ramuan penyembuh tingkat 3, ramuan pengembali energi mana 150 botol, ramuan asap 50 botol, dan terakhir ramuan cahaya 250 botol."
Pupil mata Mira terbelalak lebar bukan main. Itu adalah permintaan terbanyak dalam waktu pesanan yang terlalu cepat.
"Mereka gila!" desis Mira, "bagaimana mungkin mereka memesan sebanyak itu? Aku bukan mesin!"
Paman Ron hanya terkekeh dari kacamata bulat yang bertenggker di atas hidung.
"Kau bisa melakukannya Mira," ujar paman Ron.
"Tapi lusa adalah hari ulang tahun Paman," kesal Mira. "Bukankah kita sudah berjanji akan pergi menonton drama pentas bersama? Tidak ada pekerjaan dan tidak ada yang namanya pesanan."
Mira pun memayunkan bibirnya dengan wajah cemberut. Ia akan begadang beberapa hari demi membuatkan semua pesanan. Alvian dan guild-nya memang gila.
"Kenapa mereka tidak memesannya di tempat lain? Ada si cerewet Tania dan si jutek Nikita."
Dua wanita yang juga menggeluti dunia herbalis dan merupakan penggemar berat Alvian sejak dulu. Tania dan Nikita sendiri lebih tua 5 tahun dari Mira.
"Ramuan milikmu sangat di sukai Alvian, sayang. Kau membuat tiap tetes mengandung khasiat sihir yang sangat kuat. Bukankah kau ingin menjadi pharmagician yang hebat?"
Senyum manis terukir di wajah Mira. Pamannya yang hampir menyentuh setengah abad itu, selalu mampu membuat keponakan tersayangnya itu tersenyum.
"Baiklah, akan kulakukan. Tapi janji, besok lusa janji kita harus terpenuhi," ancam Mira. Ia tak ingin melewatkan pentas drama yang dilakukan para bangsa Elf setahun sekali.
Pentas itu diselenggarakan secara keliling oleh Elf dari tanah Floral. Mereka terkenal akan aksi pertunjukan di seantero Aestival, bahkan kehadiran mereka tahun ini di kerajaan Sackan adalah hal yang istimewa. Dan Mira tidak akan melepaskan kesempatan emas itu secara sia-sia.
Koin emasnya telah keluar banyak untuk membayar 25 Gold sebagai tiket masuk. Terhitung bersama paman Ron menjadi 50 Gold. Tentu saja, itu bukan jumlah yang kecil.
Ketika menyelesaikan makan malam. Di dalam laboratorium sederhana, Mira pun mulai melakukan pembuatan ramuan penyembuh level 1.
Di katakan ramuan penyembuh level 1. Karena ramuan tersebut dapat di gunakan sebagai media pertolongan pertama dalam pertempuran. Ramuan penyembuh level 1 cocok di gunakan pada luka dan cedera ringan.
Berbeda dengan ramuan level 3. Ini di gunakan pada luka berat seperti pendarahan hebat, benturan keras dan pembekakan akibat infeksi.
Bahan dasar pembuatan ramuan level satu adalah air bulan, serbuk kepingan snow flake, dan serbuk lumut floral. Cukup timbang 5 gram untuk masing-masing serbuk. Lalu larutkan ketiga bahan dalam botol kaca bersama air bulan hingga tanda batas. Mengocoknya sebentar hingga semua komponen menjadi larut. Hasil akhir untuk meningkatkan efek ramuan adalah dengan mengucapkan mantra sebagai pengunci.
"Vinivera," lirih Mira di mulut botol. Cairan di dalam botol tersebut perlahan-lahan berpendar, meliuk-liuk hingga menghasilkan ramuan berwarna hijau terang.
Sedangkan untuk ramuan penyembuh level 3. Selain air bulan, di butuhkan sebotol air mata burung poenix, darah naga dan kelopak bunga goldenesia.
Tiga bahan yang sangat langka. Sekali pembuatan, semua stok air mata burung poenix, darah naga dan bunga goldenesia habis dalam sekejap. Butuh setahun bagi Mira dan Pamannya mendapatkan bahan-bahan tersebut dari Garen.
Ketika 200 ramuan penyembuh level 1 dan 3 berhasil dibuat. Matahari sudah tinggi di atas langit. Mira pun tertidur pulas di atas meja kerjanya dengan deru napas yang terdengar teratur.
Selama bekerja, Mira harus mengeluarkan seluruh mana-nya dalam bekerja. Tentu saja, mana pada setiap orang di Aestival sangat berarti. Tanpa mana tak ada energi sihir.
Seorang pria bertubuh tegak dan netra berwarna cokelat mendekat ke arah Mira yang tertidur. Ia menatap takjub pada helaian rambut merah yang di miliki Mira.
Ketika tangannya bergerak untuk menyentuh tiap helaian tersebut. Paman Ron bergumam pelan di samping Alvian. Hingga membuat tangan pria tersebut bergetar karena terkejut.
"Dia butuh istirahat. Jika kau tertarik mengajaknya bekerja sebagai pharmagician di Kitsune. Kita harus menunggunya hingga terbangun."
_/_/_/_____
Bersambung...
Aku tahu, ini kesekian kali nya aku merevisi Aestival. ಥ⌣ಥ
Janji...
Tak kan ubah lagi... (¬_¬)ノ
Lambang Kerajaan Sackan
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top