Esua - Necromancer
Chapter 14
Necromancer
Lei terkikik geli begitu mendengar penuturan Saka. Baru kali ini ia mendengar bahwa ada seseorang yang menginginkan dua job berbeda menjadi satu.
Rasanya sungguh menggelitik. Necromancer dan Assasint adalah dua pekerjaan yang berbeda. Masing-masing mempunyai keunikan dan keunggulannya sendiri. Necromancer sering dipandang sebagai profesi yang buruk. Pikiran negatif tentang hal ini selalu terlintas begitu mendengar nama Necromancer disebut.
Lei tidak lagi melanjutkan obrolan. Ia memilih mengenakan pakaiannya kembali lalu beranjak tidur di atas kasur yang nyaman.
Saka sendiri masih terdiam di tempatnya. Mencoba memahami bagaimana diri seorang Lei. Lalu netra hitamnya mendelik ke arah dragon death yang tersandar pada samping nakas.
Suara dengkuran terdengar berirama tak lama kemudian. Saka berbaring dengan membelakangi Lei yang tidur terlentang. Tak lama kemudian, kini malah kelopak mata Lei yang terbuka lebar.
Eletric blue melirik sebentar pada dragon slayer. Sebuah cahaya berwarna kebiruan menguar keluar dari balik kaos linen milik Lei.
.
.
.
Keesokan harinya, mereka bertiga sarapan bersama di lobi penginapan. Eletric blue Lei menatap tajam pada perubahan rambut Mira. Wanita itu telah mengikat rambut merahnya menjadi kuncir kuda. Ia terlihat lebih dewasa dengan penampilan seperti itu.
Saka sendiri sibuk menikmati bubur ayam miliknya. Sesekali ia meniup tiap sendok sebelum menelan.
"Bagaimana kakimu?" tanya Lei saat Mira meneguk susu hangat dari gelas kayu.
"Baik-baik saja."
"Kau sudah bisa melakukannya?" tanya Lei lebih lanjut. Mira mengganguk pelan.
"Baiklah, kita akan melanjutkan perjalanan menuju ibukota." Lei lalu melirik ke arah Saka. "Aku tidak bisa membawamu pergi. Hanya sampai di sini kebaikan yang bisa kuberi."
Saka tersedak begitu mendengar ujaran Lei. Ia terbatuk-batuk hingga menarik pengunjung penginapan.
Buru-buru remaja laki-laki itu meneguk air dengan rakus. Lalu menyeka mulutnya menggunakan punggung tangan.
"Aku tidak punya tujuan." Melirik ke arah Mira. "Bukankah Kak Mira sudah mengizinkan untuk ikut dalam perjalanan kalian?" Ia menatap penuh harap. Agar ia tidak ditinggal begitu saja.
Lei menghela napas. Lalu menggerakkan jari tangannya seraya menghitung.
"Pertama, aku sudah menolongmu. Kedua, aku sudah memberimu makan dan tempat tinggal dan ketiga." Menatap tajam pada Saka. "Aku sudah rela berkorban jalan kaki semalam hingga tiba di tempat ini."
"Tapi tetap saja. Aku ingin ikut bersama kalian!" Saka tetap bersikeras dengan keinginannya. "Ayolah, aku bisa jadi anak yang baik. Aku janji tidak akan merepotkan kalian."
"Sejak awal kau sudah merepotkanku," balas Lei dengan ketus.
Nafsu makan Saka perlahan hilang dan ia tidak berselera melanjutkan makannya.
"Baiklah," jawabnya pelan.
Dari bawah meja. Mira menendang kaki Lei dengan kuat. Hingga ia mendapatkan tatapan tajam dari electric blue milik Lei.
"Aku akan bertanggung jawab terhadap Saka. Kita tidak bisa meninggalkan anak sepertinya di tempat seperti ini," tukas Mira dengan penuh pengertian.
"Ada banyak anak yang memiliki nasib lebih parah dari bocah ini." Lei tetap tidak ingin mengubah pendiriannya. Saka tidak diizinkan ikut bersama mereka.
"Jika seperti itu ... Kaisar Okazaki adalah dalangnya. Harusnya ia mampu mensejahterakan rakyatnya."
Rona terbakar mendadak terlukis di wajah Lei.
"Jika sang Kaisar tidak mampu melakukannya. Aku tidak akan membiarkan Saka menjadi bagian dari anak-anak yang terlantar. Di mana hati nuranimu sebagai seorang manusia?"
Sekarang, bukan hanya nafsu makan Saka yang hilang. Tapi juga nafsu makan Lei. Rasanya tidak enak mendapat ceramah tentang kemanusiaan dengan wanita yang ia culik. Di tambah, Mira seakan mengolok-olok perbuatannya.
Sendok kayu di tangan Lei mendadak patah menjadi dua. Bola mata Mira dan Saka serentak terbelalak bersama. Electric blue milik Lei juga terlihat membara. Sepertinya mereka telah memancing singa buas yang tengah tertidur.
Lei mendadak bangkit dari kursi yang semula ia tempati. Lalu berjalan menuju penjaga penginapan tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Mira dan Saka.
"Sepertinya sayangmu marah," bisik Saka dengan perasaan bersalah.
"Sayang?" tanya Mira dengan alis bertaut bingung.
"Ya, sayangmu. Kalian 'kan sepasang kekasih."
Mira merasa tertohok begitu mendengar penuturan Saka.
"Berapa kali aku harus bilang padamu? Aku dan Lei bukanlah sepasang kekasih. Kami hanya--"
"Hanya apa?" potong Saka dengan menaikkan salah satu alisnya. "Pria dan wanita bersama. Aku jelas-jelas melihat Kak Lei memelukmu dibalik pohon. Bahkan bocah ingusan pun tahu kalau kalian adalah sepasang kekasih. Lalu, apa yang kalian berdua lakukan di hutan malam-malam? Mengapa kalian berdua melakukan perjalanan bersama?"
Mira benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Semua rentetan pertanyaan Saka membukam bibirnya rapat-rapat.
Tak lama kemudian, Lei pun kembali menghampiri mereka.
"Mira! Ayo pergi." Ia berucap tanpa menoleh sedikit pun pada Saka.
Gadis berambut apel itu pun menatap balik pada raut wajah Saka yang berubah mendung. Ia bimbang, apa yang akan ia lakukan pada Saka. Lagi pula, ia dan Lei harus segera bertemu Kaisar Okazaki. Mungkin ada baiknya, Saka tidak mengikuti mereka.
Ada bahaya yang Mira bawa ke mana pun ia pergi. Hal itu mungkin tidak baik untuk keselamatan Saka. Tanpa tahu harus berkata apa pada Saka. Mira hanya mengucapkan salam perpisahan dengan lirih dan pergi mengejar Lei di luar penginapan.
Suasana di depan penginapan nampak sangat ramai. Beberapa pedagang telah menjajakan barang dagangan mereka. Beberapa petani lewat dengan mendorong gerobak kayu berisi hasil panen.
Ada sayur-mayur berwarna hijau, beberapa buah, gandum, bahkan padi. Jelas padi adalah komoditas paling mahal yang berada di Aestival ketimbang gandum.
Suara tawar-menawar antara penjual dan pembeli terdengar di mana-mana. Lei terlihat memperhatikan sekitar.
"Apa Saka tidak bisa ikut? Aku akan mengadopsinya. Tugasmu hanya membawaku ke Kaisar Okazaki, 'kan? Jadi, tak masalah. Kalau aku meminta hal seperti ini."
Lei tidak bergeming dari tempatnya. Netra matanya lalu berpendar ke arah langit biru.
"Aku tidak ingin menambah beban," tukas Lei pada akhirnya. "Necromancer sesuatu yang sangat buruk."
"Aku tidak peduli tentang hal itu. Kita sudah menyelamatkannya. Lagi pula, Saka terlihat menderita bersama ibunya. Bukankah ia juga sudah mengatakan bahwa ia tidak ingin menjadi seperti ibunya?"
Kepala Lei pun tertoleh pada Mira.
"Apa kau tahu di mana kita berada sekarang?" Mira menggeleng pelan.
"Desa Firiwage," lanjut Lei. "Bagian dari tanah kebebasan. Tempat kita berpijak adalah salah satu desa terjauh dari pusat tanah kebebasan."
"Aku tidak tahu apa yang kau maksud Lei. Apa yang sedang kau bicarakan?" tanya Mira.
"Mereka menyebutnya Land of Green artinya tanah bebas. Di di tempat ini berbagai ras dapat bertemu dan di larang saling bunuh dan membantai." Mira terlihat menyimak penjelasan Lei. "Kita semua sama-sama tahu bahwa tiap orang berperan dan bertarung untuk menggulingkan Kaisar Okazaki. Di tempat ini, walaupun pembunuhan dan pembantaian dilarang. Tapi kejahatan adalah hal yang dilarang."
"Kalau begitu. Kita tidak bisa meninggalkan Saka begitu saja. Orang-orang mungkin akan mencelakainya," sela Mira dengan khawatir. "Aku akan membawanya ikut."
Mira yang semula ingin kembali masuk ke dalam penginapan. Dicegat oleh Lei yang menahan pergelangan tangannya.
"Kau tidak bisa melakukan itu Mira," ujar Lei. "Kabar tentangmu sudah terdengar di seluruh telinga pejuang Land of Green. Membawa Saka bersama kita. Hanya akan membuat bocah itu dapat terbunuh kapan pun."
__/_/_/______
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top