Erka- Melody

Chapter 16
Melody

Electric blue Lei menatap galak pada Ellon. Ketika ia melirik ke sisi Lei, Ellon mendapati Mira tengah berdiri di samping. Pupil matanya melebar saat menyadari warna rambut merah Mira yang tertimpa cahaya rembulan.

"Kau!" tunjuk Melody dengan ternganga lebar.

Mira tahu, apa yang membuat Melody merasa terkejut. Sudah jelas, ia menjadi pembicaraan penduduk kota Land of Green.

Melody pun melirik ke arah Ellon lalu beranjak pada Lei dan Mira secara bergantian. Ingin rasanya ia meminta tolong pada salah seorang di antara mereka. Namun hatinya ragu, untuk mengungkapkan hal tersebut.

"Kalian jangan pergi ke kota," cegah Melody, "semua orang mencari kalian." Ia menatap pada Mira.

"Terima kasih. Tapi kami tetap akan pergi ke sana," jelas Mira seraya mendongak menatap Lei yang berdiri di sisi kiri. "Apa pria ini bersikap jahat padamu?"

Melody langsung berlari dan menggenggam tangan Mira dengan kuat. Lalu mengganguk pelan.

"Dia menculikku, tolong." Melody memelas kepada Mira.

Ellon merasa tertohok mendengar penuturan Melody. Padahal nyatanya, ia cuma ingin menyelamatkan Melody dari tatapan mesum pria di bar.

"Maaf." Maju mendekat, namun Lei langsung mencegah Ellon untuk lebih dekat pada Mira.

"Jaga jarakmu." Nada suara Lei terdengar mengintimidasi.

"Santai, bro. Aku hanya ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Dia." Menunjuk Melody. "Dia itu kekasihku. Kami sedang bertengkar dan-"

"Bohong!" hardik Melody cepat. "Aku bukan kekasihmu. Lagi pula, kau itu pengunjung bar."

Lei dan Mira menatap penuh selidik pada Ellon.

"Baiklah ... baiklah. Anggap saja yang tadi adalah ungkapkan perasaanku padamu. Sudah sedari lama aku menggangumimu, Hanamari."

Kali ini nada bicara Ellon terdengar tulus. Walaupun begitu, Melody tidak serta-merta mempercayai pernyataan cinta Ellon padanya.

"Namaku bukan Hanamari. Namaku Melody!" tandas Melody. Yang mana pada akhirnya, ia mengungkapkan jati dirinya pada semua orang.

"Itu," tunjuk Mira

Dari kejauhan nampak nyala obor yang kian mendekat. Awalnya setitik lalu melebar dan semakin terang.

"Sial!" umpat Ellon, "mereka mengejar kita." Ia pun lantas menarik lengan Melody. "Kita harus berlari."

Dengan kasar, Melody pun menghempaskan tangan Ellon.

"Aku tidak mau. Kau yang dicari mereka," tuduh Melody.

"Tapi aku menyelamatkanmu, Hanamari. Apa kau ingin kembali pada pria hidung belang itu? Kau ingin menghibur mereka dengan tubuhmu lagi? Di mana harga dirimu sebagai seorang wanita?"

PLAKK

Sebuah tamparan keras mendarat mulus di pipi kanan Ellon. Manik mata Melody berkaca-kaca. Kalimat Ellon sungguh menusuk hati kecilnya.

"Jangan berbicara, seolah kau tahu tentang diriku."

Mira menatap prihatin pada Melody. Ia pun meraih jari-jemari wanita tersebut guna menenangkan hatinya.

"Kami akan mengatantarmu pulang."

Pupil mata Lei seketika melotot tak percaya.

"Mira!" tandasnya, "berhenti terlibat dengan orang lain."

Lei tidak ingin tujuannya terhambat karena Mira mengacaukan rencana yang sudah ia buat. Setelah Saka, kali ini ia tidak ingin terlibat dengan sepasang kekasih yang entah benar kebenarannya atau tidak. Hal itu bisa menghambat perjalanan mereka.

"Kalian pergilah. " Melody berkata pada Mira. "Jika orang-orang itu menemukanku, mereka juga akan menemukan kalian. Ibuku bilang, kehadiran The Red Apple akan mengubah Aestival."

Mira tidak mengerti dengan istilah yang disebutkan oleh Melody. Kendati demikian, ia menatap pada Lei guna meminta persetujuan.

"Kita harus tetap pergi ke sana," tukas Lei.

Seperti yang di sepakati di awal. Lei berniat mengunjungi sebuah toko antik di Land of Green. Mereka perlu membeli persediaan serta bekal guna melanjutkan perjalanan.

Teriakan orang-orang yang memanggil semakin terdengar dekat. Ellon berbalik untuk melihat para pria hidung belang tersebut. Rupa-rupanya mereka tidak akan tinggal diam melihat idolanya di bawa kabur.

Namun, ketika ia kembali menoleh. Keberadaan Mira dan Lei telah menghilang.

"Kemana mereka?" tanyanya pada Melody.

"Mereka telah pergi." Jawaban Melody terkesan cuek dan dingin.

Beberapa Orc terlihat semakin dekat. Ellon memaafkan kesempatan itu untuk meraih kedua pergelangan Melody.

Manik ink milik Ellon menatap lembut pada sepasang hazel milik Melody.

"Aku serius, Hanamari. Aku benar-benar menyukaimu sejak dulu. Aku tidak suka melihat para pria itu meneteskan air liur mereka saat melihatmu pentas. Jujur, aku ingin memilikimu seutuhnya. Walaupun pernyataan ini sulit untuk kau percaya. Tak apa, aku akan membuktikan ketulusanku hingga kau percaya. Pergilah."

Ellon pun mendorong tubuh Melody. Luapan emosi dari ras Orc bergema di balik punggung Ellon. Beberapa pria berotot tinggi dan besar turut hadir.

"Hey keparat!" teriak seorang dari mereka. "Berani-beraninya kau mencuri wanita kami."

Ellon tersenyum tulus pada Melody. Lalu berbalik menatap para penggemar Melody. Melody tak tahu, harus bersikap apa atau berkata apa.

Dalam hidupnya, baru kali ini ia menerima ungkapan cinta dari seorang pria. Nada bicara Ellon serta tatapan matanya terlihat tulus. Bahkan Melody pun merasakan sensasi hangat menjalar di relung hatinya. Dari pada itu, jantungnya berdebar tak karuan.

"Halo," sapa Ellon ramah pada para penggemar Melody. "Sayang sekali, aku sudah merebut wanita pujaan hati kalian."

"Keparat!" Seorang goblin maju dengan tangan terkepal kuat. "Aku akan menghajarmu habis-habisan. Berani benar kau menciumnya."

Ellon terkekeh mendengar ungkapan si goblin. Baginya, mereka semua licik. Jelas-jelas, mereka berebut kesempatan untuk memperkosa Melody.

Ia sudah muak, mendengar rencana menjijikkan yang mereka katakan saat menanti Melody menari tiap malam. Tapi untung saja, pemilik bar merahasiakan jati diri Melody.

Tanpa sadar Ellon tersenyum puas. Ia menyeka bibirnya sendiri, saat mengingat kekenyalan bibir dari wanita yang ia kagumi. Di tambah, ia akhirnya mengetahui nama Melody yang sebenarnya.

Tak ada yang bisa melancarkan serangan. Jadi mereka berbondong-bondong melakukan penyiksaan pada Ellon. Dua orang telah datang mengapit lengan Ellon kuat-kuat. Lalu menyeretnya pergi.

Melody yang bersembunyi dibalik kegelapan malam. Merasa iba melihat sikap pasrah Ellon. Namun, baru beberapa langkah berjalan.

Seorang goblin yang tidak bisa memendam emosinya. Melayangkan sebeuah pukulan pada wajah tampan Ellon. Dan di saat yang bersamaan - sesuatu menyambar tubuh sang goblin dengan cahaya yang menyilaukan mata. Detik selanjutnya, semua orang tersentak kaget melihat keberadaan sang goblin telah berubah menjadi debu.

Sudah jelas, selain melarang adanya pertumpahan darah di Land of Green. Melakukan tindak kekerasan juga adalah hal yang tidak boleh di lakukan.

Lalu secara samar-samar, terdengar lantunan melodi lulaby yang sangat indah. Suara tersebut benar-benar merdu dan indah. Perlahan orang-orang yang mengapit lengan Ellon terlepas.

Mereka terbuai lalu mendadak menguap lebar-lebar dan berbaring di atas dedaunan kering kemudian tertidur lelap.

Ellon sendiri agak bingung dengan situasi yang sedang terjadi di sekitar. Badannya merinding, memikirkan jika ada penunggu di tanah kebebasan.

"El," panggil Melody.

Ellon yang merasa terpanggil pun menoleh.

"Hanamari?" ungkapnya tak percaya.

"Cepat lari! Dewa mungkin sedang memperhatikan kita."

Alis Ellon bertaut bingung.

"Aku pikir, kau sudah pulang. Dewa? Apa maksudmu?"

Melody memilih menarik pergelangan tangan Ellon dan membawanya berlari.

"Kepala desa akan melakukan penyelidikan dan akan terjadi investigasi. Mereka akan mencari kita." Melody menceritakannya di sela-sela berlari.

"Tapi ... nyanyian itu," ungkap Ellon ragu-ragu.

"Itu hanya sihir pengantar tidur dalam nyanyian yang kumiliki. Tidak akan berefek." Ia berbalik dan tersenyum pada Ellon.

Melody melepaskan topeng rubah yang selama ini ia kenakan. Wajahnya yang selama ini tersembunyi. Terlihat sangat jelas di bawah cahaya bulan.

Ellon mengerjab tidak percaya. Perasaanya menghangat dan tanpa sadar ia mengucapkan,

"Aishilange, Hanamari."

_//_/_______

Bersambung...

Note:

Seiring perkembangan cerita. Jenis-jenis bahasa asing akan di bahas seperti yang terjadi di Veorovia.




Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top