28

Pagi itu, kepulauan Aestival diterangi sinar keemasan dari ufuk timur. Melukis permadani indah di atas laut yang tenang. Naga-naga laut menari di atas pulau dengan suara bagai pembawa berita tentang hari yang cerah.

Di ujung pulau, ada menara kuno yang berdiri kokoh. Batunya terukir oleh napas matahari dan naga selama berabad-abad. Ditumbuhi tanaman merambat yang berbisik-bisik tentang kisah-kisah kuno yang terlupakan.

Hansamu yang tidur di bawah kaki bukit berselimut sayap Borneo, dibangunkan paksa oleh laki-laki dewasa bertelanjang dada dengan kulit cokelat eksotis. Di lehernya, ada sebuah kalung dengan liontin taring gigi susu seekor naga.

"Ansa, Bangun! Hansamu!" Ditepuknya pipi Hansamu berulang kali sampai remaja itu membuka mata dengan wajah mengantuk.

"Ini hari liburku," kata Hansamu setengah merajuk. Dia baru saja dari perkemahan Palapa dan ingin menikmati tidurnya sebelum harus balik nanti malam. Ditariknya sayap Borneo untuk menutupi wajahnya.

"Demi Debata Naga! Cepat bangun! Tetua adat sedang melakukan sihir tinggi untuk menutup Aestival. Kau akan terjebak di sini selamanya!"

Kantuk Hansamu lenyap dalam seketika. Ia segera menyingkirkan sayap Borneo. Hewan bersisik hitam itu turut membuka mata dengan lebar.

"Jangan bertanya lagi." Zayyan langsung menyela, sebelum Hansamu mengeluarkan suara. "Cepat tinggalkan pulau ini."

"Zayyan? Apa kau serius?"

"Sesuatu sedang berusaha menyusup ke Aestival. Para senior sedang mencoba menutup portal dari Nusantara. Tapi itu tidak akan lama, saudara-saudara kita sekarat."

"Aku akan tetap di sini. Ayo, Borneo!"

Hansamu segera melompat naik di atas kepala Borneo. Memegang dua tanduk kecil sang naga demi menuju ke arah barat, lokasi portal nusantara.

"Tidak. Kau harus pergi dari sini. Sekali tempat ini ditutup, kita tidak akan bisa keluar. Begitupula sebaliknya."

Hansamu menatap Zayyan dengan alis bertaut. Bunyi dentuman dan teriakan naga dari barat memancing atensi Borneo untuk segera menolong teman-teman naganya.

"Ikut aku, kalian lewati portal batu di rumah adat. Aku akan menuntun kalian."

Hansamu ingin membantah. Tetapi, Zayyan sudah berlari meninggalkan bukit dengan naga liar sebagai tunggangan. Hewan itu memiliki sisik berwarna kuning langsat dengan dua tanduk panjang di atas kepalanya. Tidak ada pilihan, dia terpaksa menyuruh Borneo mengikuti Zayyan dari udara.

Rumah adat berada di sisi sebrang bukit yang biasa dijadikan Hansamu tempat tidur. Dari langit, kekacauan sudah terlihat.

Sebagian naga dan penunggang sedang merapal mantra pelindung di berbagai titik kepulauan, sedangkan di dekat kaki gunung yang menjadi pemukiman jauh lebih parah. Rumah-rumah hancur dengan sisa-sisa kehitaman.

Naga-naga air berusaha memadamkan sisa api dengan air yang keluar dari mulut mereka, di sisi lain naga hutan mencoba memperbaiki pohon-pohon tumbang dan penunggang naga sibuk mengevakuasi mereka yang terluka.

Rumah adat berada di titik paling belakang dari pemukiman. Rumah itu luas, berbentuk seperti stadion olahraga. Borneo dan naga liar Zayyan mendarat di tengah-tengahnya.

Hansamu pun melompat turun, menatap tanah yang tercabik-cabik. Portal batu berada di dekat pintu utama. Sayang, jalan menuju ke sana di halangi sebagian penunggang naga.

"Hansamu akan keluar dari sini," seru Zayyan sambil meminta mereka menyingkir. Namun, penunggang naga yang berjaga mendorong dada Zayyan dengan kasar.

"Portal tidak boleh dibuka. Apa pun yang menjadi akses masuk wajib ditutup, Zayyan. Jika ada celah yang buka, Debata Naga bisa menyelinap masuk. Kau lupa? Rekan-rekan kita sedang berusaha menutup portal utama di barat dan kau ingin membuka portal batu di sini."

"Hansamu akan keluar dari sini!"

"Tetua adat melarang siapapun keluar."

Hansamu yang berdiri di belakang Zayyan menatap kecewa. Jika tidak ada penunggang naga yang keluar, maka itu artinya tidak akan ada penerus penunggang naga nusantara. Bahu Hansamu merosot, dia hanya bisa menatap Borneo yang sedang mengeram pada penunggang naga di depannya.

"Hansamu," lirih Zayyan sambil meliriknya. "Bersiaplah, kaburlah bersama Borneo jika kau melihat celah. Jadilah penerus di perkemahan palapa. Salam untuk keluarga kita di Kalimantan."

Mata cokelat Hansamu melebar. Zayyan mulai membisikkan mantra dalam bahasa naga.

"Zazaras Razazas."

"Zayyan! Jangan!"

Teriakan Hansamu terlambat. Zayyan menjadikan dirinya manusia naga. Itu adalah level tertinggi seorang penunggang naga. Ledakan energi membuat segala sesuatu di sekitarnya terlempar.

Hansamu beruntung, cakar Borneo menyelamatkannya dengan menginjak tubuh Hansamu terbenam ke dalam tanah. Penunggang naga yang semula menjaga portal menatap ngeri pada naga raksasa bersisik hitam bermata hijau. Punggungnya memiliki sisik berduri dari punggung sampai ujung ekor yang berbentuk bilah. Naga Zayyaan menggaung dengan menghembuskan napas api yang teramat panas.

Tubuh Hansamu merinding. Dia antara takjub dan takut. Pelan-pelan dia bangkit dari atas tanah. Rekan-rekannya yang melihat Zayyan dalam wujud sejati naga berdiri kaku.

Hansamu, pergi!

Suara Zayyan bergema di kepala Hansamu. Air matanya tumpah. Sepupunya berubah menjadi naga. Butuh 1000 tahun, jika ingin kembali menjadi manusia kembali. Kalau pun menjadi manusia, itu hanya bisa terjadi setiap bulan purnama.

Portal batu mulai memancarkan cahaya biru bercampur keunguan. Borneo terpaksa mengigit pakaian Hansamu sambil berjalan menembus portal. Tulang-tulang Hansamu seolah melunak. Tubuhnya tidak bisa digerakkan. Mata hijau naga Zayyan tersenyum sedih menatap Hansamu lalu terbelalak saat sebuah tali tambang melilit leher Zayyan dari belakang.

...

Hansamu menangis. Dia tidak paham, pagi berubah menjadi duka. Debata naga mana pun tidak bisa menyusup ke Aestival. Itu zona netral, kalaupun dia bisa menyelinap, berarti ada seseorang yang membantunya dari dalam. Langit di sekitar Hansamu menjadi gelap dengan bintang-bintang bertabur cahaya.

Jangan menangis, sedikit lagi kita tiba.

Hansamu mengusap air mata. Tetapi, dia menyadari sesuatu yang ganjil. Sambil merangkak ke arah bawah perut Borneo. Dia bisa melihat kaki Borneo yang terluka dengan sobekan yang cukup lebar.

Aku baik-baik saja.

Seolah paham apa yang ada di hati Hansamu. Borneo sudah lebih dulu mengutarakan isi hatinya.

"Aku akan mengobatimu di-"

Kilat dari langit mendadak menyambar sayap Borneo. Naga itu pun menjadi oleng, sedangkan Hansamu mengalami luka di sekujur tubuh dan betis kiri.

Kita dikejar!

"Apa? Mereka menyusul kita dari Aestival?"

Bukan! Bukan penunggang naga. Tapi Debata yang ingin menghancurkan penunggang naga. Dia tahu, ada yang kabur dari Aestival. Hansamu, berpeganglah dengan kuat. Pendaratan kita akan tidak nyaman.

Kilat misterius terus mengikuti Borneo. Hewan itu berusaha menoleh sambil mengeluarkan napas api, mencoba membakar apa pun yang mengejar dari belakang. Tiba-tiba, ada sesuatu yang melontarkan percikan cahaya tepat saat Borneo menoleh ke depan.

Napas apinya kembali terhembus, membakar sesuatu tidak tentu arah. Borneo merasa sesuatu yang asing sedang merayap dalam benak dan tubuhnya.

Dia menolak, memberontak pada entitas asing tidak dikenal yang ingin merasuki. Tanpa Borneo sadari, tubuhnya tidak terkendali.

Naga hitam ini membakar segala hal di depannya sambil menukik menuju permukaan tanah. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Hansamu berupaya mengarahkan Borneo jatuh di pepohonan perkemahan tanpa melukai siapa pun.

Si Jago Merah pun menari-nari dalam kegelapan. Jarak Borneo dengan tanah kian dekat. Ranting-ranting pohon mulai patah oleh kepakan sayap Borneo, hingga akhirnya mereka tersungkur dengan menumbangkan pepohonan pinus.

Btw, bantu komen dan tag penerbit yg kalian mau, di vidio ku yang ini ya. Kalau mau Aestival dipinang jadi buku. Makasih,

Nama akun tiktoknya : Winnylola11

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top