Chapter 8: Penyerangan (Part 6)

BUM!!

Begitu Seiji menekan saklar lampu, ledakan langsung terjadi.

"Sudah kuduga."

Ini adalah jebakan agar tidak ada orang yang dapat masuk lebih dalam di ruangan ini. Apakah esper yang Tsumire maksud sangat berbahaya sampai tidak ada orang yang diperbolehkan menemuinya?

Seiji menyalakan senter yang disediakan oleh Tsumire pada maskernya. Pada bagian kanan belakang maskernya, terdapat senter kecil yang dapat digunakan untuk saat-saat seperti ini. Cahaya senter itu cukup terang, sehingga Seiji dapat melihat ke seluruh ruangan itu.

Rak buku ... meja ... kursi ...?

Tak ada yang aneh di ruangan ini. Tidak, lebih tepatnya, ruangan ini terlalu aneh. Semuanya terlalu aneh. Kenapa bisa ada pintu seperti ini? Dan kenapa dalamnya kosong? Rak buku, lantai dari kayu yang hampir seluruh permukaannya tertutup oleh lumut, meja dari besi, kursi dari kayu yang sudah lapuk. Sekilas, ini hanyalah ruangan tak terpakai yang sangat biasa. Tapi, tidak mungkin ruangan seperti ini bisa berada di markas PPE.

Tap.

Seiji melangkahkan kakinya. Ia tersentak. Suara langkahnya itu mengeluarkan suara yang berbeda. Seiji mengarahkan senter kecilnya pada kakinya. Kau tidak akan menyadarinya kalau tidak melihat lantai itu secara teliti. Di balik lumut, terlihat gagang pintu geser. Pintu itu berukuran 40x40cm. Seiji menyingkirkan lumut-lumut yang mengganggu dan menggeser pintu itu. Sebuah tangga tak berujung. Hanya itulah yang Seiji lihat.

Mempersiapkan mental, Seiji memutuskan untuk masuk kedalam pintu itu. Ia menunduk dan mulai melangkah, menginjak satu per satu anak tangga untuk turun sampai ke dasar. Aneh sekali. Walaupun lantai atas ruangan itu sangat kotor, tangga ini sangat bersih. Tangga ini terbuat dari beton, walaupun sedikit licin. Seiji melangkah dengan hati-hati sambil meraba dinding yang berada di sampingnya.

"PPE penuh misteri."

***

"Yuusuke! Apa yang kau lakukan disini?!"

Suara Ryota yang akhirnya terdengar melegakan Yuusuke. Yuusuke berdiri dari tempatnya duduk, dan menghampiri Ryota.

"Seiji yang menyuruhku menunggumu."

"Apa? Seiji? Lalu dia kemana?"

PIIIP

"Dia di lantai 5."

Tsumire mengganggu pembicaraan Ryota dan Yuusuke. Ia melanjutkan, "saat ini Akio-kun sedang bergerak untuk menyelamatkan dia."

Ryota terkejut mendengar itu.

"Dia?! Kau mau membebaskan dia?!"

"Ya, apa kau punya masalah dengan itu?"

"Tidak, sih ... tapi ... apa kita benar-benar perlu membebaskan dia? Walaupun dia tidak ada, kita selalu mendapatkan informasi darinya, dan dia juga tidak disiksa disini ...."

"Ryota-kun."

Suara Tsumire yang tegas dan rendah saat memanggil namanya membuat Ryota tersentak. Ia menghela nafasnya dan mendecih.

"Baiklah. Lalu, apa yang harus kami lakukan? Kami akan pergi kemana?"

"Tak perlu pergi kemanapun."

Immortui tiba-tiba berada di depan Ryota dan Yuusuke. Ryota dan Yuusuke tersentak dan langsung memasang kuda-kuda bertahan.

"Immortui?!"

"Hoaam~ Ya benar."

Immortui menguap dengan santainya.

Musuh ... aku harus melenyapkannya! batin Yuusuke.

Yuusuke hendak menyerang menyerang Immortui.

"Tunggu, Yuusuke!"

Ryota berusaha menghentikan Yuusuke, tapi terlambat. Yuusuke sudah bergerak.

"Fuh."

Immortui mengarahkan telapak tangannya pada Yuusuke dan berkata, "berlutut."

Tiba-tiba lutut Yuusuke terasa lemas, dan ia jatuh berlutut di depan Immortui. Matanya membulat, kaget.

Apa yang sudah ia lakukan padaku?!

"Yuusuke!"

"Eits. Berlutut."

Immortui mengarahkan telapak tangannya pada Ryota. Sama seperti Yuusuke, lututnya terasa lemas dan ia jatuh berlutut.

"Yuusuke-kun? Ryota-kun?!"

"Perbuatan kalian tidak akan berguna di hadapanku."

Immortui menendang dagu Yuusuke dengan keras, membuatnya terbaring di tanah dengan mulut penuh darah. Immortui lalu menginjak kakinya, mempermainkan Yuusuke yang tak bisa melawan.

"Yuusuke!"

Ryota berusaha berdiri untuk menyelamatan Yuusuke, tapi percuma. Immortui membuatnya tak bisa bergerak, bahkan menggerakkan ujung jarinya.

"Tak akan kubiarkan kau menyelamatkannya. Aku masih perlu menikmati permainan ini."

"Permainan ... katamu?!"

"Tentu saja. Hmm.. semua ini akan lebih baik jika ada sekaleng kopi..."

Immortui melepaskan kakinya dari kepala Yuusuke, tersenyum dan berjalan kearah Ryota. Ia menendang perut Ryota dengan keras sampai darah keluar dari mulutnya.

"Kekuatanku adalah mengendalikan pikiran orang lain. Apapun yang kalian lakukan, percuma saja. Akulah yang mengendalikan kalian. Otak kalian sudah kuambil alih dengan sempurna. Jadi, selamat datang di permainan ini."

"... seperti yang kau lakukan pada Homura saat kecil?"

Yuusuke dan Immortui tersentak mendengar perkataan Ryota. Immortui menatap Ryota tajam dengan penuh amarah, ia lalu tersenyum kecil dan langsung menginjak kepalanya dengan kencang.

"Ternyata kau mengetahuinya."

Ryota tersenyum, lalu terkekeh. Melihat Ryota tertawa, Immotui makin kesal dan menendangnya.

"Tentu saja aku tahu ... kau. Kau itu zombie, kan?"

Yuusuke terkejut.

"Zombie ...?"

"Ya, apa kau tahu, Yuusuke? Dia ini sudah mati. Sejak lama. Dia mengendalikan Homura untuk membunuhnya."

Immortui langsung mencengkram leher Ryota dengan kencang dan mengangkatnya. Ia menatap Ryota dengan penuh kebencian dan mengeluarkan pisau kecilnya, mengacungkannya pada leher Ryota.

"Benar, kan? Kakak?"

Immortui melotot, lalu membanting Ryota ke tanah. Ia menusuk tangan Ryota dengan pisaunya dengan sangat dalam. Ryota mengerang kesakitan.

"Terima kasih. Kau membuat rasa kantukku hilang."

"Ryota!"

Immortui menginjak punggung Ryota berkali-kali, membuatnya mengerang kesakitan. Immortui terus menyerangnya tanpa ampun.

"Ya, itu benar. Aku sudah mati. Mau tahu bagaimana aku mati?"

Tubuh Yuusuke berdiri dengan sendirinya. Ia mengeluarkan pisau yang diberikan Tsumire dan ia berjalan mendekati Ryota.

"Yuu ... suke?"

"Aku membuatnya menusuk jantungku."

JLEB!!

***

"Tangga ini tak berujung ...."

Seiji mengeluh. Ia sudah lelah, kakinya terasa sangat sakit. Sejak tadi, yang dilakukannya hanyalah menuruni tangga tak berujung ini. Entah kapan ia bisa sampai di dasar.

"Ng?"

Langkah berikutnya, Seiji merasa seperti ia sudah menginjak sesuatu seperti tombol. Detik selanjutnya ia dapat mendengar suara aneh dari atas dan begitu ia menengok, ia melihat ratusan anak panah melesat kearahnya.

"Apa-apaan ini?!"

Seiji langsung berlari turun sekuat tenaga untuk menghindari anak panah itu. Ia tersandung kakinya dan jatuh terguling tanpa henti sampai akhirnya ia sampai di dasar. Seiji berusaha bangun dan memegangi kepalanya yang sakit, lalu melihat sekeliling. Ruangan yang aneh.

Penerangan yang ada di ruangan itu hanyalah lentera yang terpasang di atas meja yang terbuat dari kayu. Ruangan itu hampir tidak memiliki apa-apa--hanya sebuah meja dengan lentera diatasnya, rak buku yang jatuh dengan buku-bukunya yang berceceran, dan ... peti mati.

Seiji merinding melihat peti mati itu. Tsumire bilang, anggota lainnya itu ada di dalam pintu putih. Di dalam pintu putih ada tangga untuk pergi ke ruangan ini. Berarti, anggota lainnya itu ada di suatu tempat dalam ruangan ini.

"Ada orang yang datang ...?"

Terdengar suara yang berasal dari dalam peti. Seiji langsung merinding dan bersiap.

Gratak ...

Peti itu bergerak dan terbuka. Dari dalamnya, muncul seorang pria paruh baya dengan rambut panjang yang menutupi seluruh wajahnya.

"Oh? Kau bukan anggota PPE. Siapa kau? Kenapa kau memakai masker?"

"Itu pertanyaanku. Siapa kau?"

JLEB

Tiba-tiba sebilah pisau melesat melewati Seiji dan menancap pada dinding di belakangnya. Seiji terbelalak, menatap pisau itu dan kembali menatap pria tadi. Sebelah matanya sedikit terlihat dan suaranya terdengar menyeramkan.

"Aku yang bertanya duluan."

"... b-baik."

***

"Monster ... katamu?"

"Ya, monster. Mortem dan Immortui. Mereka itu monster. Immortui, dia adalah kakakku. Dan dia sudah mati beberapa tahun yang lalu."

Kirika tersentak. Mati? Lalu, yang sekarang ...?

"Dia dihidupkan kembali. Oleh Mortem. Kekuatan Mortem adalah menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Lalu, kekuatan Immortui adalah mengendalikan pikiran orang lain. Yang lebih parah, jika Mortem menghidupkan kembali orang yang sudah mati dan orang itu adalah esper ... Mortem akan memiliki kekuatan orang yang ia hidupkan kembali."

-Chapter 8 END-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top