Chapter 8: Penyerangan (Part 1)
"Yuusuke-kun, ini!"
Tsumire melemparkan beberapa bilah pisau pada Yuusuke. Yuusuke langsung menangkapnya dengan hati-hati.
"Untuk apa ini?"
"Tentu saja untuk senjatamu. Kau harus memiliki senjata, dong."
Yuusuke mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu menatap pisau-pisau tersebut.
"... kalau kena sakit, nggak?"
"Ya sakitlah, bodoh! Kalau nggak sakit ngapain aku kasih ke kamu!"
"I-iya sih ... tapi ...."
"Yuusuke, cepat ganti bajumu."
Kirika datang dengan pakaian baru yang Tsumire berikan. Pakaian lengan panjang berwarna hitam dengan model leher tinggi, sampai menutupi seluruh bagian lehernya. Ia memakai rok hitam panjang dengan stocking hitam, lalu sepatu boots hitam panjang. Pakaiannya itu memiliki bahan yang elastis dan kuat, sehingga tidak mudah robek karena serangan, juga tahan api dan anti air. Wajah Yuusuke melihat Kirika dengan pakaian barunya.
"Apa lihat-lihat? Dasar mesum!"
Kirika langsung meninju perut Yuusuke. Yuusuke langsung memegangi perutnya yang kesakitan.
"Ki-Kirika-chan ... sakit ...."
"Salah sendiri mesum."
"Nah, Yuusuke-kun juga, cepat ganti bajumu."
Tsumire menyodorkan pakaian baru Yuusuke padanya. Yuusuke menerimanya dan menangguk, masuk ke dalam ruang ganti dan memakai kaus dan celananya dengan pakaian baru Tsumire. Begitu kembali, ia melihat semuanya sudah siap dengan pakaian dan senjata mereka.
"Jadi ... yang menyusup, hanya aku, Kirika-chan, dan Seiji?"
"Ya. Rekka-chan tidak ikut, tentu saja. Kau mau tanggung jawab kalau idol sepertinya masuk rumah sakit? Dan lagi, bisa-bisa identitas kita ketahuan."
"Be-benar juga. Lalu, bagaimana kita masuk ke dalam markas PPE? Kau tidak akan bilang, kita pergi lewat pintu masuk, kan?"
Tsumire tersenyum. Ia mengeluarkan papan tulis, dan disana telah tergambar peta struktur markas PPE.
"Asal kalian tau, PPE mempunyai 50 lantai. Dan di dalamnya seperti labirin, juga sangat luas. Kalian akan masuk melewati basement. Dengan kekuatan Kirika-chan, kita bisa merusak kamera CCTV mereka."
"Ta-tapi, basement? Bagaima caranya kita masuk ke dalamnya?"
"Kalian tau mall yang sudah tidak terpakai, jaraknya 5 km dari sini? Di dalam basement-nya, terdapat saluran air. Bila kalian masuk dan mengikuti arah saluran air tersebut, kalian bisa sampai di markas PPE dengan selamat tanpa hambatan."
"Begitu, ya ... bagaimana degan musuh?"
"Aku mendapatkan ini. Flashdisk ini berasal dari Takunyan, isinya adalah musuh yang harus kita waspadai."
Tsumire mangambil laptopnya, lalu menyalakannya dan membuka file yang ada di dalam flashdisk itu.
"PPE memiliki banyak sekali anggota. Dan yang paling harus kalian waspadai adalah para anggota Full Moon ... terutama, peringkat 1 dan 2 mereka. Mortem dan Immortui."
Yuusuke, Kirika, dan Seiji terkejut melihat wajah yang berada di layar.
"Akira dan ... Homura?"
"Bukan. Mereka adalah Mortem dan Immortui."
"Ta-tapi! Wajah mereka mirip sekali!"
Kata Yuusuke panik.
"Ya, orang bilang setiap manusia punya 7 kembaran di dunia ini."
Kata Kirika tenang.
"Yah, apapun itu. Intinya usahakan jangan sampai bertemu dengan mereka, apalagi melawan mereka. Rencananya, setelah kalian masuk, kalian akan berpencar. Kirika akan naik ke lantai 26, untuk mengambil alih sistem yang ada di PPE. Kau bisa, kan, Kirika-chan?"
"Tentu saja."
Kirika menjawab dengan mantap dan penuh percaya diri.
"Lalu, Yuusuke-kun dan Seiji ... kalian akan pergi ke lantai 45. Itu adalah lantai penelitian, jadi seharusnya Mizuno-kun ada disana."
"Ba-baiklah!"
Tsumire tersenyum puas. Ia lalu memberikan masker pada mereka.
"Masker apa ini?"
"Masker anti gas. Kalian akan aman dari gas beracun ataupun gas tidur. Di bagian mata sudah dilengkapi fitur GPS, jadi kalian hanya perlu mengikuti arah GPS tersebut. Aku yang mengendalikannya, jadi tenang saja. Aku akan membuat kalian menghindari musuh. Ah, maskernya tidak panas, kok. Aku juga sudah menambahkan pendingin di dalamnya. Juga, pakai sarung tangan ini. Jangan tinggalkan sidik jari agar kalian tidak bisa di lacak."
Tsumire menjelaskan sambil kembali memberikan sarung tangan pada mereka.
"Lalu ... piloks itu, apa?"
Seiji menunjuk kearah piloks merah yang berada di meja. Tsumire tersenyum licik, membetulkan letak kacamatanya.
"Beritahu mereka siapa kita!"
"Baik!"
***
Kyoto
Ryota turun dari kereta yang mengantarnya ke Kyoto.
"Memang sih, tujuannya membawa Homura kembali. Tapi bagaimana menemukannya?"
Ryota menghela napas.
"Ng?"
Ryota memperhatikan sekelilingnya.
"Kyoto, ya..."
Ia mulai berjalan.
"Cari dulu saja, lah."
Ia berlari seraya memperhatikan sekitarnya juga, mencari Homura.
Kata Hiromi, Homura kembali ke Kyoto, kampung halamannya.. Kalau dilihat dari kemampuan berpedangnya, ia pasti dilatih dari kecil. Apa berarti rumahnya adalah sebuah dojo? Pikir Ryota dalam hati.
"Dojo.. Mencari satu persatu dojo di tempat sebesar ini itu tidak mungkin. Setidaknya sebuah kota!"
Ryota berhenti di depan sebuah pameran foto. Dengan perlahan ia memasuki pameran foto itu.
Kenapa aku malah ke sini? Aku harus segera mencari Homura. Tapi entah kenapa.. pameran ini seakan menarikku. Gumam Ryota dalam hati.
Di dalam pameran itu terdapat berbagai foto dari kota-kota di perfektur Kyoto, Jepang. Foto-foto yang sangat indah, membuat mata serasa tidak lelah walaupun melihatnya selama mungkin. Ryota berhenti di depan sebuah foto. Foto yang menunjukkan sebuah dojo yang membeku.
"Dojo yang membeku... 'Es yang tidak pernah mencair walaupun di musim panas. Salah satu keajaiban Kyoto'..."
Ryota memperhatikan foto itu.
"Es itu... Aku kenal es itu..? Akira?"
Ryota terus memperhatikan foto itu.
"Ini dia! Kizugawa, Kyoto."
Ryota segera berlari ke stasiun. Mencari kereta yang siap mengantarnya ke Kizugawa.
Sesampainya di Kizugawa, Ryota langsung mencari dojo itu. Ia melihat seorang gadis yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ryota langsung memakai masker dan menghampiri gadis itu.
"Permisi. Apa kau tau dimana dojo yang membeku berada?"
"Dojo yang membeku? Ah, aku tau. Tidak terlalu jauh dari sini, sih ... tapi kusarankan jangan pergi kesana."
"Kenapa?"
"Sebenarnya, dari rumor yang beredar, jika kau pergi ke sana kau tidak akan bisa kembali. Tapi, kalau kau tetap mau pergi ... kau hanya perlu jalan lurus dan belok ke kanan."
"Begitu ya. Terima kasih."
Ryota langsung berlari, menuju dojo yang membeku. Ia terhenti sesampainya disana. Matanya membulat, kaget.
"A ... apa-apaan ... ini?!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top