Chapter 7: Akira dan Homura (Part 6)
2 minggu kemudian.
Osaka
"Sudah ... 5 tahun ya ...."
Akira bergumam.
"Haru, kau ada disini kan? Keluarlah."
Haru yang bersembunyi dibalik sebuah pohon keluar dan tersenyum. Akira langsung berlari dan menarik kerah baju Haru dengan penuh amarah.
"Wow~kau pasti marah sekali dengan hadiahku, ya?"
"Hadiah ... katamu?"
"Bukankah sudah kubilang? Kau tidak akan bisa lepas dariku."
Haru mendekati Akira dan berbisik padanya,
"Akira kecilku."
DHEG
Jantung Akira langsung berdegup dengan kencang. Keringat dingin mengalir dengan deras dari pelipisnya. Tangannya berdetar, rasa takut menyelimuti dirinya.
"Jadi ... yang menyerang homura itu ... kau?"
"Bukan, kok. Yang menyerangnya bukan aku. Tapi aku yang menyuruhnya, sih."
"Lalu, siapa?"
"... Natsume."
Akira terkejut mendengarnya.
"N-Natsume? Natsume-nii?! Bu-bukannya dia--"
"Ya, mati. Oleh adiknya sendiri."
"Ke-kenapa kau bisa mengenalnya? Tung--jangan-jangan, pada hari itu, kau yang--"
"Entahlah, ya~pada hari itu, hari apa yang kau maksud?"
GLEK
Akira terhenti, ketakutan merasakan aura yang dikeluarkan Haru.
"Ayo kembali."
Kerongkongan Akira terasa kering. Ia hanya bisa mengangguk, takut. Haru tersenyum, lalu memeluk Akira.
"Bagus."
Haru melepaskan pelukannya, dan menarik tangan Akira, membawanya kembali ke markas PPE.
***
Markas Adversus Ferox
"Ngh ...."
Perlahan, Homura membuka matanya. Yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Ryota yang tersenyum bahagia.
"R ... Ryo ... ta ...?"
"Homura! Syukurlah."
Homura memfokuskan pandangannya. Ia mencoba menggerakkan badannya yang masih kaku setelah 2 minggu tidak digerakkan. Ia melihat perban dan alat-alat medis yang dipasangkan hampir di sekujur tubuhnya.
"Ini.. di markas?"
Homura hendak melepas alat bantuan pernapasannya karena tidak nyaman. Dengan cepat Ryota menghentikannya.
"Jangan! Untuk sementara waktu kau harus terus memakainya. Dan ya, ini di markas. Hisashi-san menemukanmu sekarat saat perjalanan pulang. Ia datang di waktu yang sangat tepat. Telat sedikit saja, kau akan mati kehabisan darah."
"Oh.. jadi begitu..."
"Kata Hiromi, kau harus benar-benar istirahat total selama satu bulan. Kau juga tidak boleh mamaksakan dirimu sampai benar-benar pulih selama sekitar tiga bulan."
"..."
Homura hanya terdiam.
"Sepertinya kau sial sekali, selalu terluka parah seperti ini."
"Entahlah, mungkin ini memang peranku."
"Tentu saja tidak, kau hanya sedang kurang beruntung. Dan kumohon Homura, kali ini patuhilah perkataan Hiromi. Jangan memaksakan diri."
"Maaf, tapi aku tidak bisa menjanjikan hal itu. Masih ada yang harus kulakukan."
"Pokoknya untuk sekarang kau istirahat dulu."
"Akira ... dimana?"
"Entahlah ... tadi dia pergi, entah kemana. Memangnya kenapa?"
"Kekuatannya ... hilang. Akira ...!"
Homura langsung bangun dengan panik.
"Apa?! Kau yakin?"
"Tentu saja. Aku yakin tidak ada yang salah ... kekuatannya hilang."
"Bagaimana bisa?"
"Entahlah ... bisa saja dia mati, atau bunuh diri, atau, dikendalikan."
"Dikendalikan? Jangan-jangan, pemilik kekuatan untuk memanupulasi pikiran orang?"
"Ya, bisa jadi ... tapi aku sendiri juga tidak tau."
"Mortem ... dan ... Immortui. Mereka berdua adalah target kita untuk sekarang, kan?"
"Ya, begitulah. Tapi sepertinya mereka sangat kuat, jadi kita tidak boleh lengah."
"Aku mengerti."
***
Ryota memasuki ruangan Tsumire. Suasana masih saja tegang akibat kejadian kemarin. Semuanya terdiam, terpaku serius.
"Homura sudah sadar."
Jelas Ryota singkat untuk memperbaiki suasana. Semuanya tersenyum senang.
"Benarakah?!"
"Jadi, bagaimana keadaannya sekarang?"
"Dia baik-baik saja, sedang istirahat."
"Syukurlah..."
"Daripada itu, kita memiliki masalah yang lebih serius, Tsumire."
Ryota menatap Tsumire.
"Ya, Akira menghilang."
"Menghilang? Kok, bisa? Bukannya dia memang sedang pergi?"
"Kami juga tidak tau. Hawa keberadaannya tiba-tiba menghilang."
"Kalau begitu kita harus segera menemukannya!"
Yuusuke langsung berdiri dan hendak keluar ruangan Tsumire.
"Tunggu dulu, jangan tergesa-gesa. Kita susun rencana dulu."
Cegat Tsumire.
"Eh.. baiklah..."
***
Markas PPE.
Akira masih terdiam, kedua tangannya diborgol.
"Maaf ya, Akira. Aku terpaksa harus memborgolmu."
Kata Haru dengan wajah menyebalkannya. Di dalam hati, amarah Akira meledak-ledak. Namun, ia tidak dapat melakukan apa-apa karena aura Haru yang terus menekannya.
Sialan.. bergeraklah diriku! Aku harus.. membunuh orang ini..! Tekad Akira di dalam hati.
"O-omong kosong! Apa-apaan kau, sok baik!"
Akira memberanikan diri.
"Hah..? Akira.. kau sekarang sudah berani ya.. Silakan saja.. keluarkan seluruh amarahmu."
Haru menatap Akira dengan tajam. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis Akira.
"C-cukup! Hentikan semua ini! Lepaskan borgol ini supaya aku bisa membunuhmu! Dulu kau seenaknya meninggalkanku sendiri, dan sekarang kau muncul lagi untuk menyakiti teman-temanku?! Mati saja kau!"
Seru Akira, melepas seluruh amarahnya.
"Ayah dan ibu sudah tidak ada! Yang kupunya hanya kau! Tapi kau malah meninggalkanku seorang diri! Sekarang kau muncul lagi setelah membunuh orang-orang tidak bersalah di luar sana! Sekarang kau muncul lagi setelah menyakiti sahabatku! Juga teman-temanku! Cukup! Menjauhlah dari Homura.. Seiji.. Yuusuke.. Kirika.. Ryota.. Tsumire.. dan lainnya..! Biarkan saja aku membunuh dirimu yang busuk itu!"
Lanjutnya. Akira terengah-engah setelah puas melepas seluruh amarahnya. Tidak terasa, air matanya menetes, tapi wajahnya masih menunjukan rasa kebenciannya.
"Sudah selesai? Kalau begitu, biarkan aku melanjutkan penderitaanmu. Natsume, tunjukkan padanya."
"Tentu saja.."
Natsume, atau kakak Homura mendekati Akira. Ia menatap tajam kedua mata Akira.
"Hentikan! Apa yang kau lakukan!?"
Akira melawan. Ia bersiap dengan memegang pisau kecil yang ia sembunyikan di sepatunya.
"Tenang saja, aku akan memberimu mimpi buruk yang sangat indah."
Natsume tersenyum. Matanya yang berwarna merah pekat mulai bersinar. Ia menggunakkan kekuatannya, illusionarykinesis, kekuatan untuk memanipulasi pikiran.
"Tidak ... tidak! Jangan! Haru! Natsume!"
"Maaf, Akira."
Setelah itu, yang Akira ingat hanyalah senyum Natsume dan Haru, serta ucapan terakhir Natsume--
"--selamat tinggal."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top