Chapter 6: Tujuan (Part 5)

"Huah ...!"

Yuusuke menguap lebar-lebar. Ia sangat lelah, mengingat kejadian-kejadian yang ia alami kemarin.

"Kurasa aku mau sarapan dulu."

Ia bergumam kecil dan beranjak dari tempat tidurnya, berjalan gontai menuju dapur.

"Selamat pa--"

Ia terkejut melihat yang ada di dapur hanya Kirika yang tengah membaca buku. Kirika melirik kearah Yuusuke dengan tajam.

"L-lho, yang lain mana ...?"

"Mereka sudah selesai sarapan 3 jam yang lalu. Kau baru bangun? Hmph, santai sekali, ya."

"Eh? 3 jam yang lalu? Itu berarti, sekarang jam ...?"

"Ini sudah jam 10, Bakasuke (Bodoh-suke)!"

"Heee ...?! Lalu ... sarapanku bagaimana ...?!"

"Entah? Semua bahannya juga sudah dihabiskan Akira, jadi kau pergi saja ke kota untuk beli makan."

Yuusuke menghela napas pasrah.

"Ehem! Yah ... a-aku tidak keberatan jika kau ingin aku menemanimu."

Mata Yuusuke langsung berbinar.

"Terima kasih, Kirika-chan!"

"Diam! Dan ingat saja, ini bukan karena aku mau lho ya! Ke-kebetulan aku ingin beli volume lanjutan buku ini! Jangan salah paham!"

"Iya, iya, kalau itu sih aku sudah tau dari tadi, kok!"

Kirika hanya bersedekap sambil tersipu. Mereka berjalan menuju ruangan khusus sambil mengobrol.

"Oh iya, Tsumire membawa barang baru."

"Barang baru? Seperti apa?"

"Ini! Change Spray! Dengan menyemprotkan ini ke tubuhmu, orang lain tidak akan bisa mengenalimu! Kecuali anggota Adversus Ferox tentunya!"

"Apaan tuh?! Keren! Ayo kita coba!"

Kirika mengangguk. Ia mengambil sebuah Change Spray dan menyemprotkannya pada tubuhnya dan tubuh Yuusuke.

"... apa kita sudah berubah?"

"... entahlah ... yah, kalau kita keluar kita pasti tau."

"Tapi, kalau ternyata tidak bekerja bagaimana?"

"... saat itu ya saat itu! Tidak usah dipikirkan!"

"Eeeh ...?!"

"Sudah, ayo cepat pergi!"

"Eh ... i-iya!"

***

"Sepertinya bekerja ... lihat, tidak ada yang memperhatikan kita, kan?"

Kata Kirika begitu mereka keluar dari markas.

"Uhm. Kalau begitu, ayo cepat kita beli bahan-bahannya, beli volume selanjutnya buku yang Kirika-chan mau, lalu pulang. Aku agak tidak nyaman berada di luar markas ...."

"Memang sih, berada di luar markas itu rasanya ... gimana ya ... tidak aman gitu? Serasa entah darimana akan ada orang yang menyerang ...."

"Ya, itu itu! Rasanya gelisah, ya ...."

"Aku mengerti perasaanmu! Entah bagaimana pun, kita harus jaga-jaga, ya ...."

"Iya! Hmm, daripada mengobrol terus, ayo cepat beli semua keperluan lalu pulang."

Kirika menganggukkan kepalanya. Mereka masuk kedalam supermarket dan membeli bahan persediaan makanan.

"Ini! Ayam 5 kilo, lalu susu ... 10 kotak! Keju juga perlu ... 5 bungkus saja deh. Eh, lalu ... oh iya! Tepung! Beli 10 kilo saja. Uwah, ikan sanma! Beli semuanya, tolong!"

"Seperti biasa, kita langsung membeli banyak, ya ...."

"Tentu saja! Ini juga kita beli untuk bagian Takunyan, sih."

"Eh? Jadi kita yang memberi makan untuk Takunyan?"

"Tentu saja! Kalau tidak dia tidak akan mau membantu kita."

"Hum ... begitu ya ... memangnya makanan kesukaan Takunya itu apa?"

Tanya Yuusuke penasaran.

"Labu yang direbus."

Jawab Kirika singkat.

"Memangnya kakek-kakek?!"

Seru Yuusuke kaget.

"Selera orang jenius memang beda dari kita yang orang biasa."

"Kirika-chan sendiri, memangnya makanan kesukaannya apa?"

"Aku? Aku sih biasa ... amanatto (gula tradisional Jepang yang terbuat dari azuki atau kacang-kacangan lainnya, ditutupi dengan gula halus setelah mendidih dengan sirup gula dan pengeringan. Biasanya disukai oleh yang yang sudah tua)."

Selera orang jenius memang beda dari kita yang orang biasa. Sudah dibuktikan oleh dirinya sendiri, ya, batin Yuusuke.

"Hmm, dengan begini selesai! Ayo cepat kita bayar!"

Yuusuke mengangguk. Ia mendorong troli belanjaan mereka dan membawanya ke kasir. Penjaga kasir terlihat terkejut untuk sesaat. Yah, tak bisa disalahkan jika 2 orang anak SMA membeli makanan begitu banyak.

"Totalnya 620.500 yen."

"Ini, 650.000 yen. Yuusuke, kau punya 500 yen?"

"500 yen? Punya. Sebentar ... ini."

"Oke. Ini!"

Kirika menyodorkan uangnya pada penjaga kasir. Penjaga kasir itu menerima uangnya dan memberikan uang kembalian kepada Kirika. Kirika memasukkan uang tersebut kedalam dompetnya, lalu memaksa Yuusuke membawa semua barang belanjaan mereka.

"Berat ...!"

"Hei, hei, masa' bawa segitu saja capek, sih?"

"Kalau begitu Kirika-chan juga bawa dong!"

"Kau mau membuat gadis sepertiku membawa barang berat seperti itu?!"

"Berarti memang berat kan?!"

Mereka memasuki sebuah toko buku yang berada di ujung gang sempit. Suara lonceng kecil terdengar begitu Kirika membuka pintu toko buku tersebut.

"Oya oya? Kirika-chan, kau datang lagi, ya?"

"Iya, Kinoshita-obaasan (Nenek Kinoshita)."

"Eh? Eh? Kirika-chan, dia tau kamu ...?"

"Yup! Walaupun seperti ini, dia itu anggota Adversus Ferox juga lho."

"Eh?! Be-berarti dia juga esper?!"

"Tentu saja! Lagian ... dia itu neneknya Takunyan lho."

...

"EEEHHH?!"

Yuusuke bertetiak kaget.

"Salam kenal, Yuusuke-kun. Namaku Miyamoto Kinoshita. Senang bertemu denganmu."

"Sa-salam kenal juga, Kinoshita-baasan. Aku Takagi Yuusuke. Senang bertemu denganmu juga ...."

"Jadi, ada perlu apa, Kirika-chan?"

"Aku mau volume lanjutannya buku ini."

"Coba kita lihat ... oh, Grande Canzone Famiglia, ya. Volume selanjutnya berarti volume 3 ... ini, silahkan."

Kinoshita-baasan menyodorkan volume 3 dari buku Grande Canzone Famiglia pada Kirika. Kirika menerimanya dengan senang.

"Kau suka buku itu, ya, Kirika-chan? Memangnya ceritanya seperti apa?"

"Um! Ceritanya seru sekali. Tentang seorang gadis bernama Bluebell Alenstarl yang bertemu gadis bernama Noire Eschenbach saat rumahnya disergap. Ia lalu bergabung kedalam keluarga mafia bernama Keluarga Canzone. Aah, pokoknya keren banget, deh!"

Yuusuke tertawa melihat Kirika yang terlihat sangat senang ketika menceritakan buku favoritnya.

"Ke-kenapa kau tertawa?!"

"Tidak ... hanya saja ... Kirika-chan ... terlihat sangat manis!"

Wajah Kirika langsung memerah begitu mendengarnya.

"K-kau bodoh ya?!"

"Masa muda memang enak, ya~"

Kata Kinoshita-baasan, membuat Kirika dan Yuusuke terkejut.

"E-eh, baasan, bukan seperti itu!"

"Iya, iya, aku mengerti kok."

"Uuh! Sudahlah, ayo kembali, Yuusuke! Kinoshita-baasan, terima kasih bukunya, kami pamit dulu! Jaga kesehatanmu, ya~"

"Ya! Hati-hati di jalan ya~dan hati-hati pada PPE, ya~disekitar sini PPE sedang banyak berkeliaran."

"Ya, ya, aku tau ... kalau begitu jangan pindahkan kami kesini, dong. Jaa, sampai nanti."

Kirika dan Yuusuke keluar dari toko buku tersebut. Yuusuke terkejut melihat mereka berada di tempat yang benar-benar berbeda dari tempat mereka datang tadi.

"Are? Dimana kita?"

"Ini ... Pelabuhan Tokyo, ya. Dasar nenek tua itu ...."

"Ke-kenapa kita bisa ada disini?"

"Ini kekuatan Kinoshita-baasan. Apport. Dia bisa memindahkan orang atau benda ke tempat lain."

"Ke-keren ...! Kalau neneknya sehebat ini, tidak aneh ya kalau cucunya juga hebat!"

"Ya, ya, cukup bicaranya. Banyak PPE yang berkeliaran disini, jadi kita harus pergi dari sini secepatnya."

Yuusuke menganggukkan kepalanya.

DOR!!

Suara pistol tersebut memecah keheningan, membuat Kirika dan Yuusuke langsung memasang pertahanan mereka.

"Ki-Kirika-chan ... itu pasti ...."

"Ya ... PPE sialan itu! Ayo cepat kembali!"

Kirika dan Yuusuke langsung berlari menuju pintu masuk ke dalam markas.

"Tolong ...!"

Mereka mendengar suara jeritan. Yuusuke terkejut.

"Kirika--"

"Jangan lihat ke belakang!"

Kirika memotong pembicaraan Yuusuke.

"Kalau kau lihat ke belakang, kubunuh kau."

Yuusuke merinding. Yuusuke mengangguk dan megikuti Kirika masuk kedalam pintu masuk.

"Gyaaa ...!"

Jeritan orang itu kembali terdengar. Yuusuke mengepalkan tangannya. Maaf! batinnya. Ia menggeleng dan menutup pintu masuk.

JGREK!

***

"Hah ... hah ... hampir ... saja ...."

"Kalian ... kenapa datang dari arah pelabuhan Tokyo?"

Tanya Tsumire.

"Tadi kami ke tempat Kinoshita-baasan, lalu dia mengirim kami ke pelabuhan Tokyo, jadi ...."

"Aah, nenek tua itu ya ... kenapa tidak mati-mati, sih."

"Oi, perkataanmu itu kejam banget lho."

"Yuusuke! Ayo cepat kembali ke ruang istirahat! Aku capek."

"Ah, baik!"

Menggunakan eskalator, dengan cepat Kirika dan Yuusuke sampai di ruang istirahat. Kirika menghempaskan diri pada sofa yang empuk. Yuusuke memasukkan semua keranjang belanjaannya kedalam kulkas dan duduk di samping Kirika.

"Hei, Kirika-chan."

"Hm? Apa?"

"Tujuanmu itu ... apa?"

Kirika yang tengah membalik halaman selanjutnya dari volume 5 buku yang dibacanya terhenti. Ia langsung menatap Yuusuke tajam.

"Membalaskan dendam Arata-san. Tak ada yang kuinginkan daripada itu."

"Kenapa kau sangat ingin membalaskan dendamnya?"

"Arata-san itu ... penyelamat hidupku."

"He ... memangnya apa yang dia--"

"Cukup! Aku tidak ingin membahasnya lebih dari ini!"

Bentak Kirika. Ia menutup buku yang dibacanya dan masuk kedalam kamarnya. Ia melirik kearah bingkai foto yang ada di meja samping kasurnya. Foto dirinya dengan Arata-san di sampingnya.

Arata-san ... maafkan aku ..., batinnya sambil membenamkan dirinya kedalam bantal. Maaf ...!

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top