Chapter 6: Tujuan (Part 4)
"Hah ... tujuanku, ya ... bagaimana ini ..."
Gumam Yuusuke saat berjalan menuju kamarnya.
"Ada apa dengan tujuan?"
Ryota yang tiba-tiba muncul di depan Yuusuke membuat Yuusuke hampir terjatuh.
"R-Ryota?! Kenapa kau tiba-tiba ada disini?!"
Tanya Yuusuke.
"Aku sedang bersih-bersih, lalu mendengar suaramu. Jadi, ada apa dengan tujuan?"
"Tidak, aku hanya bergumam soal tujuanku untuk kedepannya."
"Kau baru memikirkannya sekarang? Semuanya sudah memiliki tujuannya masing-masing, lho."
"Eeh?! Benarkah?! Berarti cuma aku yang baru memikirkannya sekarang?!"
Ryota menganggukkan kepalanya.
"Oh ya, Yuusuke, kalau kau senggang, bantu aku bersih-bersih."
"Boleh saja."
Ryota menggunakan kekuatannya untuk mengumpulkan debu-debu yang berserakan di lantai, lalu memasukkan debu-debu itu kedalam sebuah kantung.
"Ryota, kantung apa itu?"
"Oh, ini? Ini kantung debu. Kan, tidak setiap saat ada debu di area pertarungan. Jadi aku membawanya untuk jaga-jaga."
"Ooh ...."
"Ah, Yuusuke, tolong ambilkan kain pel di gudang dong. Sekalian latihan, datang kembali dalam 1 menit. Kalau telat push up 100 kali."
"EEH?! Kok gitu?!"
"Mulai!"
Dengan terpaksa, Yuusuke langsung berlari keluar ruangan dan menuju gudang yang berada di ujung lorong. Dengan cepat ia menyalakan lampu gudang dan mencari kain pel.
"Ah! Itu dia!"
Yuusuke akhirnya menemukan kain pel yang dicarinya. Ia mengambilnya dan segera kembali ke ruangan kosong tadi.
"Hah ... hah ... ini dia!"
Kata Yuusuke sambil ngos-ngosan.
"Hmm, kamu telat 15 detik lho. Push up 100 kali sana."
"Eh?! K-kan cuma 15 detik!!"
"Dalam 15 detik Akira bisa langsung membunuhmu, lho. Sudah jangan protes, sana cepat!"
"Ukh ... baiklah!"
Yuusuke pun segera melakukan push up, sementara Ryota mengepel ruangan itu.
"Sembilan ... puluh ... sembilan ... sera ... tus! Uwah!"
Yuusuke terjatuh pada push up nya yang keseratus. Ia terkapar tak berdaya di lantai.
"Oh, lumayan juga. Nih, minum ini."
Ryota memberikan sebuah pil pada Yuusuke. Yuusuke menerimanya dan langsung menelannya.
"Lho ...? Kok, rasanya ... tenagaku pulih kembali?"
"Itu obat pengembali tenaga buatan Hiromi. Nanti, jangan lupa berterima kasihlah padanya."
"Hiromi-san, ya ... uhm, nanti aku akan berterima kasih padanya."
"Ngomong-ngomong, kau lapar tidak? Ayo makan."
"Aku juga lapar. Hari ini siapa yang menyiapkan makanannya?"
"Akira dan Homura."
"Akira dan Homura, ya ... eh ... AKIRA DAN HOMURA?!"
Ryota sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Yuusuke dan dirinya saling menatap dan menganggukkan kepala mereka bersamaan. Dengan segera, mereka langsung berlari menuju dapur sekuat tenaga.
"Apa dapurnya baik-baik saja?!"
Duo Takagi itu berseru dengan panik. Melihat Homura dengan tenangnya sedang mengocok telur dan melihat Akira memotong daging dengan mudah, membuat mereka bingung.
"Eh ... lho?"
"Kenapa kalian kesini? Ini baru jam 5 lho."
"Eh ... kami khawatir dengan dapurnya."
"Hum ... jadi kalian kira kami tidak bisa memasak dan akan menghancurkan dapurnya, kan?"
GLEK
"E-eh ... bukan begitu, kok ... hahaha ...."
"Sudah pasti begitu! Kalian saja datang-datang langsung teriak, 'apa dapurnya baik-baik saja?!', begitu."
"Uh ... itu ...."
"Sudah, sudah. Kalian mau masak apa untuk makan malam?"
"Omelet isi daging. Aku melihatnya di internet dan kelihatannya mudah, jadi aku menirunya."
Akira menjelaskan sambil memasukkan potongan daging yang dipotongnya kedalam wajan panas. Begitu potongan daging tersebut dimasukkan, minyaknya langsung meletup, membuat Akira terkejut.
"Gyaaa! Ice Breath!"
Akira berseru dan langsung meniup wajan tersebut. Setekita wajan itu langsung membeku beserta kompornya.
"Hoi!! Kenapa malah kau bekukan?! Kalau begitu gimana mau goreng dagingnya?!"
Omel Ryota.
"Ha-habis! Minyaknya serem!"
Akira membalas omelan Ryota dengan pembelaan.
"Kelemahan Akira #1: Takut minyak panas, ya."
Gumam Yuusuke.
"Hei, jangan seenaknya menentukan kelemahan #1 ku!"
"Tapi memang benar, kan?"
Sindir Homura.
"Ukh!"
"Tidak, itu kelemahan #2 nya! Kelemahan #1 nya itu tidak bisa berenang, kan?"
Cetus Ryota.
"Oh, benar juga!"
"Hentikan pembicaraan soal kelemahanku! Pertama, kita pikirkan apa yang harus kita lakukan dengan kompor ini!"
Semuanya langsung terdiam mendengar ucapan Akira.
"Etto ... Homura bakar ... mungkin ...?"
"Kau mau kompornya meledak?! Sekali-sekali mikir dulu kalau mau ngomong!"
"Hah?! Aku ini selalu berpikir sebelum berbicara, tidak sepertimu!"
"Apa katamu?!"
Cess ...
"Hentikan kalian! Ng? Suara apa itu--Homura?! Kenapa malah kau bakar beneran?!"
"Entah kenapa ...."
"Entah kenapa?! Hei, cepat padamkan apinya!"
"Sudah terlambat! Eh ... bau apa ini?"
"Bau apa maksud--uwah?! Gasnya! Gasnya ...!"
BUM!!!
Drap drap drap!!
Tsumire, Kirika, Seiji, dan Shizuka berlari menuju dapur--walaupun Seiji mendorong kursi roda Shizuka.
"Suara apa itu--uhuk! Asap apa ini?"
"Hei, apa kalian baik-baik saja?!"
"Uhuk! Uhuk!"
Terdengar suara batuk dari dalam gumpalan asap. Perlahan, asap tersebut mulai reda dan menghilang.
"Hampir saja ...! Andai saja Akira tidak membuat barrier dari es, kita pasti mati ...."
"Tentu saja! Ini semua berkat aku yang hebat ini!"
"Cukup. Ada apa ini? Kenapa gasnya bisa meledak?"
"Ah ... itu ... aku dan Ryota datang kemari, dan Homura sedang mengocok telur, sedangkan Akira memotong daging. Lalu saat Akira memasukkan dagingnya kedalam kompor, minyaknya langsung meletup. Akira langsung kaget dan membekukan wajan beserta kompornya. Setelah itu Homura malah membakar kompornya dan gasnya meledak--begitulah."
Yuusuke menjelaskan rincian kejadian. Tsumire mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.
"Aaaku mengerti. Berarti, pelakunya adalah kalian berdua ...!"
"Ya memang! Apa-apaan nada bicaramu itu?!"
"Ah, kau meniru perkataannya Detective Spade yang sedang terkenal di TV itu, ya? Kata-kata favoritnya itu 'aaaku mengerti'. Dia sangat sering mengatakannya sehingga aku bosan mendengarnya."
"Justru itulah yang membuatnya populer, kau tau. Hah, Ryota memang tidak mengerti soal bisnis ya."
"Diam! Untuk sekarang, jadinya kita makan apa malam ini?"
Tsumire berpikir sejenak, "makanan kaleng?"
Semua langsung terdiam.
"YANG BENAR SAJA!!"
***
"Hah ... akhirnya kita malah makan sarden kering ...."
Keluh Yuusuke sambil menghempaskan dirinya pada sofa ruang istirahat di lantai 3.
"Aku sudah menduganya, sih ... dulu kompornya pernah rusak, dan akhirnya aku dan Kirika-chan cuma makan jagung kalengan."
"Uwah, serius?"
"Tentu saja. Kalau diingat lagi, kami juga pernah cuma makan sayur kalengan."
"Hah?! Serius?! Tsumire kejam!"
"Dia memang begitu dari sananya."
"... hei, Ryota."
"Hm? Apa?"
"Tujuan hidupmu itu ... apa?"
Ryota terdiam mendengar pertanyaan Yuusuke. Ia menghela napas dan tersenyum.
"Kenapa tanya lagi sih? Tentu saja ... untuk melindungimu ... Kirika-chan ... Homura ... Akira ... Seiji ... Shizuka-san ... dan semua anggota Adversus Ferox lainnya, kan."
Mendengar itu Yuusuke langsung tersenyum.
"Melindungi, ya ...?"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top