Chapter 5 : Idola (Part 3)
Rekka terus bernyanyi, membuat Yuusuke merasa seperti kepalanya akan pecah.
Sepertinya, kekuatannya memang seperti Kirika-chan... suaranya yang membuat kepalaku sakit dan yang lainnya tidak sadarkan diri... batin Yuusuke.
"Belum tumbang juga?! Sebenarnya manusia macam apa sih, kau ini!?"
Protes Rekka. Ia menggerutu sambil mengembangkan pipinya.
"Kau berhasil membuat Rekka-chan tertarik~!"
Rekka tersenyum licik. Ia menyiapkan mic-nya dan melanjutkan bernyanyi, dengan tempo yang lebih cepat dan bersemangat.
"Kuh!"
Yuusuke meremas kepalanya yang terasa semakin sakit. Ia mencoba menyerang Rekka dengan menjatuhkan sebuah lampu sorot di atas Rekka.
"Ups!"
Rekka melompat, menghindari serangan Yuusuke.
"Kau keras kepala sekali!"
Yuusuke kembali menyerang Rekka dengan menjatuhkan semua lampu sorot di atasnya.
Lagi-lagi, dengan mudah Rekka menghindarinya.
"Mou~! Aku bosan meladenimu! Akan kuakhiri sekarang!"
Kali ini, Rekka bernyanyi dengan tempo yang lebih lambat. Tapi, terasa lebih kuat dan menyakitkan.
"Akh!"
Yuusuke merasa kepalanya terasa lebih sakit. Tiba-tiba, beberapa orang yang tidak sadarkan diri, termasuk Ryota, Kirika, Seiji, Akira, dan Homura berdiri lalu mulai melangkah.
"Kalian! Kalian baik-baik saja?! Hati-hati, dia esper!"
Seru Yuusuke. Ryota dan lainnya tidak menghiraukan seruan Yuusuke dan terus berjalan kearah sebuah lorong sempit.
"Hei?! Kalian mau kemana?!"
Seru Yuusuke. lagi-lagi mereka tidak menghiraukannya.
"Kal-- jangan-jangan!"
Yuusuke menengok kearah Rekka yang terus bernyanyi.
"Kau! Lepaskan mereka!"
Rekka hanya tersenyum licik dan menggelengkan kepalanya sambil terus bernyanyi.
"Sial!"
Yuusuke berpikir keras, mencari sebuah cara untuk menghentikan Rekka. Terbesit sebuah ide di kepalanya saat ia melihat sebuah paku kecil yang panjang.
Yuusuke menggerakkan paku kecil itu dengan cepat kearah Rekka.
"Kya! Sakit!"
Paku itu menggores lengan Rekka, membuat mic yang digenggamnya terjatuh. Ryota dan lainnya terjatuh, kembali tidak sadarkan diri.
"Iih~! Jahat!"
Rekka hendak mengambil mic-nya kembali. Yuusuke yang sadar akan hal itu, segera menggerakkan sebuah speaker besar dan menjatuhkannya di atas mic milik Rekka.
"Jahat! Itu mic kesayanganku~!"
"Hah...hah...."
Yuusuke terengah-engah. Ia menghampiri teman-temannya yang masih tersungkur tidak sadarkan diri.
"Ryota! Bangunlah! Kirika-chan!"
Yuusuke mencoba membangunkan Ryota dan lainnya.
"Nghhh... Yuusuke? Akh! Kenapa kepalaku sakit sekali?!"
Ryota terbangun sambil memegang kepalanya.
"Rekka-chan yang melakukannya. Sepertinya ia esper."
"Ngh..."
Kirika terbangun, disusul oleh Seiji, Akira, dan Homura.
"Sialan! Kenapa kepalaku jadi sakit sekali?!"
"Yuusuke, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Lengkapnya akan kujelaskan nanti. Pertama, kita harus mengalahkannya dulu!"
Yuusuke menatap tajam Rekka.
"Hei! Apa-apaan tatapanmu itu?! Kau baru saja merusak mic-ku! Pokoknya ganti! Ganti!"
Rekka menggerutu kesal.
"Mengalahkan Rekka-chan? Kenapa?"
"Karena ia adalah seorang esper. Kirika, kau serang duluan. Akira, Homura, kalian serang dari samping, buat dia sibuk. Lalu Seiji, kita akan menyergapnya dari belakang. Yuusuke, kau istirahat saja dulu. Biar kami yang mengatasinya."
Jelas Ryota.
"Baiklah!"
"Kirika, sekarang!"
"AAA..!!!"
Kirika mengeluarkan gelombang suaranya kearah Rekka.
"Kyaa~!"
Rekka terhempas, menabrak tembok panggung dibelakangnya.
"Akira! Homura!"
"Ya, aku tahu."
"Jangan memerintahku!"
Homura mengeluarkan pedangnya. Akira menyiapkan kepalannya. Mereka menyerang Rekka dari sisi kanan dan kiri.
"Kena kau! Bocah Alay!"
BAK!
TRANG!
Tinju Akira dan tebasan pedang Homura ditahan oleh dua orang lelaki berpakaian serba hitam.
"Aka! Ao!"
Rekka terkejut.
Lelaki bernama Aka itu menahan tinju Akira dengan kedua tangannya, dan lelaki yang bernama Ao itu menggores tangan kiri Homura dengan tembakan pistolnya.
"Cih!"
Akira dan Homura mundur sesaat lalu kembali menyerang.
Akira terus menyerang Aka. Dan Aka juga terus menahan serangan Akira dengan tubuhnya yang besar, dan tentu saja tenaga yang kuat. Akira hendak menendang kepala Aka. Tapi sialnya, Aka menangkap kaki Akira dan melempar tubuhnya hingga menghantam tembok panggung dengan keras hingga retak.
"Kuh!"
Homura terus menyerang Ao dengan berbagai macam tebasan yang berbeda. Ao terus menghindarinya dan menembak Homura agar tidak mendekat. Keduanya terus menyerang dan menangkis dengan cepat. Homura berhasil mendekati Ao, ia hendak menebasnya. Sebelum tertebas, Ao dengan cepat meninju Homura tepat di ulu hatinya.
"Kargh!"
"Bagus! Aka! Ao!"
"Ukh..."
Akira tersungkur, seluruh badannya sakit. Rasanya susah sekali untuk bergerak.
Aka menghampirinya, ia mencekik leher Akira lalu mengangkatnya.
"Si-alan..."
"Akh-...h-ah...."
Homura terjatuh sambil memegangi perutnya. Ia kesulitan bernapas.
Ao menodongkan pistolnya ke kepala Homura, hendak menembaknya.
Tiba-tiba sekumpulan debu dan serbuk besi mengitari Ao, Aka, dan Rekka. Debu dan serbuk besi itu membentuk sebuah tali yang meremas lengan mereka bertiga, membuat Aka melepaskan Akira, dan Ao melepaskan pistolnya.
"Aa! Sakit~!"
Keluh Rekka.
"Sakit, kan?"
Ryota dan Seiji muncul di belakang Rekka.
"Kalau begitu, silakan rasakan lagi."
Ryota menggerakkan tangannya, mengendalikan debu dan serbuk besi untuk membuat rantai-rantai yang mengikat Rekka, Ao, dan Aka.
"Huh! Aka! Ao! Kali ini kita mundur! Akan kupanggil Kiiro!"
Seru Rekka.
"Eit! Tidak bisa!"
Seiji mengendalikan air dan membuat 3 buah bola air dengan Rekka, Aka, dan Ao di dalamnya, membuat mereka tidak bisa bernapas maupun bersuara.
Rekka yang mulai kehabisan napas, perlahan-lahan hilang kesadaran.
BAM!
Tiba-tiba muncul seorang lelaki berbadan besar yang juga berpakaian serba hitam. Lelaki itu dengan cepat meninju perut Seiji hingga terhempas menabrak tembok panggung dengan keras. Bola-bola air, pun, pecah. Ia lalu mencekik Ryota dan membantingnya ke lantai panggung dengan keras, membuat panggung hancur seketika.
"AAA...!"
Kirika mencoba menyerang lelaki itu dari kejauhan. Tidak mempan. Lelaki itu melempar sebuah speaker besar kearah Kirika.
"AAA...!"
Kirika menghancurkannya, tapi tetap saja serpihan-serpihannya membuat Kirika terhempas.
Lelaki itu mengangkat teman-temannya, lalu membawa mereka pergi melalui lorong sempit yang hampir dimasuki Ryota dan lainnya tadi.
"Kuh... Kiiro...."
Rekka mulai sadar.
"Kalian.. aku akan kembali lagi...."
***
Author Note
Maaf banget author nggak bisa update selama 2 minggu!! Author minta maaf yang sebesar-besarnya. Minggu ini author ada UTS soalnya. Tapi tenang aja, mulai minggu ini author akan update seperti biasa, kok. Terima kasih!
-Ranshaqie
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top