Chapter 4 : Penangkapan (Part 5)
"Uh... jadi ini, ya?"
Akira berdiri di depan sebuah pintu besar setelah mengalahkan musuh yang menghadangnya.
"Percuma... kau tidak akan bisa membuka pintu itu! Pintu itu beratnya 1 ton, dan kau hanya bisa membukanya dengan ditektor sidik jari! Hahaha!"
Tawa musuh yang dikalahkan Akira.
"Oh? Kau masih hidup toh? Lalu, apa katamu? 1 ton? Mudah."
"Apa? Tidak mungkin kau bisa membukanya!"
"Kalau tidak bisa dibuka, ya...,"
Akira mengambil ancang-ancang. Ia mengatur napasnya.
BRAK!!
Ia menendang pintu itu. Pintu tersebut langsung terepas kedalam.
"...tinggal di dobrak saja."
"Mustahil!"
"Mustahil, katamu? Kau pikir aku siapa?"
"K-kau...!"
"Matilah!"
Cras!!
Akira masuk ke dalam ruangan itu. Ia menghela napas lelah melihat ruangan yang begitu gelap.
"Cih... tidak ada lampu, ya?"
Sriiing...!
Ia memakai kekuatan werewolf-nya. Mata coklatnya berubah menjadi abu-abu, membuatnya bisa melihat dalam gelap.
"Ah, itu dia. Seiji!"
"Suara ini... Mizuno?"
"Oi oi, kau babak belur? Bwahaha! Rasakan! Uh... hahaha! Aduh, aku jadi ketawa deh."
"Kau ini mau menyelamatkanku atau menertawakanku sih?!"
"Ah... maaf. Oh, borgol ini menyegel kekuatan esper ya? Mana sini."
PRAK!!
Akira menghancurkan borgol itu dengan tanganya.
"Makasih... kak, kau tidak apa-apa, kan?"
"Sei-chan? Iya, aku baik-baik saja. Itu siapa?"
"Dia... temanku. Namanya Mizuno Akira. Sebelum musuh kembali, ayo kita segera pergi dari sini, kak!"
"Kau benar, ya... ayo."
"Biar aku yang mendorong kursi roda kakakmu itu, siscon."
Akira mendorong kursi roda kakak Seiji, Shizuka.
"Siapa yang kau panggil siscon?! Tapi... makasih."
"Jangan lupa belikan aku es krim setelah ini."
"Apa?! Kok jadi begitu?!"
"Ya begitulah. Ayo cepat!"
"Iya!"
***
Sementara itu, Homura.
"Hah... hah... hah..."
Homura terengah-engah. Di depannya, terdapat banyak lelaki berseragam PPE terkapar dengan genangan darah. Satu unit PPE sudah dikalahkannya tanpa sisa.
"Akhirnya, habis semua. Ukh!!!"
Homura terjatuh. Darah masih terus mengalir dari lukanya.
Sial! Pendarahannya tidak bisa kuhentikan!
Batin Homura. Ia menyeret tubuhnya dan duduk bersandar di tembok. Ia terus menekan lukanya, mencoba untuk menghentikan pendarahan.
Aku tidak punya waktu untuk ini! Aku harus segera membantu Akira! Batin Homura lagi. Ia mencoba untuk berdiri. Tapi gagal, terlalu banyak darah yang keluar sehingga membuat badannya lemas.
"Uhuk! Uhuk!"
Homura terbatuk. Mulutnya mengeluarkan darah. Badannya tidak bisa digerakkan dan matanya mulai berkunang-kunang.
Maafkan aku, Akira. Sepertinya aku tidak bisa membantumu.
***
"Cepatlah sedikit, Yuusuke!"
"Iya-iya, maaf!"
Yuusuke, Ryota, dan Kirika menelusuri jalan yang sepi dengan banyak pohon di sisi-sisinya.
"Cih, kapan kita sampai, Ryota?!"
"Sebentar lagi! Nah, ini dia."
Ryota berhenti di depan sebuah dojo yang lumayan besar.
"Ini...?!"
Di depan dojo, ada banyak mayat-mayat yang telah hangus terbakar.
"Pasti Homura. Sudahlah, ayo cepat masuk. Yuusuke, Kirika, persiapkan diri kalian!"
"Baik!"
Yuusuke, Ryota, dan Kirika memasuki dojo. Di sepanjang jalan yang mereka lewati, terkapar mayat-mayat dan genangan darah.
"Hoek! Bau sekali!"
"Hah.., kau harus terbiasa dengan bau mayat, Yuusuke!"
"Tapi, semua mayat ini... apa mungkin Akira dan Homura yang membunuhnya?"
"Tentu saja. Mereka sebelumnya adalah anggota PPE. Musuh sebanyak ini sudah biasa untuk mereka."
Ryota dan lainnya berhenti sejenak di depan sebuah ruangan yang cukup besar. Mereka lalu memasukinya. Tubuh Kaemon terkapar di depan mereka.
"Yang ini masih hidup."
"Itu.., seragam PPE."
"Kelihatannya, Akira dan Homura menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengalahkannya. Dan, mereka belum lama meninggalkan ruangan ini."
Ryota dan Kirika keluar ruangan, meninggalkan Kaemon yang masih terkapar kesakitan di dalam.
"Hei, kita tidak membantunya?"
"Yuusuke, kau harus bisa membedakan yang mana musuh dan teman."
"Sudahlah, tinggalkan saja dia disana! Kita harus cepat menemukan Akira dan Homura!"
"Uh.. baiklah..."
Yuusuke mengikuti Ryota dan Kirika keluar ruangan.
"Tapi, terlalu banyak lorong di depan sana. Akan memakan waktu terlalu lama jika harus mengeceknya satu-satu."
"Iya juga... baiklah. Yuusuke, Kirika, kita berpencar! Segera beritahu yang lain jika ada masalah!"
Yuusuke dan Kirika mengangguk. Mereka berpencar, masing-masing memasuki lorong yang berbeda.
Belum lama berpencar,
"Ryota!! Kirika-san!!"
Seru Yuusuke. Ryota dan Kirika terhenti dan segera menghampiri Yuusuke.
"Ada apa, Yuusuke?!"
"I-ini! Homura!"
Yuusuke menemukan Homura yang terluka parah.
"Dua tembakan, di perut dan bahu. Parahnya, pendarahannya belum terhenti. Ia harus segera diobati."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?!"
"....Yuusuke, ya.....?"
Homura tersadar. Ia perlahan membuka matanya.
"Homura! Bertahanlah, kami akan segera mengobatimu!"
"...aku tidak apa-apa... cepatlah bantu Akira...!"
"Apanya yang tidak apa-apa?! Kau ini sekarat!"
"...sudahlah... dan mereka memasang bom di ruangan Akio ditahan... cepatlah..!"
Lama-kelamaan Homura kembali tidak sadarkan diri.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan? Kita harus cepat menolong Akio, tapi kita juga tidak bisa meninggalkannya di sini."
Ryota menghela napas. Ia lalu membaringkan badan Homura dan mengambil sebuah kotak kecil berisi obat-obatan.
"Kirika, Yuusuke, kalian cepatlah bantu Akira. Aku akan menyusul setelah memberikannya pertolongan pertama."
"Eh?! Tapi..."
"Kenapa?"
"A-aku juga ingin membantu Homura..."
"Ahh! Kau ini egois sekali, ya! Memangnya kau mengerti caranya memberikan pertolongan pertama?! Dengar ya, yang dapat kau lakukan saat ini adalah membantu Akira disana!"
"Kirika-san..."
"Ya, Kirika benar. Nah, cepat pergilah!"
"...baiklah!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top