Chapter 4 : Penangkapan (Part 2)

"Uwis! Lama tak bertemu, Takunyan!"

"Yo, Takunyan!"

"'Takunyan'?"

"Sudah kubilang, jangan panggil aku 'Takunyan'!"

Orang itu mendengus kesal. Ia lalu menekan sebuah tombol.

Pats!

Lampu ruangan langsung menyala terang.

"Siapa dia?"

"Ah, dia ... esper jenius, Miyamoto Takuya. Panggilannya, Takunyan."

"Siapa yang kau bilang Takunyan?!"

"Esper jenius?"

"Ya, esper jenius. Kekuatannya adalah Quantakinesis. Dia bisa meningkatkan kekuatan esper lainnya. Dia juga memiliki beberapa kekuatan lainnya, seperti Telepati, Telekinesis, Aerokinesis, dan Hydrokinesis. Dan lagi, otaknya itu kelewat jenius. IQ-nya hampir mencapai 200."

"... serius?"

"Serius."

"Hebat! Hebat sekali!"

"Cukup bicaranya. Ada keperluan apa kalian kemari? Mayat?"

"Kau tau, ya. Akira, mana mayatnya?"

"Jangan menyuruhku! Nih!"

Akira melempar mayat tersebut. Takunyan menggerakkan mayat tersebut dan menaruhnya diatas meja.

"Hmm, jadi, kalian ingin aku menyelidiki soal ini?"

"Takunyan memang hebat! Kau tau, ya."

"Hmph. Tentu saja aku tau. Jadi ... 1 tembakan di dahi, 2 tembakan di pelipis, dan 3 tembakan di jantung, ya ...."

Takunyan memutar kursi berodanya, lalu melayang di udara sambil berputar-putar.

"Apa yang dia lakukan? Dia seperti orang gila."

"Sst! Takunyan sedang berkonsentrasi!"

"Begitu, ya."

Takunyan turun dari udara dan mengetik sesuatu di komputernya.

"Namanya ... Banba Gou, 29 tahun, PNS. Dia dibunuh dengan pistol. Pelaku membuatnya menggenggam pistol untuk alasan tertentu ...."

"Apa alasannya?"

"Entahlah? Hanya pelaku dan tuhan yang tau. Sebenarnya, ada 3 mayat lainnya yang seperti ini. Dan aku menyadari sesuatu."

"Menyadari ... apa?"

"Lihat ini."

Layar komputer itu menyala. Di layar komputer itu terdapat gambar 2 orang wanita dan seorang pria.

"Korban pertama ... Ekizuki Minami, 17 tahun, pelajar. Korban kedua, Doma Naomi, 21 tahun, pengacara. Korban ketiga, Chiba Gou, 25 tahun, hakim. Dan dia, korban keempat, Banba Gou, 29 tahun, PNS. Apa kalian menyadarinya?"

"Aah! Umur mereka, longkap 4 tahun!"

Kata Yuusuke dengan polosnya.

"... kau bodoh, ya?"

"Eh?"

"Bukan umurnya. Tapi ... nama. Coba perhatikan abjad pertama nama marga mereka."

"Etto ... E, D, C, B ... ah! Berurutan!"

Seru Yuusuke.

"Ya. Dia melakukan hitungan mundur."

"Berarti, target selanjutnya abjad A?"

"Tapi bukankah banyak orang yang memiliki abjad pertama A? Homura saja abjad pertama marganya A!"

Kata Akira sambil menunjuk Homura.

"Akira benar."

"Oh ya? Siapa namamu?"

"Akagi ... Homura."

"Bukan dia."

"Bagaimana kau tau?"

"Pelaku mengirimkan pesan. Coba perhatikan huruf awal nama kecil mereka."

"Ng ... Mi, Na, Go ...,"

"Minagoroshi."

Potong Kirika. Yang lain langsung terkejut mendengarnya.

"Ya, target selanjutnya adalah 'Shi'. Orang yang berawalan huruf 'Shi'."

"Tapi bukankah itu juga banyak?"

"Kalau begitu, akan kuberi tau ... target selanjutnya adalah .., dia."

Takunyan menekan enter. Layar langsung berubah memperlihatkan foto seorang gadis.

"Akio Shizuka, 20 tahun. Dialah target selanjutnya."

"A ... Akio?! Berarti ... dia ... kakaknya Seiji?!"

"Kau yakin tidak salah?"

"Aku yakin. Semua korbannya memiliki hubungan dengan esper buronan. Tak salah lagi."

"Siapa pelakunya?"

"Mafia organ."

"Mafia organ? Apa itu?"

"Kau tidak tau? Mereka orang-orang yang memperjual belikan organ secara ilegal."

"Hah?!"

"Lihat saja."

Takunyan membuka baju mayat tersebut. Sekuruh tubuh mayat itu dipenuhi dengan luka goresan.

"Korban disiksa sebelum organnya diambil. Lihat jahitan yang ada di perutnya. Ini bukti bahwa perutnya dirobek dan organnya diambil."

"Kejam ...."

"Ini sudah biasa dalam dunia bawah. Nah, aku hanya bisa membantu kalian sampai sini saja. Sana cepat pergi!"

"Ayo kita pergi! Sampai nanti, Takunyan!"

"Jangan kembali lagi! Dan jangan panggil aku Takunyan!"

Ryota dan lainnya kembali ke tempat konstruksi. Kirika menutup kembali lubang saluran bawah tanah.

"Hoi, Yuusuke."

Panggil Ryota.

"Hn?"

"Semua informasi tadi, jangan kau beritahu Seiji."

Perintah Ryota.

"Eh?! Kenapa?! Kakaknya dalam bahaya! Seharusnya dia mengetahuinya!"

Protes Yuusuke. Ryota menghela napas.

"Yuusuke, dengarkan aku. Jika aku dalam bahaya, misalnya aku disandra oleh PPE. Apa yang akan kau lakukan?"

"Tentu saja aku akan segera menyelamatkanmu!"

"Oleh karena itu. Jika Seiji tahu kalau kakaknya dalam bahaya, ada kemungkinan dia langsung kabur ke tempat kakakknya tanpa pikir panjang."

"Oh.. iya juga ya..."

"Kalau begitu, sebaiknya kita kembali ke markas dulu."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top