Chapter 3 : Misi (Part 5)

Laki-laki itu tersenyum licik.

"Iya. Parah sekali. Ketajaman indraku yang tidak terlalu kuat saja bisa menyadarimu."

Tatap Homura tajam.

"Jadi, apa yang kau lakukan di sana?"

Tanya Kirika dengan serius.

"Eeeh? Tentu saja, kan. Mencuri informasi dari kalian, para esper buronan."

Jawab lelaki itu dengan santai. Yuusuke langsung memasang kuda-kuda menyerang.

"Tunggu, Yuusuke. Kau, bagaimana bisa kau tahu kalau kami adalah esper buronan?"

"Tentu saja aku tahu. Kalian, Shiroi Kirika dan Takagi Ryota. Asal kalian tahu, harga kalian cukup tinggi. Kalian juga, agen Ignis dan Genus yang baru-baru ini mengkhianati kami. Oh, dan kau, Takagi Yuusuke. Kau favorit atasanku."

Jelas lelaki itu.

"Sialan. Ternyata kau memang dari PPE!"

"Heei, santai saja dong. Seram sekali kalian~~"

Dengan santai, lelaki itu mengeluarkan pistol dari sakunya. Yuusuke dan lainnya segera memasang kuda-kuda menyerang. Tiba-tiba, pintu kelas terbuka. Terlihat Kazuya yang sudah siap dengan tasnya.

"Hei, kalian! Sudah jam segini, apa yang kalian lakukan di sekolah?! Cepatlah pulang!"

Perintah Kazuya. Ia lalu terkejut melihat lelaki dari PPE tadi.

"Eh? Hisashi-sensei? Bukannya kau ada urusan? Dan, pistol itu!"

Kazuya juga memasang kuda-kuda bertahan.

"Hisashi-sensei? Sialan. Jadi selama ini kau menyamar sebagai guru?!"

"Tentu saja. Aaah, melelahkan sekali. Sudahlah, aku akan mengakhirinya sekarang,"

Hisashi-sensei mengarahkan pistolnya ke Kazuya.

"Sialan!!"

Yuusuke segera berlari menghampiri Kazuya dan segera membuat barrier.

"Kau tidak apa-apa, Akio-san?"

"Bagaimana kau bisa..?"

Kazuya menatap Yuusuke terkejut. Yuusuke tidak memalingkan wajahnya. Ia terus memperhatikan Hisashi dengan serius.

"Ah, sialan. Tapi, ini waktu yang tepat untuk memanggil bantuan,"

Hisashi tersenyum licik dan mengeluarkan ponselnya.

"Kau pikir aku akan membiarkannya, huh?!"

seru Akira. Ia menembakkan es nya kearah ponsel Hisashi dan menghancurkannya.

"Bedebah cilik!"

kata Hisashi geram.

"Homura! Ini kesempatanmu!"

seru Akira.

"Ya ... aku tau!"

Kata Homura. Dari belakang Akira, Homura melompat tinggi dengan pedangnya. Ia langsung mengayunkan pedangnya itu kearah Hisashi.

BLAR!!!

Ayunan tersebut menyebabkan tanah terbelah. Sayangnya, Hisashi dapat menghindari serangan tersebut.

"Cih ...,"

Hisashi memegangi pundaknya yang terluka. Ia tidak menghindari serangan Homura dengan sepenuhnya.

"Jangan menatap kearah lain!"

Akira langsung menyerangnya dengan tinjunya. Hisashi melompat mundur sehingga tinju Akira mengenai lantai. Lantai tersebut langsung terbelah.

"He ... hebat ...."

"Kalau tadi aku terkena tinju itu, aku pasti sudah mati,"

Pikir Hisashi.

"Sial, mereka lebih hebat dari yang kuduga."

Hisashi mengarahkan pistolnya kearah Seiji.

"Setidaknya, aku harus membunuhmu, Akio Seiji!"

Serunya.

"Si—"

DOR!!!

Hisasi menekan pelatuk pistolnya tepat didepan Seiji. Ia tertembak. Ia langsung terpental jauh yang menyebabkan beberapa dinding hancur.

"Akio-san!"

Seru Yuusuke kaget.

"Fyuh ... setidaknya aku berhasil menyelesaikan misiku, membunuh Akio Seiji. Nah, untuk sekarang, aku akan mundur,"

Kata Hisashi.

"Tung—"

BUM!

Hisashi melemparkan sebuah bom asap yang membutakan semuanya. Ia menggunakan kesempatan itu untuk kabur.

"Akio-san! Bangunlah!"

Seru Yuusuke.

"Tenang saja, jantungnya tidak tertembak. Jika dia segera dirawat, dia tidak akan mati."

Kata Akira.

"Kalau begitu, kita harus cepat membawanya ke markas."

Kata Kirika. Yang lain mengangguk.

***

"Uh ... dimana ... ini?"

Seiji terbangun. Begitu ia membuka mata, yang dapat dilihatnya adalah sebuah atap berwarna putih dengan sebuah lampu yang menyala terang. Nyala lampu tersebut menyilaukan matanya yang membuatnya kembali menutup matanya.

"Oi oi oi! Kalau sudah bangun jangan tidur lagi, dong!"

Suara Akira mengusiknya. Ia menengok dan mendapati seorang bocah berambut coklat pendek dengan kaus hitam yang seolah sedang berlagak menjadi preman.

"Siapa bocah ini? Apa dia tersesat?"

Pikir Seiji.

"Kau pasti berpikir aku ini bocah hilang, kan?"

Tanya Akira kesal.

"Bagaimana kau tau?"

"Terlihat jelas dari wajahmu. Kau tidak mengenaliku dengan wajah ini, ya? Ini aku, Rin. Shimizu Rin. Yah, itu hanyalah nama samaran, sih."

Kata Akira.

"Akira, dia sudah bangun?"

Tanya Ryota. Ia masuk kedalam ruangan itu.

"Ya begitulah."

"Akira? Shimizu Rin itu nama samaran?"

Tanya Seiji.

"Iya. Keiichi, Rentaro, Ami, dan Ayaka juga nama samaran kok."

"Ooohh begitu ..."

Seiji mengangguk tanda mengerti.

"Akio-san sudah bangun?"

Yuusuke memasuki ruangan. Disusul dengan Homura dan Kirika.

"Kalau boleh tanya .., sebenarnya kalian itu siapa? Dan ini dimana?"

Tanya Seiji.

"Oh iya, kita harus kenalan lagi, ya. Namaku Yuusuke. Itu kakakku, Ryota. Mereka, Homura dan Kirika. Dan si bocah itu Akira."

Jelas Yuusuke.

"Kau mengatakan sesuatu, Yuusuke?"

Tanya Akira dengan tatapan tajam.

"Ah ...ti-tidak ..."

"Aku ini bukan bocah! Aku bisa saja mengalahkanmu dengan 1 pukulan, apa kau mau?"

Tanya Akira kesal.

"Ampun, Akira-san. Pukulanmu itu kan sama dengan pukulan gajah ...."

Kata Yuusuke.

"Hmph! Sekali lagi kau panggil aku bocah, aku akan mengirimmu ke luar angkasa!"

Kata Akira.

"Baik ...."

"Selamat datang di Adversus Ferox, Seiji-kun."

Kata Tsumire.

"Adversus Ferox?"

"Nama kelompok ini. Dengan begini, tim utama Adversus Ferox sudah lengkap, ya."

Kata Tsumire.

"Tim utama?"

"Daripada lama-lama, sekarang aku akan memberikan misi untuk kalian ber-6."

Kata Tsumire.

"Yaitu ...."

-Chapter 3 END-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top