Chapter 1 : Pelatih (Part 3)
Kruyuk ... tiba-tiba perut Yuusuke berbunyi. Ia baru sadar kalau dari tadi malam ia sama sekali belum makan apa pun.
Bruk! 3 potong roti tiba-tiba jatuh didepannya. Ia langsung terduduk dan melihat orang yang memberikan roti itu.
"Shiroi-san! Terima kasih!"
"Bukan aku yang ingin memberikannya. Ryota yang menyuruhnya! Jangan salah paham!"
Kirika langsung mengelak. Yuusuke tersenyum, lalu memakan roti yang diberikan Kirika. 3 roti tersebut habis dalam sekejap.
"Oh iya ... kalian memangnya makan dimana?"
Yuusuke bertanya. Kirika malah mengeluarkan wajah kenapa-kau-menanyakan-hal-yang-sudah-pasti.
"Kau bodoh, ya? Tentu saja di ruang makan! Aku membawakanmu roti karena aku tahu kau tidak bisa-maksudku, karena Ryota tahu kau tidak bisa berjalan ke ruang makan! Aku mau makan dulu, pulihkan staminamu dengan bermeditasi!"
Jawab Kirika sambil memberikan perintah kepada Yuusuke. Yuusuke langsung mengangguk dan bermeditasi, sedangkan Kirika meninggalkan Yuusuke dan menuju ruang makan.
"Bagaimana, perkembangan Yuusuke?"
Tanya Ryota. Kirika duduk disampingnya dan mengambil sumpit, lalu menjawab.
"Kekuatannya memang hebat, tapi dia masih belum bisa mengendalikannya. Dan staminanya parah sekali. Ryota, apa dia benar-benar adikmu?"
Ryota tertawa mendengar jawaban Kirika.
"Tentu saja. Kalau tidak, untuk apa aku membawanya kesini?"
"Hmm ... soal kekuatannya, setidaknya dia sudah bisa membuat barrier. Menggerakkan benda pasti masih butuh 2 atau 3 hari lagi."
"2 atau 3 hari lagi, ya?"
"Maaf membuat kalian menunggu! Ini, katsu don!"
Tsumire datang sambil membawa nampan berisi 3 mangkuk katsu don.
"Pagi-pagi begini sudah makan makanan berat ...? Banyak banget lagi."
Protes Ryota.
"Tenang saja! Bahannya khusus, kok!"
"Kalau begitu ... selamat makan ...,"
Ryota dan Kirika melahap sarapan mereka dengan tenang, sampai akhirnya-
DUAR! Suara ledakan terdengar dari ruang latihan. Mereka langsung berlari menuju ruang latihan.
"Suara apa itu?!"
Mereka bertanya. Ujung ruangan terlihat berlubang, dan asap mengepul ke seluruh ruangan.
"Ittatatata ...."
Akhirnya terdengar suara Yuusuke. Ia terbatuk dan keluar dari ruang latihan. Kirika bertanya.
"Apa yang terjadi?"
"Ng ... saat aku melakukan meditasi seperti yang disuruhmu, tiba-tiba balok besi yang disana bergerak dan menghantam dinding ...."
Mustahil! Dia sudah bisa menggerakkan benda? Batin Kirika terkejut.
"Kalau begitu, coba gerakkan balok besi itu lagi."
Suruhnya dengan wajah yang serius.
"Eh, aku tidak terlalu sadar saat itu ... begini?"
Yuusuke berkonsentrasi, berusaha menggerakkan balok besi tersebut. Tetapi balok besi tersebut hanya sedikit bergerak.
"Aneh ... kenapa?"
"Sudah kuduga. Kau hanya bisa melakukan itu tanpa sadar. Coba lagi!"
"Ba-baik!"
"Lebih cepat dari dugaan, ya?"
Ryota tertawa melihat ekspresi terkejut Kirika.
"Iya, tak kusangka dia bisa menggerakkan benda secepat ini. Tapi, kalau tanpa sadar, sama saja."
Kata Kirika. Ia kembali ke ruang makan, diikuti Ryota dan Tsumire. Yuusuke kembali duduk, menutup matanya, dan melakukan meditasi.
Belum cukup. Aku harus menjadi lebih kuat. Batinnya. Ia mencoba menggerakkan balok besi tadi. Bergeraklah, bergeraklah! Yuusuke makin berkonsentrasi. Balok itu bergerak perlahan. Yuusuke tersenyum senang. Ia kembali berkonsentrasi.
30 menit kemudian.
"Bagaimana latihanmu-"
Ucapan Kirika terhenti setelah ia melihat kedalam ruang latihan. Yuusuke sudah bisa menggerakkan 5 balok besi. 5 balok besi itu melayang, mengelilingi Yuusuke yang berdiri di tengah.
"Ah, Shiroi-san! Lihat, aku sudah bisa menggerakkan benda!"
Kata Yuusuke senang. Kirika sangat terkejut. Hanya dalam 30 menit, dia menggerakkan 5 benda? Bagi seorang pemula, itu mustahil! Dia pasti memiliki suatu bakat yang terpendam ....
"Tak perlu kau beritahu, aku juga bisa melihatnya. Kau pikir aku bodoh?"
Tanya Kirika ketus. Ia masuk kedalam ruang latihan.
"Kau sudah bisa menggerakkan benda. Sejujurnya, aku terkejut. Sekarang, buatlah barrier bersamaan dengan mempertahankan balok-balok besi itu."
Suruh Kirika. Yuusuke mengangguk. Ia menciptakan barrier.
"Bagus. Sekarang kau sudah bisa mengendalikan kekuatanmu, ya? Hanya dalam 2 hari, kau lumayan juga."
"Terima kasih ...."
"Tapi, kalau kau tidak bisa bertarung, hal itu percuma."
Kata Kirika cepat.
"Aku akan menyerangmu. Bertahanlah dari seranganku dan serang aku dengan seluruh kekuatanmu."
"Baik!"
"Kumulai! AAA ...!"
"Guh!"
Yuusuke bertahan. Ia menempatkan balok-balok besi itu didepannya, menahan gelombang suara Kirika. Yuusuke menggerakkan balok besi untuk menyerang Kirika.
"AAA ...!"
Kirika berteriak kencang. Yuusuke menutup mata dan telinganya. Balok besi yang digunakan Yuusuke hancur.
"Lemah."
Tiba-tiba Kirika sudah berada di belakang Yuusuke dan menendangnya. Untungnya, Yuusuke masih sempat membuat barrier disaat terakhir, walaupun Kirika masih bisa menghancurkannya. Yuusuke terpental dan terjatuh.
"Ukh ...."
"Kenapa? Kau pikir aku tidak bisa pertarungan jarak dekat?"
Tanya Kirika. Ucapannya terdengar dingin, dan tatapan matanya sangat tajam. Yuusuke merinding.
"Berdirilah. Kita lanjutkan latihannya."
"Baik!"
Yuusuke melanjutkan latihannya. Kirika terus melanjutkan serangan.
"AAA...!"
Kirika kembali menyerang Yuusuke. Yuusuke membuat barrier dan memperkuatnya dengan melapisi balok-balok besi berlapis di sekitarnya. Kirika sedikit kesusahan dengan pertahanan Yuusuke yang berlapi-lapis itu. Ia terus memfokuskan serangannya pada Yuusuke yang berada di dalam barrier itu.
"Kau lengah! Shiroi-san!"
"Eh?!"
Tiba-tiba Yuusuke muncul di belakang Kirika dengan dua balok besi disampingnya. Yuusuke menyerang Kirika dengan balok besi yang dibawanya. Cih! Bagaimana dia bisa ada disitu?! Batin Kirika.
Kirika yang terkejut dengan serangan Yuusuke, dengan spontan mengeluarkan gelombang suaranya lagi.
"AAA...!"
Kirika dengan mudah menghancurkan balok besi Yuusuke. Gelombang suara Kirika membuat serpih-serpihan balok dan juga Yuusuke terhempas.
"Arrgh!"
Sebuah serpihan balok besi yang berujung tajam menggores lengan Yuusuke. Darah bercucuran dari lengannya.
"Ah, maaf! Sepertinya aku terlalu keras."
Kirika segera menghampiri Yuusuke. Ia memperhatikan luka Yuusuke dan mengikatnya dengan sapu tangan.
"Sepertinya kita harus istirahat sebentar."
"Tidak apa-apa! Aku masih bisa melanjutkan latihan. Lagipula ini hanya tergores."
"Jangan. Lukau itu cukup dalam. Kau harus mengobatinya."
"Tapi..."
"Mintalah kepada Hiromi untuk mengobati lukau. Kalau begitu kita bisa cepat latihan lagi."
"Baiklah."
"Hiromi berada di kamar nomor 324 di lantai 9."
Yuusuke segera beranjak pergi ke kamar Hiromi. Ia menaiki lift menuju lantai 9.
"319.... 320........, ketemu! 324."
Yuusuke mengetuk pintu kamar tersebut. Terdengar jawaban dari seorang gadis yang sepertinya seumuruan dengan Tsumire.
"Hmm..? Oh, apa mungkin kau yang namanya Takagi Yuusuke?"
Tanya gadis tersebut. Suaranya terdengar lembut dan hangat. Kepangan rambut pirangnya yang panjang membuatnya semakin terlihat manis.
"Ah, iya. Hiromi-san. Shiroi-san menyuruhku untuk memintamu menyembuhkan lukaku."
"Ah..! Ada apa dengan lenganmu itu? Sepertinya terluka agak dalam."
Hiromi membuka lebar pintu kamarnya dan mempersilakan Yuusuke untuk masuk.
"Masuklah dan duduk di kursi itu."
Yuusuke menuruti kata-kata Hiromi dan duduk di kursi yang ditunjuk olehnya. Hiromi duduk di depan Yuusuke dan melepas ikatan sapu tangan Kirika. Ia lalu mendekatkan tangannya ke luka Yuusuke.
"Tahan sedikit ya. Ini akan terasa sedikit sakit."
Yuusuke mengangguk. Hiromi memakai kekuatannya, Vitakinesis. Hiromi dapat menyembuhkan dirinya maupun orang lain tanpa harus menyentuhnya.
Yuusuke menahan sakit yang terasa seperti ditusuk-tusuk oleh jarum. Dalam sekejap, lukanya sembuh. Bekas-bekas darahnya dibersihkan oleh Hiromi menggunakan sapu tangan Kirika.
"Yap. Sudah selesai! Tapi sebaiknya jangan memaksakan diri dulu. Aku memang bisa menyembuhkan. Tapi aku masih belum bisa mengembalikan darah yang keluar."
Jelas Hiromi. Ia lalu berdiri dan mencuci sapu tangan Kirika di wastafel.
"Terima kasih! Hiromi-san! Kalau begitu aku akan kembali ke ruang latihan. Shiroi-san sudah menungguku."
"Baiklah. Berhati-hatilah supaya tidak terluka lagi, Yuusuke-san. Ini sapu tangannya."
Hiromi menyerahkan sapu tangan Kirika sambil tersenyum manis. Yuusuke menerimanya dan berankjak keluar kamar Hiromi.
"Sekali lagi, terima kasih, Hiromi-san! Aku akan berhati-hati. Kalau begitu, sampai nanti!"
Yuusuke menutup pintu kamar Hiromi dan segera menaiki lift ke lantai 15.
"Maaf menunggu lama, Shiroi-san."
"Iya, benar. Kau lama sekali."
"Ah, maaf kalau begitu. Ayo kita lanjutkan latihannya."
"Aku tidak akan menahan diri."
"Tentu saja, Shiroi-san."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top