JALAN SPESIAL RUTE VANILI: SIMULASI PERNIKAHAN (2)

Setelah lampu menerangi ruangan ini, gambar suasana pantai menempel di sekitar dinding sehingga ruangan ini seperti di pantai. Likyter langsung tersentak kaget, bukan karena kertas dinding itu, melainkan karena ada dua gadis berdiri di hadapannya dengan pakaian yang mengejutkan.

(Ke-Kenapa bisa jadi begini?!) kaget Likyter dalam hati. "Haru, Veronica, kenapa kalian berpakaian seperti itu?!" kaget Likyter tidak memalingkan pandangannya.

Dapat dilihat Haru memakai bikini bewarna biru laut yang modelnya seperti pakaian dalam, sehingga memperlihatkan hampir seluruh tubuhnya. Sedangkan Veronica memakai bikini berwarna putih yang bagian atasnya menutupi dada, namun bagian tengahnya ada lubang berbentuk hati.

Haru sedikit membungkukkan badan dan memalingkan pandangannya dengan wajah memerah karena malu dilihat Likyter, namun tidak menutupi bagian tertentu dengan tangannya. Sedangkan Veronica dengan wajah datarnya berdiri menghadap Likyter dengan benar, sehingga seluruh bagian depannya terlihat jelas.

"I-Ini..."

"Ini untuk menguji Tuan," jawab Veronica datar memotong kalimat Haru yang malu memberikan jawaban.

"Tantangan ketiga! Di sini Anda harus berhasil menahan godaan dari fetish Anda sendiri dan pergi ke tempat selanjutnya tanpa menyakiti perasaan mereka."

"Hah, apa maksudmu dengan fetish?!" protes keras Likyter. "Aku bukan pedofil!"

"Eh, aku tidak mengatakan kalau fetish Anda adalah tertarik dengan gadis kecil. Oh, ternyata begitu... Yah, aku tidak bisa menyalahkanmu kalau memiliki fetish seperti itu."

"Berisik!"

"Tuan, ayo kita pergi main membuat istana pasir," ucap Veronica sudah ada di depan Likyter dan langsung menarik tangan kanannya.

"Li-Likyter-san... tolong oleskan krim pelindung sinar matahari kepadaku," ucap Haru sudah ada di depan Likyter dan langsung menarik tangan kirinya dengan malu-malu.

Mendapatkan kedua tangannya ditarik oleh kedua gadis kecil manis berpakaian bikini, Likyter langsung memanas. Pada kenyataannya memang dia memiliki fetish seperti itu, ditambah sifat laki-laki yang menyukai penampilan seksi seorang perempuan sehingga nafsunya mulai muncul. Tapi, karena otaknya mengingatkan Vanili ada di tempat resepsi sedang menunggunya. Likyter berhasil mengalahkan nafsunya.

"Maaf, Haru, Veronica. Aku tidak bisa melakukan itu, Vanili sudah menungguku di sana. Aku tidak boleh membuatnya menunggu!"

Perlahan Haru dan Veronica melepaskan tangan Likyter. Lalu mereka berjalan menjauhi Likyter dan berdiri menghadap Likyter dengan cukup jauh.

"Selamat, Tuan berhasil lulus," ucap Veronica datar.

"Tantangan ketiga berhasil dilewati! Nah, silahkan untuk pergi ke tempat selanjutnya!" ucap orang dari pengeras suara.

"Likyter-san, selamat berjuang di tempat selanjutnya. Kami akan mendoakanmu agar berhasil," ucap Haru.

"Terima kasih, Veronica, Haru. Aku pergi dulu!"

Likyter langsung berlari meninggalkan Haru dan Veronica menuju ruang selanjutnya. Seperti sebelumnya, setelah pintu terbuka ruangan yang gelap dapat dilihat Likyter dan pintu tertutup setelah dia memasukinya.

Lampu pun menyinari ruangan ini. Lagi-lagi Likyter harus mendapatkan kejutan, karena jauh di depannya ada seorang gadis kecil bertelinga kelinci memakai pakaian maid dengan belahan dada yang terekspos jelas sekali.

"Kali ini Elyna?!" kaget Likyter.

"Selamat datang, Tuan," sambut Elyna sambil membungkukkan badannya ala maid yang menyambut kedatangan tuannya.

"Inilah tantangan keempat, yaitu mengalahkan fetish versi dua! Anda harus berhasil pergi ke tempat selanjutnya tanpa melukai perasaan sang maid!" teriak orang dari pengeras suara dengan semangat. "Untuk tambahan, awalnya judul tantangan ini adalah 'mengalahkan kekuatan maid'. Tapi karena Anda memiliki fetish terhadap gadis kecil, maka judulnya diganti."

"Kau tidak perlu mengatakan itu!"

"Tuan, Liky," panggil Elyna yang sudah ada dekat di depan Likyter. "Aku sudah menyiapkan makan malam dan air panasnya. Jadi, apakah Anda ingin makan dulu atau mandi dulu?"

Belum Likyter memberikan jawaban atau kata-kata, Elyna tiba-tiba memeluk Likyter. Sensasi lembut dari dua buah dada besar Elyna dapat dirasakannya, sehingga rasa tegang menyerang lagi. Kemudian, Elyna mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Likyter.

"Atau mungkin Tuan ingin di-ri-ku~?" lanjut Elyna sambil dengan nada manis.

Likyter dapat melihat manis Elyna dan belahan dadanya. Berkat itu, Likyter perlahan mulai tertelan dalam pikiran liarnya. Tapi, berkat otaknya mengingatkan dia akan mendapatakan peluru yang ditembak Vanili kalau melakukan hal mesum. Nafsunya pun reda.

"Ma-Maaf, Elyna. Aku harus segera pergi. Vanili sudah menungguku!" ucap Likyter memalingkan pandangannya agar tidak tergoda.

Elyna yang mendapatkan jawaban itu memasang senyuman kecil dan perlahan melepaskan pelukannya. Kemudian dia berjalan menjauhi Likyter dan kembali menghadap Likyter.

"Selamat, Liky. Kau berhasil~"

"Tantangan keempat telah berhasil dilakukan! Nah, silahkan lanjutkan ke tantangan terakhir sebelum ke tempat resepsi. Oh iya, waktumu tinggal sepuluh menit lagi."

"Ah, gawat! Aku harus segera pergi. Terima kasih, Elyna. Aku pergi dulu!"

Dengan cepat Likyter berlari melewati Elyna untuk ke tempat terakhir. Lagi-lagi hanya ruangan yang gelap didapati Likyter dan pintu tertutup otomatis setelah memasukinya.

Tidak lama kemudian, lampu menyala. Kali ini Likyter tidak terkejut karena mendapatkan pemandangan yang membuatnya tegang, karena sekarang hanya ada gadis muda berpakaian biasa jauh di depannya.

"Kali ini Mio, ya..."

Tanpa mengatakan apa-apa, tiba-tiba Mio berlari dan memeluk Likyter. Tentu mendapatkan itu Likyter terkejut tidak main. Apalagi belum ada kata keterangan soal tantangan terakhirnya kali ini, sehingga rasa bingung melanda juga.

"Ke-Kenapa tiba-tiba kau memelukku, Mio?" kaget Likyter dengan nada gugup.

"Aku mencintaimu, Liky-kun."

Likyter langsung terdiam mendengar pernyataan Mio itu. "A-Apa yang kau..."

"Liky-kun, sebaiknya kau putuskan saja Vanili dan pilih saja aku. Kalau kau memilihku, kau boleh melakukan apapun kepadaku. Aku rela melakukan apapun yang kau inginkan, bahkan hal berbau mesum sekali pun!"

"Ti-Tidak bisa, aku..."

"Kalau kau tidak mau, aku tidak masalah untuk menjadi yang kedua bagimu. Asalkan aku bisa bersamamu dan dicintai olehmu."

Dengan lembut, Likyter mendorong Mio agar terlepas dari pelukannya. Mata mereka pun saling bertemu.

"Mio, dengar. Aku tidak bisa melakukan itu, bukan berarti aku membencimu tapi karena aku tidak ingin melukai perasaan Vanili. Lagipula, rasa cintaku ini hanya untuk Vanili. Aku hanya ingin melakukan hal-hal romantis kepada Vanili, bahkan termasuk hal yang cukup mesum. Jadi, maaf, aku tidak bisa menerimamu."

"Aku tahu itu, karena aku percaya Liky-kun tidak akan mengkhianati Vanili-chan." Mio perlahan berjalan mundur. "Lagipula ini kan hanya pura-pura, Liky-kun tidak perlu seserius itu."

"Eh, ah... aku hanya terbawa suasana," ucap Likyter sambil mengalihkan pandangannya karena malu.

Tiba-tiba terdengar suara musik yang keras di pengeras suara, tapi tidak lama. Kemudian, terdengar suara seseorang yang berbicara di sana.

"Selamat, Anda sudah menyelesaikan semua tantangannya. Dengan ini Anda dapat ke tempat resepsi dan menikahi sang pengantin wanita!"

"Ayo cepat pergi, Liky-kun. Vanili-chan sudah menunggumu."

"Iya. Kalau begitu, aku pergi!"

Dengan semangat dan rasa senang, Likyter berlari melewati Mio untuk ke tempat resepsi. Setelah pintu terbuka, sebuah ruangan dengan berbagai hiasan indah dapat dilihat. Lalu, jauh di depan ada Vanili yang sudah memakai gaun wanita berwarna putih dengan rambut terurai panjang bersama dengan seorang pria memakai pakaian pendeta.

Likyter terdiam karena terpesona dengan kecantikan Vanili, tapi tidak lama kemudian dia berjalan menuju tempat Vanili dan sang pendeta. Saat langkahnya melewati beberapa orang yang berperan sebagai saksi atau pihak keluarga penganti, di kedua sisinya, tepuk tangan diberikan oleh mereka. Bahkan taburan kelopak bunga menghujani setiap langkah Likyter.

Sekarang Likyter sudah sampai di tempat resepsi dan menghadap Vanili yang wajahnya tertutupi cadar tipis. "Maaf membuatmu menunggu, Vanili," ucap Likyter.

"Tidak apa-apa, aku mengerti situasinya," balas Vanili.

"Kalau begitu, mari kita mulai upacara pernikahannya!" ucap pendeta.

Upacara pernikahan pun dimulai, tepatnya simulasi pernikahan. Di sisi penonton, Tiana dan lainnya sudah ikut bergabung untuk menyaksikan simulasi pernikahan ini.

"Apakah Anda bersedia menjadikan laki-laki ini sebagai suami Anda sampai maut datang menjemput?" tanya sang pendeta ke Vanili.

"Iya, aku bersedia," jawab Vanili.

"Lalu apakah Anda bersedia menjadikan perempuan ini sebagai istri Anda sampai maut datang menjemput?" tanya sang pendeta ke Likyter.

"Iya, aku bersedia," jawab Likyter.

"Dengan begini kalian secara resmi menjadi suami istri. Silahkan kalian memberikan ciuman untuk mengakhir upacara pernikahan ini."

Dengan perasaan gugup dan jantng bredebar cepat, Likyter perlahan membuka cadar yang menutupi wajah Vanili. Setelah terbuka, mereka terdiam sejenak untuk saling memandang. Kemudian, perlahan bibir mereka mendekat dengan mata tertutup.

"Kalian boleh pura-pura ciuman," bisik sang pendeta.

Spontan mereka membuka mata dan berhenti untuk berciuman. Walau sedikit kesal karena diganggu momen indahnya, tapi mereka hanya saling memberikan senyuman kecil dan tidak marah kepada sang pendeta.

***

Likyter dan lainnya pun berjalan keluar dari gedung setelah menyelesaikan acara simulasi pernikahan. Mereka sudah memakai pakaian biasa lagi dengan amplop berisi uang hadiah karena telah menyelesaikan quest di tangan.

"Tidak disangka, selain mendapatkan hadiah uang, kita mendapatkan makan malam gratis," ucap Tiana.

"Benar, rasanya enak sekali," sambung Haru.

"Liky, Vanili, bagaimana rasanya setelah melakukan simulasi pernikahan menjadi pengantin?" tanya Elyna.

Likyter dan Vanili yang sedari tadi menunduk kepala dan malu untuk saling bertatap, langsung terkejut dan menghentikan langkahnya. Elyna dan lain menatap mereka dengan wajah penuh tanda tanya, walau Veronica terlihat datar tapi kesannya seperti penasaran.

"Tuan, Vanili, tolong jelaskan kepada kami bagaimana perasaan kalian setelah melakukan pernikahan?" tanya Veronica.

"Itu..." Vanili menunduk kepala dengan wajah memerah karena malu memberikan jawaban.

"Ba-Bagiku tidak buruk juga," jawab Likyter menahan rasa malu sebisa mungkin.

"Jawaban apa itu. Jawab dengan benar, dong," ucap Tiana.

"Sudahlah, Tiana-san. Jangan memaksa mereka," ujar Haru.

"Iya-iya, aku minta maaf," ucap Tiana.

"Liky, Vanili, setelah kalian merasa tenang, bisakah ceritakan bagaimana rasanya kepada kami?" tanya Elyna.

Mereka berdua pun mengangguk pelan secara bersamaan, dengan memalingkan pandangan.

Tiana dan lainnya pun berbalik badan dan melanjutkan perjalanan. Tanpa mereka sadari, ternyata Likyter dan Vanili masih terdiam sehingga tertinggal jauh di belakang. Namun, mereka tidak mempedulikannya dan terus berjalan menuju penginapan.

Mereka masih diam, tidak ada yang bicara dan saling mengalihkan pandangan. Mungkin karena tidak tahan dengan suasana ini, Vanili pun memutuskan untuk pergi. Tapi, sebuah genggaman tangan ke lengan menghentikan langkahnya. Itu adalah tangan Likyter.

"Vanili... ini masih sore... Maukah kau jalan-jalan denganku sebelum makan malam?" tanya Likyter masih mengalihkan pandangannya.

"Bo-Boleh..." jawab Vanili tidak melihat ke arah Likyter.

Likyter pun melangkahkan kakinya agar berada di samping Vanili, dengan tangan masih memegang lengan Vanili.

"Rasanya akan aneh kalau aku memegang tanganmu seperti ini. Bagaimana kalau ki-kita pegangan tangan?"

"Hm..."

Perlahan tangan Likyter melepas lengan Vanilidan mulai menggenggam tangan. Vanili dengan malu-malunya ikut menggenggam tangan Likyter. Akhirnya mereka pun saling berpegangan tangan layaknya sepasang kekasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top