JALAN SPESIAL RUTE HARU: TERIMA KASIH
Di malam hari, tepatnya di sebuah kuil yang sudah sepi. Ada seorang gadis berpakaian warna putih dengan bagian bawahnya merah atau dikenal sebagai pakaian gadis kuil atau disebut miko sedang berdiri di bawah sinar bulan menghadap kuil itu.
"Maaf membuatmu menunggu!"
Mendengar itu, gadis miko itu pun berbalik dan melihat ada sosok laki-laki memakai topi koboi sedang berjalan cepat ke arahnya setelah menaiki tangga yang cukup tinggi.
"Hm, tidak apa-apa, Likyter-san," balas gadis itu. "Justru aku yang harus minta maaf karena memintamu datang kemari malam-malam begini."
"Kalau kamu mau datang ke kuil ini jangan sendiri. Bagaimana kalau ada yang mau menculikmu?"
"Maaf. Tapi tenang saja. Aku pasti baik-baik saja."
"Jangan terlalu percaya diri begitu. Gadis semanis dirimu pasti akan menjadi incaran para lelaki hidung belang."
Mendengar itu, wajah gadis itu secara refleks memerah. Lalu, dengan panik dan malu gadis itu segera menyanggah hal itu.
"Ti-Tidak! Itu tidak benar! Aku tidaklah manis... Masih lebih manis Vero-chan..."
"Benarkah? Tapi menurutku kamulah yang paling manis, Haru."
Mendengar pujian spontan itu, wajah Haru semakin memerah dan sekarang memilih untuk menundukkan kepala karena terlalu merasa senang sekaligus malu.
"Jadi, kenapa kamu ke kuil ini?"
"I-Itu... aku ingin melakukan tarian pengusir roh jahat... Kelihatannya kuil ini tidak ada yang mengurusnya. Aku pikir itu karena kuil ini ada roh jahatnya."
Kuil ini tidak terlihat sudah rusak ataupun terlalu kotor. Namun saat siang hari, saat Haru kebetulan berkunjung kemari, tidak ada satu orang pun di sini. Bahkan seorang miko pun tidak ada.
"Hmm... jadi alasanmu mengajakku kemari supaya bisa melindungimu saat kamu melakukan ritual mengusir roh jahat?"
"Bi-Bisa dibilang begitu."
"Baiklah. Aku akan melindungimu, walau nyawa taruhannya!"
Haru langsung berbalik dengan cepat karena dia tidak ingin memperlihatkan senyuman senang bercampur malu serta wajahnya yang memerah kembali akibat perkataan spontan Likyter itu.
Kemudian, Haru pun melakukan tarian pengusir roh. Karena dia sedang memegang tongkat yang ada belnya, sehingga bunyi 'kring' akan keluar setiap tongkat itu terayun.
Haru begitu lihai dalam menari, sehingga membuat pandangan Likyter tidak berkutik dari setiap gerakkan yang dilakukan Haru. Walau sebenarnya Likyter lebih fokus ke wajah manis Haru.
Setelah selesai menari, tidak ada yang terjadi. Sehingga Likyter tidak tahu apa gunannya ada di sana. Namun, karena dia terlihat masih terpana akan keindahan wajah Haru yang disinari cahaya bulan. Dia tidak mengeluarkan kalimat tanya itu.
"Li-Likyter-san..."
Likyter langsung tersadar dari keterpanaannya melihat wajah Haru.
"Ah, iya, apa?" respon Likyter sedikit panik.
"Apa kamu baik-baik saja?"
"Tenang saja. Aku hanya terpana dengan kemanisan wajahmu itu."
Lagi-lagi wajah Haru harus seperti kepiting rebus karena kata spontan Likyter. Namun, kali ini Likyter segera menyanggah kalimat spontannya dengan panik.
"Ah, ma-maksudku... Kamu begitu terlihat menawan dan tarianmu tadi begitu indah! Sehingga mataku tidak bisa berpaling darimu... Ah! Ma-Maksudku..."
Haru semakin menundukkan kepalanya dan Likyter yang melihat itu segera menutup mulutnya dan memalingkan pandangannya karena malu.
Keheningan terjadi di antara mereka, hingga Haru memutuskan untuk pergi duluan.
"Ma-Maaf, Likyter-san. A-Aku baru ingat ada urusan, jadi aku pergi duluan!"
Saat Haru berlari melewati Likyter, tiba-tiba tali sendalnya putus sehingga Haru akan jatuh ke depan. Namun untungnya Likyter dengan sigap menangkap tubuh Haru, dengan cara memeluk tubuh mungil Haru.
"Haru, kamu baik-baik saja?" tanya Likyter cemas.
"I-Iya... aku baik-baik saja... Terima kasih, Likyter-san."
Perlahan wajah Haru terangkat untuk melihat sosok penolongnya. Mata mereka pun saling bertemu dan terjadilah diam saling menatap di bawah sinar bulan. Namun, sayangnya itu tidak bertahan lama karena Likyter bicara untuk menghilangkan suasana mendebarkan ini.
"Se-Sepertinya tali sendalmu putus!" ujar Likyter masih memandang Haru. "Pasti akan sulit berjalan dengan kondisi seperti itu."
"I-Iya..." balas Haru dengan nada lembut dan ikutan memandang wajah Likyter.
"Kalau kamu tidak masalah. Aku akan menggendongmu."
"Hm..." balas Haru mengangguk kepalanya dan tidak mau mengalihkan pandangannya.
"Kalau merasa tidak nyaman, bilang saja..."
"Hm..."
"Kalau merasa malu dan mau turun, bilang saja..."
"Hm..."
Mereka masih tetap saling memandang dan tidak ada di antara mereka yang mau saling melepaskan, seolah mereka memaksa agar waktu berhenti dan apa yang mereka lakukan bisa terus dilakukan.
Namun sayangnya keinginan mereka tidak bisa terkabulkan. Orang pertama yang menyadari itu adalah Likyter. Dengan segera dia melepaskan pelukannya dengan perlahan. Kemudian dia melepaskan topinya untuk disimpan di dalam Bag, lalu berbalik dan jongkok di depan Haru.
Sedangkan Haru tidak mengatakan apapun dan menyimpan kedua sendalnya ke dalam Bag. Kemudian perlahan memeluk Likyter dengan melingkari lehernya dari belakang.
Setelah merasa aman, Likyter pun berdiri dan melingkari paha Haru sebagai penahan agar tubuh Haru tidak merosot ke bawah. Kemudian, Likyter pun mulai berjalan.
Sekarang Likyter sedang menuruni tangga dan di saat inilah Haru mulai bicara untuk menghilangkan suasana hening.
"Likyter-san... terima kasih..."
"Tidak masalah."
"Bukan karena ini saja. Tapi juga semua yang sudah kamu lakukan."
"Semua?"
"Iya. Berkatmu, aku bisa selamat dari penculikan, menghilangkan rasa sedihku karena kehilangan teman-temanku, dan banyak lagi..."
"Kalau begitu, aku juga akan berterima kasih karena kamu mau tetap bersama dengan kami. Apalagi setelah apa yang aku lakukan kepadamu..."
"Apa maksudmu? Aku tidak ingat Likyter-san melakukan kesalahan kepadaku."
"Ah, ya... Bagaimana mengatakannya, ya... Kamu tahu, kalau selalu terjadi kecelakan yang tidak kusengaja. Salah satunya saat kita pertama kali bertemu setelah sekian lama tidak bertemu..."
"Maksudmu kejadian kamu menabrakku dan memegang dadaku?"
"I-Iya..."
"Kalau begitu, seharusnya Likyter-san berterima kasih juga kepada yang lainnya juga."
"Argh... Itu memang benar..."
"Selain itu... kurasa kata terima kasih tidaklah pantas untuk menceritakan kejadian itu. Mungkin bagi Likyter-san itu adalah suatu keberkahan. Apalagi bagi laki-laki mesum sepertimu. Pasti itu adalah suatu hal yang sangat berkah sehingga bila ada kesempatan kamu akan melakukannya lagi seperti kecelakaan."
"Ta-Tapi itu memang kecelakaan!"
"Kalau meremas dadaku sambil mengatakan dadaku lebih besar dibanding sebelumnya. Itu juga kecelakaan?"
"Argh... ternyata kamu mengingatnya... Aku benar-benar minta maaf... Aku tidak ada ide lain selain itu agar bisa membebaskanmu dari roh jahat itu..."
"Tidak akan kumaafkan."
Mendengar itu, Likyter mendapatkan jutaan tusukan batin sehingga berhasil membuat dia terdiam dengan penuh rasa bersalah.
"Setidaknya jangan minta maaf saja... Bertanggung jawablah..."
Likyter yang mendengar itu langsung terkejut dan berhenti berjalan. Kemudian dia memberikan pertanyaan sebagai pemasti kalau apa yang dikatakan Haru bukanlah salah dengar.
"Ma-Maksudmu kamu ingin aku bertanggung jawab?"
"Aku tidak akan mengatakannya dua kali..."
"Baiklah... Lalu, apa yang harus aku lakukan agar bisa dianggap betanggung jawab?"
"Pikirkanlah sendiri..."
Setelah mengatakan itu, Haru semakin mengeratkan pelukkannya sehingga dadanya semakin menekan punggung Likyter. Kemudian, kepalanya menjadi di menempel di belakang kepala Likyter.
"A-Aku tahu harus bagaimana... Tapi ini menyangkut masa depanmu... Kamu nanti tidak bisa bersama dengan orang yang kamu cintai..."
Haru tidak mengatakan apapun, malah dia semakin mengeratkan pelukannya seolah sengaja ingin menekan dadanya untuk dirasakan oleh punggung Likyter. Tentu hal itu membuat Likyter semakin panik dan tidak bisa tenang.
"A-Aku tahu kalau kamu sebenarnya mengetahui apa maksud dari pemikiranku ini! A-Aku tidak bisa melakukannya! Aku tidak mau membuat orang yang kucintai merasakan penyesalan dan sedih lagi!"
Mendengar itu, Haru terkejut sehingga dia tidak mengeratkan pelukannya lagi. Lalu, perlahan tubuhnya gemetar serta air mata perlahan keluar dari bola matanya.
"U-Ucapkan sekali lagi..."
"A-Aku tahu kalau kamu se-"
"Bukan itu!" bantah Haru. "Tapi yang terakhir..."
"A-Aku tidak mau membuat orang yang kucintai merasakan penyesalan dan sedih lagi..."
"Ulangi kata yang ada c-nya."
"Kucintai..."
Haru tidak meminta untuk mengulang lagi, tapi dia mulai terisak karena merasa senang. Namun, bagi Likyter itu adalah tanda Haru menangis.
"Ma-Maaf... kalau aku mengatakan hal yang aneh..."
"Turunkan aku..."
Mendengar permintaan dari suara yang lemah itu, Likyter menghentikan kalimatnya dan memilih untuk langsung menurut.
Setelah Haru turun dan berdiri di atas anak tangga yang lebih tinggi dibanding Likyter. Dia pun memberikan sebuah pernyataan.
"Aku senang mendengar itu... Apalagi kalau Likyter-san mengatakannya dengan benar."
Likyter yang tadi merasa panik karena takut membuat Haru tersinggung, sekarang merasa tenang sehingga bisa berbalik badan dan mengungkapkan perasaannya dengan benar.
"Haru, aku mencintaimu!"
"Hm... aku juga mencintaimu, Likyter-san."
Setelah saling mengungkapkan rasa cinta di bawah sinar bulan dan di atas tangga menuju kuil. Perlahan mereka menggerakkan kepala untuk melakukan ekpresi perasaan mereka yang sudah berdebar-debar dan tidak bisa dibendung.
Namun, di tengah jalan Likyter segera tersadar akan apa yang akan dia lakukan. Dia pun langsung berhenti dan memegang kedua bahu Haru untuk menghentikkan kepalanya semakin mendekat sekaligus sedikit mendorong Haru agar sedikit menjauh.
"Tu-Tunggu, Haru. Ini masih terlalu cepat. Seti-"
Tidak mau menahan keinginan yang begitu sudah meluap lebih lama lagi. Haru langsung memegang kedua pipi Likyter dan menarik kepalanya untuk dicium bibirnya.
Ciuman terjadi cukup lama karena Haru tidak mau melepaskan Likyter yang sedikit memberontak, namun akhrinya pasrah saja dan menikmatinya.
Setelah kira-kira lima detik berlalu, Haru pun melepaskan tangannya dari kepala Likyter dan dengan wajah memerah sekaligus ekpresi senang. Haru memberikan sebuah pernyataan.
"Untuk ke depannya, mohon rawat diriku dengan baik, Likyter-san."
"Hm. Aku juga. Mohon bantuannya, Haru."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top