JALAN SPESIAL CROSSOVER PERTAMA (Lucifer DxD): PERGI KE DUNIA LAIN LAGI
Di pagi hari, di tengah kota. Terdapat dua orang sedang berjalan bersama, satu pemuda bertopi koboi abu-abu dan satu lagi gadis kecil. Gadis kecil itu berambut coklat pendek, iris mata coklat, memakai tank top putih, jaket merah muda berlengan panjang, rok merah pendek, dan stocking putih panjang. Sedangkan pemuda itu memiliki iris mata hitam, memakai kemeja biru gelap yang tidak dikancingkan, kaos berwarna putih, sarung tangan merah, dan celana abu-abu panjang.
Mereka terlihat seperti sepasang kekasih baru jadian, karena sang gadis menjaga jarak dari pemuda itu dengan menundukkan kepala dan terlihat malu-malu. Namun berbeda dengan pemuda itu, dia terlihat biasa saja. Jadi, bagi beberapa orang mereka tidak sepenuhnya terlihat seperti sepasang kekasih.
"Apa tidak apa-apa Likyter-san jalan denganku?" tanya Haru dengan perasaan malu.
"Kenapa kau menanyakan itu?" heran Likyter. "Memangnya aneh kalau kita jalan bersama?"
"Itu... aku jadi merasa tidak enak kepada Mio-san..."
"Oh, karena itu. Tidak apa-apa, aku sudah bilang kepadanya. Dia tidak mempermasalahkannya. Selain itu, aku sendiri kan yang memintamu untuk menemaniku ke toko senjata. Jadi jangan terlalu dipikirkan."
"Te-Tetap saja... tiba-tiba memintaku untuk menemanimu... Rasanya seperti ke-"
"Ah, kita sudah sampai," ucap Likyter memotong ungkapan Haru. "Eh, tadi kau mau bilang apa?"
"Tidak! Bukan apa-apa. Ayo kita masuk!"
Dengan panik malu, Haru pun memasuki toko senjata mendahului Likyter yang masih berdiri karena kaget tiba-tiba melihat Haru yang begitu semangat ke toko. Padahal yang punya keperluan ke toko adalah dirinya. Tapi, dia tidak terlalu memikirkannya dan langsung memasuki toko.
Tanpa melihat-lihat senjata yang terpajang di sekitar, Likyter dan Haru menghampiri meja kasir. Di sana, seorang pria beasthuman berjenis macan tutul. Pria itu adalah blacksmith yang selalu membantu Likyter dan party-nya yang dulu.
"Yo, Yiger," sapa Likyter.
"Ohhh, ternyata pelanggan setiaku," balas Yiger. "Ada yang bisa kubantu hari ini?"
"Aku ingin memesan katana buatanmu."
"Loh, memangnya yang dulu hilang?"
"Tepatnya dijual karena suatu alasan."
"Baiklah. Apa model, bahan, ketajaman, dan kekuatannya sama seperti yang dulu?"
"Yah, kalau bisa sedikit dibedakan dengan yang dulu modelnya. Masalah kualitasnya, tentu yang paling bagus. Bahannya masih ada, kan?"
"Tentu saja. Bahan yang kau berikan tidak akan kugunakan untuk membuat senjata orang lain. Jadi, masih tersedia banyak sekali."
"Kapan bisa jadinya?"
"Hmm... belakangan ini aku mulai sibuk... Sepertinya memakan waktu seminggu atau dua minggu. Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa. Lagipula aku tidak terlalu buru-buru. Setelah selesai, langsung saja kirim kepadaku."
"Oke. Lalu, ada yang lain?"
"Kurasa tidak. Ah, bagaimana denganmu, Haru? Apa tongkatmu butuh diperbaiki atau diperiksa?"
"Ah, benar juga. Kurasa tongkatku memang harus diperiksa." Haru pun mengeluarkan tongkat sihirnya dari Bag-nya. "Aku baru ingat. Saat aku melatih sihirku, entah kenapa aku kesulitan mengeluarkan Mana agar sesuai kebutuhan," terang Haru sambil menyodorkan tongkat sihirnya ke Yiger.
Yiger pun mengambil tongkat sihir Haru. "Kurasa ada masalah di bagian gagangnya atau tempat pengumpulan Mana-nya," terang Yiger sambil melihat-lihat seluruh bagian tongkat sihir. "Kalau memang masalahnya seperti itu. Kurasa aku bisa menyelesaikannya bersamaan dengan katana pesananmu, Likyter."
"Begitu, ya... Kalau begitu, ayo kita cari tongkat si-"
Kalimat Likyter terhenti karena terkejut dengan kedatangan lingkaran yang besar di bawah kakinya. Selain dirinya, Haru pun berdiri di atas lingkaran sihir itu. Lalu, perlahan cahaya yang menyilaukan bersinar dari lingkaran sihir itu. Likyter dan Haru refleks menutup mata mereka.
Setelah beberapa saat, mereka berdua merasa sudah tidak ada sinar yang menyilaukan lagi. Jadi, mereka pun perlahan membuka mata dan menyingkirkan tangan yang dijadikan sebagai perisai mata. Langsung saja mereka terkejut, karena melihat di sekitar mereka adalah hamparan rumput yang luas.
"Tidak disangka, malah jadi teleport orang..."
Mendengar perkataan itu, Likyter langsung berbalik ke belakang. Dapat dilihat, seorang pemuda berambut pendek biru namun sekitar matanya tertutupi oleh bayangan. Seolah sinar matahari tidak menyinari sekitar mata dan keningnya.
"Ah, kau... Filk, kan?" tanya Likyter memastikan.
"Oh, ternyata Likyter," balas pemuda itu. "Lama tidak jumpa."
"Ah, iya, lama tidak jumpa. Terima kasih untuk waktu itu... Bukan itu! Kau orang yang mengirim kami kemari?!"
"Heheheheh, maaf-maaf. Aku sedang melatih sihir teleport-ku, jadi itu tidak sengaja."
"Entah ini adalah keberhasilan atau kegagalan... Tapi, yah, kurasa ini awal yang bagus."
Likyter pun refleks mencari asal pembicara itu. Dari kedengarannya, suara itu berasal dari seorang perempuan. Dilihat di sekitar hanya ada Haru perempuannya, tapi Likyter yakin itu bukanlah suara Haru. Selain itu, akan aneh kalau Haru mengatakan hal seperti itu.
"Kurasa ini disebut berhasil, tapi masalahnya aku tidak bisa mengendalikannya saja. Padahal tadi aku bermaksud untuk teleport diriku," ujar Filk sambil melihat ke kanan bawahnya.
Likyter pun mengikuti arah pandang Filk, karena sepertinya dia melihat orang yang menyatakan perkataan tadi. Dia melihat seekor kucing putih berdiri cukup jauh di samping Filk.
"Filk, apa kucing itu yang kau ajak bicara?"
"Iya. Dia adalah Noe, guru pengajar sihir teleport-ku."
"Wowww, keren sekali."
"Dia temanmu, Iki?" tanya kucing itu.
"Iya. Ingat waktu aku tiba-tiba berpindah ke dunia lain dan aku membantu seorang laki-laki? Nah, dialah orangnya."
"Keberhasilan yang terbilang gagalmu luar biasa sekali. Kau bisa mengirim orang dari dunia lain kemari. Aku memang tidak salah untuk memilihmu."
"Maaf, kalian berdua. Tapi bisakah pembicaraan kalian dilanjutkan nanti? Aku dan Haru harus segera kembali ke dunia kami," pinta Likyter.
"Ah, maaf, Likyter. Baiklah, aku akan coba kirim kalian ke dunia kalian."
"Tidak-tidak, biar aku saja," potong Noe. "Tidak ada kepastian kalau kau bisa menggunakan sihir teleport. Kalau pun bisa, mungkin saja malah jadi kekirim ke mana atau kau yang keteleport."
"Tenang saja, aku hanya perlu melakukan hal yang sama. Pasti akan berhasil."
"Woi, Filk. Sebaiknya Noe saja yang melakukannya. Aku kurang yakin akan berhasil," ragu Likyter.
"Tenang saja, aku pasti bisa. Lagipula Noe pasti akan mengirimu ke tempat kita bertemu, pasti jauh dari tempat yang sekarang seharusnya kau berada."
"Baiklah, terserah kau saja..." pasrah Likyter.
"Aku mulai!"
Filk mengangkat tangan kanannya ke depan, lalu mengkonsentrasikan aliran mana-nya ke tangan kanan. Setelah cukup terkumpul, dia mulai merapalkan sihir teleport.
Sihir lingkaran besar pun muncul di bawah Likyter dan Haru. Lalu, cahaya terang muncul dan menyilaukan mata mereka sebagai bertanda sihir teleport mulai bekerja. Kemudian, mereka pun menghilang.
***
Pada pagi hari, di sebuah jalan raya yang di trotoarnya banyak sekali orang-orang berlalu lalang. Mulai dari anak kecil sampai orang dewasa, laki-laki maupun perempuan. Suasana terlihat tentram dan sedikit bising oleh suara kendaraan di jalan. Tiba-tiba muncul seorang pria berjubah dengan tudung menutupi wajahnya di tengah jalan sehingga mobil yang berada di depannya langsung menginjak rem dan menekan tombol klakson sekerasnya. Kedamaian pun berubah menjadi kepanikan dari orang-orang yang tertarik perhatiannya akibat suara klakson itu.
Namun, pria itu tidaklah terlihat seperti berusaha menghindari mobil itu. Malah, dia hanya mengangkat tangan kanannya ke depan. Dari tangan itu, terkumpullah kegelapan yang membentuk bola. Setelah cukup besar, bola kegelapan itu ditembakkan dan berhasil mengenai mobil yang hendak menabraknya. Bukan sebuah ledakan dampak yang dibuat oleh bola kegelapan itu, melainkan mobil itu menjadi terhisap ke dalam bola kegelapan itu dan akhirnya bola itu ikut menghilang juga.
Tentu melihat itu, orang-orang di sekitar langsung berteriak histeris dan berlarian dengan panik. Bahkan, para pengemudi merelakan meninggalkan kendaraan masing-masing demi menyelamatkan diri.
Pria berjubah itu mulai melangkahkan kakinya menuju trotoar dan kemudian mengejar orang yang menurutnya pantas untuk dibunuh. Bahkan, dia mulai tertawa cekikikan dengan nada mengerikan sehingga semakin terkesan bahwa dia pembunuh berdarah panas atau orang psikopat.
Tapi, langkahnya terhenti karena dia merasakan ada bahaya datang dari belakangnya. Di belakang, seorang laki-laki bertopi koboi sedang melayang untuk meluncurkan serangan menebas dari pedangnya. Pria berjubah itu berbalik dan mengayunkan tangan kirinya dengan cepat sehingga sebuah cahaya membentuk sabit secara horizontal tertembak dan menahan tebasan laki-laki topi koboi itu.
Laki-laki topi koboi itu terpental cukup jauh ke belakang, lalu mendarat dengan kuda-kuda sempurna. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi!" tegas laki-laki itu.
Pria berjubah itu tidak mengucapkan apa-apa. Dia hanya diam menunggu serangan laki-laki bertopi koboi itu menyerang lagi. Tapi sayangnya, Likyter malah diam dengan kuda-kudanya dan rasa waspada akan datangnya serangan pria berjubah itu.
"Likyter-san!" panggil gadis kecil yang tiba-tiba muncul di belakang Likyter.
"Haru, menjauhlah!" peringat Likyter refleks sambil melihat ke belakang.
Kelengahan dari refleks Likyter dimanfaatkan oleh pria berjubah itu untuk menembakkan bola kegelapan ke arah Haru. Untungnya, Likyter segera menyadarinya dan langsung melesat untuk menebas bola kegelapan itu. Tidak seperti mobil yang tadi, pedang Likyter tidak terhisap bola kegelapan itu dan malah berhasil menghancurkannya.
Melihat serangannya gagal, pria berjubah itu mulai bereaksi. Dua sayap yang berbeda muncul dari punggungnya, sehingga merobek jubah bagian belakangnya dengan cukup besar. Satu sayap berwarna putih, sedangkan satunya lagi berwarna hitam.
"Ohhh, langsung mengeluarkan power up," ucap Likyter. "Ayo maju!"
Tapi, apa yang terjadi tidak seperti yang dipikirkan Likyter. Bukannya maju menyerang atau menembakkan serangan, pria berjubah itu langsung berbalik dan kabur. Tentu berkat kejadian yang tidak disangka itu, Likyter diam terheran-heran.
"Likyter-san, kenapa malah diam saja?!" tegur Haru.
"Ah, aku akan mengejarnya!" teriak Likyter tersadar dari lamunannya dan kemudian lari mengejar pria itu.
Dengan perasaan kesal karena sudah ditipu, Likyter berlari sekuat tenaga agar bisa menyusul pria berjubah itu. Namun sayangnya pria berjubah itu larinya sangat cepat sekali, jadi Likyter pun kehilangan jejak saat berbelok.
"Sialan, ke mana dia?!" umpat Likyter kesal. "Dia cepat juga... Ah, apa mungkin terbang?"
Likyter melihat ke langit, tapi tidak ada sesuatu pun kecuali awan hitam dan langit kemerahan.
"Loh, rasanya di sini sangat sepi sekali... Ke mana mereka?"
Di sekitar Likyter tidak ada satu orang pun yang terlihat. Itu bisa dimaklumi karena adanya pria berjubah yang memiliki kekuatan mengerikan berulah sehingga orang-orang pergi menjauh. Tapi, ini terlalu sepi untuk dikatakan karena ada sesuatu yang berbahaya. Paling tidak, ada seseorang yang bersembunyi di dalam bangunan di sekitar Likyter atau petugas keamanan seperti polisi atau tentara datang untuk mengalahkan pria berjubah itu.
"Li-Likyter-san..." panggil Haru yang baru tiba dengan terengah-engah karena lari. "Di...Di mana pria itu?"
"Sepertinya dia berhasil kabur. Tapi, kurasa dia berada tidak jauh di sekitar sini."
*dhurr
Suara ledakan yang cukup keras itu berhasil menarik perhatian Likyter dan Haru. Lalu, terdengar suara ribut lainnya seperti adu pedang, ledakan kecil, teriakkan dan lainnya seolah sedang ada pertarungan. Setelah saling bertukar pandang dan mengangguk, mereka pun berlari menuju suara itu.
Mereka berdua pun sampai di gedung sekolah yang jaraknya tidak jauh dari tempat mereka tadi. Suara itu terdengar berasal dari belakang gedung sekolah di depan mereka. Langsung saja mereka ke sana, dengan Haru jauh di belakang Likyter.
Sesampainya di sana, suara ribut itu mulai menghilang seolah pertarungan sudah berakhir. Tapi, ternyata tidak, mungkin tepatnya pertarungan selanjutnya akan dimulai lagi karena pihak musuh yaitu pria bersayap hitam dan putih sedang diam dikelilingi oleh beberapa orang. Ada yang memegang pedang emas, perempuan kelinci, laki-laki pemegang tongkat, dan makhluk besar berotot.
Karena dilihat tidak akan ada yang mulai menyerang duluan, Likyter pun yang menjadi peran itu. Dia meloncat ke arah pria bersayap hitam dan putih itu yang sekarang tidak memakai jubah melainkan pakaian berwarna putih dengan selendang putih dan celana hitam. Lalu mengayunkan pedangnya secara vertikal.
*tring
Serangan Likyter berhasil ditahan oleh pedang pria itu dan terjadilah adu kekuatan. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena di sisi lain seorang perempuan yang memegang pedang emas meluncurkan serangan ke arah Likyter. Langsung saja Likyter meloncat ke belakang untuk menghindari.
Baru saja menginjakkan kaki ke tanah, Likyter langsung diserang oleh gadis kelinci yang meloncat ke arahnya dan siap meluncurkan tinjuannya. Likyter memutuskan untuk menahan tinjuan gadis itu dengan pedangnya, lalu meluncurkan tendangan ke perutnya. Gadis kelinci itu pun tertendang cukup jauh ke belakang.
Kemudian, makhluk besar berotot sudah ada di udara dan bersiap menghantamkan kedua tangannya yang sudah dirapatkan. Untung Likyter menyadarinya, sehingga sempat meloncat ke belakang untuk menghindarinya. Hantaman kedua tangan makhluk besar itu pun mengenai tanah yang dipijak Likyter sebelumnya, sampai menciptakan gempa kecil dan kerusakan yang cukup parah.
Lagi-lagi baru saja Likyter mendarat, langsung saja disambut oleh serangan. Kali ini lilitan tanaman yang entah sejak kapan sudah ada di belakangnya berhasil mengikat kedua tangan Likyter. Langsung saja Likyter melepaskan genggaman pedangnya dan membiarkan pedangnya dipegang oleh tangan kegelapannya. Kemudian, diayunkan untuk memutus lilitan tanaman itu.
"Cih, jadi ternyata mereka komplotannya," gumam Likyter kesal karena salah perkiraan menggap mereka adalah lawan pria bersayap hitam putih itu. "Lima lawan satu, ya... Akhir-akhir ini aku selalu sial saja kalau memasuki dunia lain yang tidak kuketahui. Tapi, aku tidak keberatan dengan ini!"
Likyter langsung mengaktifkan mode tingkat lanjut dari kegelapannya. Matanya berubah menjadi bening dan pedang yang sudah diserahkan tangan kegelapannya mengalirkan kegelapan yang cukup pekat.
"Siapa kau sebenarnya? Kenapa tiba-tiba menyerangku?" tanya pria bersayap hitam putih itu.
"Namaku Likyter! Aku adalah Petualang yang kebetulan lewat kemari dan akan mengalahkanmu untuk menyelamatkan dunia ini!" jawab Likyter lantang.
"Aku tidak peduli siapa kau, tapi kau telah menyerang tuanku! Aku tidak bisa memaafkannya!" terang gadis kelinci yang sudah melesat ke arah Likyter tanpa ragu.
Dengan tenangnya, Likyter menangkap kepalan tangan gadis kelinci itu untuk menahan serangannya. Hal itu membuat gadis kelincit itu sedikit terkejut. Lalu Likyter melemparkan gadis kelinci itu ke arah gadis pemegang pedang emas yang berlari ke arahnya sehingga mereka tersungkur ke tanah.
Makhluk besar itu berlari ke arah Likyter dengan menekuk tangan kiri sehingga sikunya di depan. Tangan kegelapan besar Likyter langsung muncul dan menahan laju makhluk besar itu. Kemudian, bola api yang jumlahnya banyak ditembakkan oleh pria pemegang tongkat. Dengan entengnya, Likyter menebas semua bola api yang datang kepadanya.
Pria bersayap hitam putih itu melesat ke atas, lalu mengeluarkan sihir cahaya yang membentuk tombak dengan jumlah banyak sekali. Tombak-tombak cahaya itu pun melesat ke arah Likyter. Sebagai balasannya, Likyter menembakkan beberapa bola kegelapan kecil. Kedua serangan itu pun saling bertubrukan sehingga menciptakan ledakan kecil dan kepulan asap.
Dari asap tebal itu, pria bersayap hitam putih melesat cepat ke arah Likyter. Sebuah ayunan pedang secara horizontal diluncurkan pria itu dan Likyter mengangkat pedangnya untuk menahan serangan itu. Terjadi lagi adu kekuatan diantara mereka.
"Sebenarnya apa itu Petualang? Dan apa tujuanmu mengincarku? Bahkan kau bukanlah malaikat jatuh," ujar pria itu.
"Kau tidak akan tahu walau aku jelaskan panjang lebar tentang Petualang, karena kita berada di tempat yang berbeda. Aku kan sudah bilang, aku hanya Petualang yang kebetulan lewat kemari. Selain itu, seharusnya aku yang menanyakan tujuanmu. Untuk apa kau membuat kekacauan di dunia ini dan bahkan sampai membunuh orang?!"
"Hah? Aku tidak pernah melakukan i..."
Pria itu tiba-tiba menghentikan protesnya dan meloncat ke belakang menjauhi Likyter. Dia berdiri diam tanpa memasang kuda-kuda untuk menyerang, bahkan dia mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat agar teman-temannya berhenti menyerang Likyter.
"Biar kutebak, pasti kau sedang mengejar orang berjubah dengan sayap hitam putih, kan?"
"Tentu saja kau bisa menebaknya, karena kaulah yang sedang kukejar."
"Tidak, kau salah. Aku bukan orang itu. Kebetulan saja ciri orang itu hampir sama denganku. Sebagai buktinya, coba ingat kembali baik-baik ciri orang itu."
Likyter pun kembali mengingat sosok memakai jubah bersayap hitam putih. Sesaat, dia pun menyadari ada perbedaan yang jauh sekali. Pertama, posisi sayap hitam dan putihnya. Sosok berjubah itu sayap putihnya ada di kiri, sedangkan pria di depan Likyter ada di kanan. Kedua, bentuk sayap hitam putih orang berjubah sangat beda sekali dengan yang ada di depan Likyter. Ketiga, sempat terlintas saat adu pedang Likyter melihat ada jahitan di dua ujung samping bibir orang berjubah tapi yang ada di depannya tidak memiliki hal itu.
Likyter pun langsung menghilangkan mode lanjut kegelapannya dan menjatuhkan pedangnya. Kemudian dia membungkukkan badannya, sampai sembilan puluh derajat.
"MAAFKAN AKUUUU!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top