JALAN SPESIAL CROSSOVER PERTAMA (IKSAN: Blue Thunder): IKSAN
Di suatu tempat tidak diketahui yang dikelilingi oleh tugu-tugu bertuliskan tulisan bahasa kuno. Selain itu, banyak sekali orang... tepatnya warga berbagai jenis ras seperti elf, beasthuman, goblin, dan makhluk fantasy lainnya. Mereka semua membentuk formasi melingkar, di mana membiarkan bagian tengah kosong dan ditempati oleh satu sosok berjubah dengan tudung menutupi wajahnya. Sosok itu sedang mengangkat tinggi-tinggi sebuah buku tebal dengan sampul terlihat kuno.
"Wahai para NOFA!" teriak sosok itu. "Dengan buku ini, impian kalian supaya terpisah dari kehidupan manusia hina dan kembali hidup seperti dulu bisa terwujud!"
Mereka semua langsung berteriak dengan nada berbeda-beda, menandakan rasa senang yang besar sekali. Bahkan, tidak lupa mereka mengangkat tangan yang sudah dikepalkan dengan semangat juga.
"Wahai para NOFA! Keluarkan seluruh semangat kalian kepada buku ini, agar bisa membangkitkan 'dua penyelamat' dunia kalian!!"
Sosok itu membuka lebar buku di tangannya, masih diangkat tinggi-tinggi. Sedangkan semua yang sosok itu sebut sebagai 'para NOFA', merapalkan mantra. Tiba-tiba, seluruh 'para NOFA' itu mengeluarkan cahaya ungu yang kemudian cahayanya bergerak menuju buku kuno itu.
"Wahai 'dua penyelamat'! Dengan memberikan banyak mana kami, jadilah budak kami dan patuhilah kami!!"
Setelah cahaya ungu menghilang dari 'para NOFA', buku itu menembakkan cahaya ungu gelap besar ke langit. Lalu, awan hitam berkumpul dengan lubang besar di tengah, tepat di mana cahaya ungu gelap dari buku itu melintas. Kemudian, petir besar muncul dari kumpulan awan itu dan membuat malam ini tidak sunyi lagi.
"Keluarlah, 'dua penyelamat'!!!"
Kumpulan awan perlahan menghilang, memperlihatkan dua sosok besar bersayap. Melihat itu, 'para NOFA' bersorak kegembiraan dan sosok yang memegang buku kuno itu tertawa lepas keras sekali. Suasana malam pun benar-benar tidak menjadi sunyi lagi.
***
Di pagi hari mendekati siang hari, setelah kejadian Likyter 'berkunjung' ke dunia Charlotte. Likyter beserta ketiga gadis loli sedang berada di ruang makan, di mana meja makan mereka sudah dipenuhi oleh hidangan sarapan. Sebelumnya, Likyter menceritakan semua kejadian bersama Tiana selama di dunia Charlotte.
"Tuan, kau benar-benar hebat sekali," komentar Veronica.
"Liky, kau benar-benar kerepotan harus menghadapi musuhmu lagi, ya~" ucap Elyna.
"Be-Begitulah..." balas Likyter tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Likyter-san, apa kau punya musuh yang pernah dilawan dari dunia lain lagi?" tanya Haru.
"Hmm... seingatku, ada satu lagi yang sama merepotkannya. Kalau tidak salah namanya..."
"Maaf membuat kalian menunggu."
Kedatangan kedua gadis bernama Vanili dan Mio membuat Likyter menghentikan kalimatnya saat mau menyebut nama musuh dari dunia lain satu lagi. Kemudian, mereka berdua duduk di kursi masing-masing.
"Bagaimana keadaan Tiana?" tanya Likyter kepada Vanili.
"Dia baik-baik saja. Kami sudah menyimpan sarapan untuknya di kamar," balas Vanili. "Lalu, bagaimana dengan kondisimu? Kau kan berjuang keras melawan musuhmu itu."
"Tenang saja, aku baik-baik saja. Aku kan kuat."
"Ano... Liky-kun," panggil Mio malu-malu. "Ka-Kalau boleh... na-nanti malam a-aku merawatmu dan tidur denganmu, agar kondisimu lebih baik."
"Eh... ah... i-itu..."
Likyter tiba-tiba membayangkan dirinya sedang duduk di atas ranjang, ditemani oleh Mio yang memakai pakaian suster seksi memperlihatkan belahan dadanya dan rok super pendek memperlihatkan kemulusan kakinya. Lalu, Mio mendekati Likyter dan duduk di atas paha Likyter. Kemudian, perlahan Mio membuka kancing kemeja Likyter satu persatu. Akibatnya, Likyter semakin terfokus ke belahan dada Mio.
"Ehm, kalau begitu, ayo kita langsung saja makan," potong Vanili menghentikan imajinasi Likyter.
"Ah, i-iya!"
"Liky-kun, apa kau baik-baik saja? Wajahmu merah sekali."
"A-A-Aku baik-baik saja! Ayo kita makan!"
Di saat Likyter beserta kelima gadis party-nya menikmati sarapan. Di tempat lain, tepatnya di istana yang diketahui tempat tinggal Vanili, sedang terjadi keributan. Beberapa pasukan berpanah melepaskan anak panah ke atas langit, begitu juga dengan pasukan yang memakai senapan angin, dan pasukan berpedang membantu dengan menembakkan meriam ke atas langit.
Sementara itu, di dalam istana. Wanita yang dikenal sebagai ibu Vanili bersama dengan seorang laki-laki yang dikenal sebagai adik Vanili sedang berlari menuju ruang bawah tanah. Mereka sedang menuruni tangga yang memutar.
"Kenapa tiba-tiba ada naga menyerang?!" kesal Rick.
"Sudahlah, Rick. Sebaiknya kita harus cepat menuju ruang bawah tanah untuk berlindung," ucap sang ibu.
"Ibu, sebaiknya kita beritahu Vanili."
"Tidak, jangan, Rick. Ibu takut dia kemari dan harus menghadapi naga itu. Kita hubungi dia setelah keadaan membaik."
"Tapi, ibu. Bagaimana ka-"
"Tenang, Rick!" potong sang ibu. "Kita percayakan kepada prajurit-prajurit kita!"
"Ba-Baik... ibu."
Tiba-tiba datang getaran, membuat mereka hampir kehilangan keseimbangan dan jatuh terguling ke bawah. Selain itu, reruntuhan kecil berserta debu jatuh dari atas. Walau begitu, mereka kembali melanjutkan lari menuju ruang bawah tanah.
Setelah mereka sarapan, mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing, kecuali Likyter dan Vanili. Mereka berdua berencana mencari quest untuk mendapatkan uang.
"Likyter, aku tahu kalian berdua itu pacaran. Tapi, bisakah kau menahan dirimu?" tanya Vanili.
"Maksudmu?" bingung Likyter.
"Tadi, kau pasti membayangkan hal yang mesum saat Mio mengatakan akan merawatmu malam hari."
"Eh ah... ti-tidak juga..." balas Likyter tergagap sambil mengalihkan pandangannya.
"Dari reaksimu, berarti perkiraanku benar."
"Ah... iya, maaf..." Likyter menunduk penuh penyesalan. "A-Aku kan pacarnya, wajar saja kalau aku membayangkan hal itu, kan? Apalagi kalau sampai berpikir memulai hidup bersama hanya berdua, tinggal di sebuah rumah sendiri, dan menjadi keluarga yang bahagia."
"Iya-iya, tapi kan itu terjadi setelah kau sudah menikah dengannya. Sekarang kau hanyalah berstatus pacaran, jadi masih ada kesempatan bagiku."
"Eh, kesempatan apa?"
"Ah, lupakan! Lupakan!!"
"Oh iya, Vanili. Sekarang aku sudah punya uangnya, jadi aku bayar hutangku."
"Eh?" Vanili menghentikan langkahnya dan wajahnya tidak merah malu seperti tadi. Likyter pun ikut menghentikan langkahnya, lalu berbalik ke belakang melihat Vanili. "Ti-Tidak perlu. Kau tidak perlu membayarnya."
"Tentu saja hutang itu harus diba-"
"A-Ah, aku baru ingat, aku harus kembali ke penginapan dulu! Dah!"
Vanili pun berlari meninggalkan Likyter. Sedangkan Likyter, tentu saja bingung melihat sikap Vanili seperti itu. Walau begitu, dia berbalik badan dan kembali berjalan untuk mencari quest. Namun, dia kembali menghentikan langkahnya karena di depan tiba-tiba ada seorang pria berpakaian hitam yang tidak asing.
"Oh, yo, Asep," sapa Likyter.
"Likyter, ada sesuatu yang ingin aku katakan," ucap Asep mengabaikan sapaan Likyter.
Sekarang, mereka berdua berada di café, duduk menikmati kopi yang sudah dipesan. Keadaan café ini cukup ramai dengan pengujung yang juga ikut menikmati kopi kesukaan mereka masing-masing.
"Arkhh, pahit," komentar Likyter setelah meminum kopi hitamnya.
"Sudah kubilang, jangan berlagak memesan kopi hitam," ucap Asep. Lalu, dia menyeruput kopi susunya.
"Ehm. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Likyter mengalihkan rasa malunya.
Asep menyimpan kembali cangkir kopinya. "Ini masalah kerajaan ibu raja Rick."
"Ah, adiknya Vanili. Ada apa dengan kerajaannya?"
"Kerajaan... sedang diserang oleh seekor naga besar."
"Apa?!!" kaget Likyter sambil berdiri. Kemudian, dia kembali duduk karena malu dilihat oleh pengunjung lain. "Ke-Kenapa bisa begitu? Padahal tidak pernah ada naga bahkan monster yang menyerang ke kota, apalagi ke kerajaan."
"Menurut saksi mata, yaitu salah satu prajurit yang berjaga di gerbang istana, dia melihat ada lingkaran ungu gelap muncul dari langit dan keluarlah naga itu. Selanjutnya, naga itu menyerang kerajaan." Asep kembali menyeruput kopi susunya. "Sampai sekarang pun, naga itu masih menyerang dan para prajurit berusaha membunuhnya."
"Lalu, bagaimana dengan kotanya?"
"Kota tidak diserang oleh naga itu, hanya kerajaan saja. Jadi, kami bisa mengasumsi adanya konflik politik atau dendam pribadi terhadap kerajaan. Dan mungkin saja perbuataan NOFA."
"NOFA, ya... Sudah lama aku tak mendengarnya. Padahal, aku berpikir walau mereka tidak suka negara sekarang, mereka tidak akan melakukan hal ini."
"Sebagian besar NOFA ingin menghancurkan negara Fantasi ini dan mengembalikan negara mereka sendiri. Yah, kurasa kau hanya bertemu dengan NOFA yang memilih mengucilkan diri dan menghindari orang dari negara lain. Lagipula, ini baru asumsi, jadi belum tentu mereka yang melakukannya. Kami akan menyelidiki lebih dalam lagi."
"Oh iya, kau kan polisi. Pantas saja kau bisa mengetahui berita itu."
"Tidak, sebenarnya aku mengetahui berita itu dari ibu raja Rick. Beliau berpesan kepadaku agar memberitahukan nona Vanili berita itu, di saat kondisi sudah membaik."
"Lalu, kenapa kau memberitahuku?"
Asep pun berdiri. "Karena, kau adalah orang yang dipercaya oleh ibu raja Rick." Kemudian, Asep pun pergi meninggalkan Likyter dan keluar dari café.
"Ahhhh, dia belum bayar kopinya!" sadar Likyter. "Tunggu, kenapa dia memanggil ibu Vanili dengan 'ibu raja Rick'? Padahal, cukup sebut ratu saja."
***
"Apa?! Vanili pulang ke rumahnya?!" kaget Likyter.
"Sssttt. Tiana-chan sedang tidur."
"Ah, maaf... Kenapa dia pulang ke rumahnya?" tanya Likyter dengan pelan.
"Katanya dia rindu dengan ibunya. Selain itu, dia merasakan firasat yang buruk," jawab Mio.
Sekarang, mereka berdua berada di kamar Tiana. Likyter kebetulan ingin melihat kondisi Tiana, sekaligus menanyakan keberadaan Vanili kepada Mio. Karena, ketiga gadis loli di part-nya sedang pergi.
"Kapan dia pergi?"
"Baru saja."
"Kalau begitu masih bisa terkejar," gumam Likyter. "Maaf, Mio, aku harus menyusul Vanili. Tolong jaga Tiana." Likyter langsung keluar dari kamar Tiana.
Saat di luar penginapan, Likyter langsung berlari menuju tempat penerbangan kapal terbang. Likyter berlari sekuat tenaga, berharap dirinya tidak terlambat datang untuk mencegah Vanili pulang ke rumahnya. Saking terburu-burunya, Likyter tidak peduli walau beberapa kali menyenggol orang.
Sampai akhirnya, dia sampai di tempat penerbangan kapal terbang. Tempatnya seperti padang rumput yang luas, hanya saja banyak sekali kapal-kapal terbang dan orang-orang. Tentu saja kapal-kapal terbang itu tertata rapih, supaya mempermudah penerbangan dan penumpang tidak akan saling berdesakan walau beda naik kapal. Selain kapan terbang, ada juga balon udara.
"Vanili!" teriak Likyter sambil mencari keberadaan gadis itu. "Vanili!! Va-" Kalimatnya terhenti karena melihat sosok Vanili memakai jaket coklat lengan pendek tidak diresleting memperlihatkan kaos putih sedada dan perutnya, sarung lengan hitam menutupi lengan bawahnya, celana biru gelap pendek, dan memakai stocking putih selutut.
Dengan cepat, Likyter langsung berlari ke arah Vanili. Lagi-lagi, dia tidak peduli walau menyenggol beberapa orang. Sampai akhirnya, Likyter berhasil memegang lengan Vanili, itu juga karena Vanili tidak menyadari kedatangan Likyter.
"Eh, Likyter?!" kaget Vanili melihat lengannya dipegang oleh Likyter.
"Vanili, ayo, kita kembali!"
"Tidak! Aku ingin pulang!" Vanili mencoba melepaskan diri dari genggaman Likyter.
"Kau boleh pulang. Tapi jangan sekarang!" balas Likyter sambil memperkuat genggamannya agar Vanili tidak lepas.
"Kenapa?! Sekarang atau nanti, hasilnya tetap sama saja! Untuk apa aku kembali?!"
"Hah, kenapa kau tiba-tiba bilang begitu?!"
"Ha-Habisnya... Habisnya..." Kedua mata Vanili perlahan mengeluarkan air mata.
"Eh, kenapa kau menangis, Vanili?" Likyter perlahan melonggarkan genggamannya, karena dia berpikir Vanili kesakitan sampai menangis oleh genggamannya.
"Kita bertemu lagi, Likyter!"
Sontak, Likyter melihat ke sampingnya. Seketika itu juga, Likyter memasang wajah terkejut diam. Dia melihat sesosok tulang memakai jaket abu-abu bergambar di tengahnya, celana biru gelap panjang, topi rajut merah, dan pedang besar di punggung.
"Ka-Kau... tengkorak yang pakai jaket gambar tengkorak yang sedang main tengkorak," ucap Likyter.
"Saking terkejutnya melihatku, kau melakukan lelucon garing itu," ucap sosok tengkorak itu.
"Kenapa kau bisa ada di sini, Teriot?!"
"Tentu saja aku kemari untuk menyapa salah satu musuh lamaku dan..." Sosok tulang bernama Teriot itu mengangkat jari telunjuknya dan diarahkan ke atas.
Likyter tentu langsung melihat ke atas. Dapat dilihat, sebuah lingkaran ungu gelap menghiasi langit biru. Selain Likyter, semua orang yang ada di sana ternyata melihat lingkaran itu juga. Beberapa dari mereka berbisik-bisik mengenai pendapat apakah lingkaran ungu gelap itu, dan ada juga yang diam menikmati pemandangan langit dihiasi lingkaran ungu gelap itu.
Tapi, seketika semua orang berteriak dan berlarian ketika sosok makhluk besar keluar dari lingkaran itu. Makhluk itu dikenal sebagai makhluk legenda yang bisa menyemburkan api dari mulutnya, bersisik keras berwarna hitam, memiliki dua kaki dengan cakar cukup tajam, dan sayap besar.
"Li-Lingkaran ungu gelap... Jadi, kau pelakunya?!"
"Benar sekali. Selamat bersenang-senang dengan budakku... Ah, tidak, maksudku budak kami."
Makhluk besar itu mengepakkan sayapnya, membuat angin menghembus kencang ke arah Likyter dan Vanili yang masih berdiri menundukkan kepala karena menangis. Dengan cepat, Likyter memeluk Vanili dan menjadikan punggungnya untuk melindungi Vanili.
Lama kelamaan, Likyter tidak merasakan hembusan angin menyerang punggungnya. Jadi, dia melepaskan pelukannya dari Vanili. Lalu, berbalik untuk bersiap menyerang makhluk yang dikenal sebagai wyvern itu. Tapi, niatnya terurungkan karena makhluk itu tidak ada di langit dan terlihat suasananya berbeda dari yang Likyter ingat.
"I-Ini di mana...?" bingung Likyter melihat dirinya dikelilingi oleh pohon-pohon.
"Li-Likyter... ini di mana...?" tanya Vanili yang wajahnya masih memerah karena menangis tadi.
"E-Entahlah, aku belum pernah melihat hutan ini..."
"Be-Begitu... Ngomong-ngomong, apa maksudmu tadi mengatakan kalau musuhmu adalah seorang pelakunya? Pelaku dari hal apa?"
"I-Itu... Ah, iya, kenapa tiba-tiba kau ingin pulang?" tanya Likyter mengalihkan pertanyaan Vanili.
"A-Aku hanya ingin saja... La-Lalu, kau sendiri kenapa menghalangiku untuk pulang?!"
"I-Itu..."
*DHURR
Suara ledakan dan cahaya biru menyinari sekejap daerah sekitar, berhasil menarik perhatian mereka. Spontan, mereka berlari ke arah sumber suara ledakan itu. Setelah sampai di sana, mereka melihat seorang pemuda berambut hitam, kaos dan jaket hitam, celana hitam pendek dengan sarung pisau kecil beserta pisau kecil, dan sepatu hitam. Pemuda itu dihadapkan oleh tiga beruang hitam besar yang bisa berdiri dengan kedua kakinya, selain itu ada dua beruang hitam yang sama tergeletak hangus. Likyter dan Vanili langsung berlari ke arah pemuda itu.
Terkejut dengan kedatangan Likyter yang tiba-tiba berada di depannya dan Vanili di sampingnya. Pemuda itu memasang wajah kesal. "Hei, kalian siapa?! Jangan mengganggu!" kesal pemuda itu.
"Kami berusaha menolongmu," balas Likyter.
"Kalian bukannyamembantu, tapi malah menghambat pekerjaanku!" Pemuda itu maju ke depan, lalumengambil pisau kecilnya. Lalu pisau kecil itu diselimuti cahaya biru, tepatnyalistrik biru. "Aku bisa mengatasi mereka sendiri dengan waktu sesingkatnya."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top