JALAN SPESIAL CROSSOVER PERTAMA (Broken Disaster): RAIN

Di sebuah ruang yang cukup besar dan ada sebuah komputer besar. Likyter, Elyna, Ken, beserta dua gadis. Kedua gadis itu teman Ken, namanya Melody dan Kismi. Mereka semua sedang menatap layar komputer yang sedang dimainkan oleh Melody.

"Jadi, misinya apa?" tanya Likyter.

"Baiklah, biar aku jelaskan," ucap Melody. "Ada seorang penjahat yang datang ke duniamu, dia buronan penjual budak. Maka dari itu, Ken menyarankan untuk mengajakmu karena kau tahu tempat-tempat di duniamu. Mungkin saja buronan ini bersembunyi di suatu tempat."

"Baiklah, aku akan membantu. Tapi boleh aku meminta sesuatu dulu?"

"Boleh, apa itu?" tanya Ken.

"Aku ingin menemui musuhku dulu dan menghabisinya. Baru setelah itu aku akan membantu kalian."

Ken dan Melody saling menatap, lalu saling mengangguk. "Setuju," jawab Ken.

"Baiklah, Ken dan Kismi, kalian yang pergi."

"Elyna, kau pulanglah dan beritahu hal ini kepada mereka."

"Aku ingin membantu!" protes Elyna.

"Tidak. Kau harus memberitahu mereka kabar tentangku, mereka pasti khawatir, terutama Mio. Bilang kepada mereka, aku baik-baik saja."

"Baiklah..."

"Kalau begitu, ayo kita pergi!" ucap Ken.

Likyter, Elyna, Ken, dan gadis bernama Kismi berjalan menuju ruang pengiriman. Setelah sampai di dalam, pintu besi tertutup dan cahaya menyilaukan tiba-tiba muncul dan tubuh mereka perlahan menghilang menandakan proses pengiriman sedang terjadi.

Di tempat hamparan rumput, tepatnya di langitnya, kumpulan cahaya muncul dan membentuk tubuh empat orang. Setelah cukup lama, cahaya itu menjadi tubuh Likyter, Elyna, Ken, dan Kismi. Kemudian mereka berempat mendarat menginjak hamparan rumput.

Di sana ada seseorang... tepatnya manusia tulang yang memakai pakaian gambar tulang. Orang itu kaget dengan kedatangan Likyter dan lainnya. "Ke-Kenapa kau bisa ada di sini?" kagetnya.

"Ceritanya panjang," balas Likyter. "Intinya, kami datang untuk menghabisimu. Elyna, kau pulanglah!"

"Baik!" Elyna pun berbalik dan pergi meninggalkan mereka.

Mereka memasang kuda-kuda dengan gaya masing-masing, bersiap untuk bertarung. Likyter mengubah senjatanya menjadi pedang, Ken menghunuskan pedang hitam dan mengambil pistolnya, Kismi mengucapkan mantra untuk memanggil pelayannya, dan tengkorak bernama Teriot mengeluarkan aura ungu gelap.

"Wah-wah, sepertinya akan pesta di sini."

Pandangan mereka semua langsung teralihkan ke orang yang baru saja datang. Orang itu memakai setelan jas putih seperti setelan mafia, tidak lupa dengan topinya yang putih. Dia berjalan perlahan ke tengah-tengah yang akan menjadi tempat pertarungan.

"George!" teriak Ken.

"Eh, ada yang kenal aku," kaget orang itu melihat Ken dengan nada dan ekpresi biasa. "Oh, pasti kalian orang-orang yang akan menangkapku, kan?"

"Hei, jangan menghalangiku! Minggir!" kesal Teriot.

George berbalik melihat Teriot, dengan senyuman kecil. "Padahal aku datang kemari untuk menolongmu dengan menawarkan diri mengurus mereka dan kau pergi, tapi ini kah balasannya?" terang George sambil mengangkat tangannya ke arah Teriot.

Tiba-tiba portal putih muncul di belakang Teriot. Melihat itu, Teriot menghentikan mengeluarkan aura ungu gelapnya. "Baiklah, aku terima pertolonganmu." Lalu dia berjalan memasuki portal itu.

"Likyter, kau kejar saja musuhmu. Biar kami yang urus buronan itu," ucap Ken.

"Oke, aku serahkan kepada kalian," balas Likyter. "Ah, jangan sampai merusak keseimbangan dunia ini."

Ken pun meloncat untuk menyerang George, dengan mengayunkan pedangnnya secara vertikal. George pun meloncat ke belakang, menjauh dari portal yang dia buat. Kemudian, Likyter pun berlari menuju portal itu. Saat Likyter memasuki portal, seorang gadis kecil yang sedari tadi melihat dari kejauhan berlari menuju portal itu dan ikut masuk.

Setelah melewati portal, Likyter mendapati dirinya di sebuah hutan. Saat Likyter hendak melanjutkan mencari musuhnya, tiba-tiba sesuatu menabraknya dari belakang. Untungnya Likyter bisa menahan tabrakan itu, sehingga dia masih bisa berdiri sempurna.

Likyter pun berbalik untuk memastikan apa yang menabraknya. Ternyata itu seorang gadis berambut pirang panjang, pakaian hitam ada gambar bulan di tengah dengan lengan pendek sedada memperlihatkan perutnya, sarung lengan hitam dengan bintik-bintik kuning seperti bintang menutupi seluruh lengan bawahnya, dan rok hitam pendek.

"Eh, kenapa kau ada di sini, Veronica?" kaget Likyter.

"Aku tadi kebetulan melihat Tuan masuk ke dalam portal, jadi aku ikut masuk juga," jawab datar Veronica.

"Baiklah, kalau begitu kau bantu aku."

"Tanpa diminta pun aku akan selalu membantu Tuan."

"Ayo kita pergi cari dia."

Mereka pun melanjutkan perjalanan untuk mencari Teriot. Selama di perjalanan, mereka berdua sibuk dengan melihat sekitar untuk menemukan sosok Teriot. Saking sibuk dan konsentrasinya, tidak ada percakapan yang terjadi untuk mencairkan suasana.

Likyter tiba-tiba menghentikan langkahnya. Veronica pun ikut menghentikan langkah dan melihat ke arah Likyter lihat. Dia melihat ada tiga orang bersenjata sedang berjalan bersama, dua perempuan dan satu laki-laki.

Laki-lakinya berambut hitam, iris mata hitam, jubah abu-abu tanpa lengan sampai ke bawah lutut, zirah kulit berwarna coklat gelap melindungi tubuh bagian atasnya, celana panjang hitam, dan sepatu Jungle yang juga warna hitam. Dia berada di antara kedua perempuan itu.

Perempuan yang berjalan di sebelah kiri laki-laki itu, berambut hitam panjang terurai dan iris mata hitam, jubah abu-abu tanpa lengan sampai ke bawah lutut, zirah kulit berwarna hitam melindungi tubuh bagian atasnya, rok hitam sampai lutut serta kaus kaki hitam yang menutupi seluruh bagian kakinya, sepatu boot yang panjangnya hampir menyentuh lutut, senjata pedang dua tangan yang ada di punggungnya, dan wajahnya tidak berekpresi. Dia sedang berjalan di sebelah kanan pria itu.

Sedangkan satu lagi berambut merah panjang dikuncir kuda, iris mata merah menyala, memakai jubah abu-abu yang sama, zirah kulit berwarna hitam yang melindungi tubuh bagian atasnya, dan pelindung lengan sampai ke siku, rok hitam di atas lutut, sepatu boot sampai ke lutut, dan sabit besar menempel di punggungnya. Dia sedang memeluk lengan pria itu, di sebelah kiri.

"Bisakah kau berhenti memelukku, Nia?" keluh pria itu.

"Aku kan sedang melindungimu, jadi aku harus menempel padamu, Rain~" balas Nia.

"Itu adalah pemikiran yang tidak berdasar. Selain itu, yang bertugas untuk melindungi Rain adalah aku. Sedangkan kau adalah bagian penyerang," balas perempuan satu lagi dengan wajah datar dan fokus ke depan.

"Hehhh, kau pasti cemburu dan ingin memeluk lengan Rain, kan?"

"Itu bukanlah keinginanku, tapi kewajibanku. Jadi, kau yang bertugas untuk menyerang barisan depan segeralah lepaskan Rain dan fokus dengan barisan depan." Perempuan berwajah datar itu langsung memeluk lengan kanan Rain.

"Tidak! Seharusnya kau yang berperan jadi perisai fokus saja melindungi Rain tanpa harus menempel kepadanya!"

Rain hanya diam dengan wajah datar, membiarkan kedua gadis itu bertengkar hebat. (Aku harus segera menghentikan mereka,) ucapnya dalam hati.

Tapi niat itu tidak jadi terlaksanakan karena tiba-tiba Likyter langsung muncul di hadapan mereka, dengan gaya seperti penjahat yang mengejutkan korban dengan muncul menghadang tiba-tiba, tidak lupa pose merentangkan kedua tangannya. Tentu saja mereka langsung berhenti dan terkejut, walau tidak ada ekpresi terkejut yang mereka perlihatkan. Bahkan sampai mereka bertiga diam, entah menunggu Likyter mengatakan sesuatu atau mereka bingung mau bereaksi apa. Kemudian, Veronica menyusul dari belakang. Membuat mereka sedikit bereaksi.

"Sepertinya dia penjahat," ucap Rain. "Seseorang yang menculik gadis kecil biasanya penjahat."

"Berarti dia harus kita lawan," ucap Sia datar.

"Iya, kita harus menolong anak kecil yang imut itu~" tambah Nia.

"Kalian langsung bereaksi setelah datang temanku ini, dan aku ini bukanlah seorang pedofil!"

"Lalu ada apa kau tiba-tiba menghalangi jalan kami?" tanya Rain.

"Aku hanya ingin bertanya sesuatu. Apa kalian melihat manusia tengkorak memakai kaos gambar tengkorak lewat di sini?"

Mereka bertiga saling menukar pandangan, lalu kembali melihat ke arah Likyter dan menggeleng kepala bersamaan.

"Maukah kalian membantu kami mencarinya?"

Langsung saja mereka menggelengkan kepala.

"Langsung ditolak..."

"Ayo, Rain, kita segera pergi ke kota~ Aku tak sabar ingin segera diusapi olehmu~"

"Disuapi bukanlah termasuk dalam tugasmu, jadi Rain berhak menolaknya."

"Aku kan bicara ke Rain, kenapa malah kau yang protes?!"

"Tunggu! Aku mohon, tolonglah kami. Dunia ini akan dalam ba-"

Mereka mengacuhkan Likyter dan berbalik badan untuk berjalan melalui jalur yang lain.

"Aku mohon, tolong kami," ucap Veronica menyela. "Bila orang itu tidak segera dikalahkan, dunia ini akan dalam bahaya dan masa depan orang-orang yang tidak berdosa akan terancam," lanjutnya.

"Baiklah, kami akan bantu," ucap Rain sambil berbalik badan bersamaan dengan kedua perempuannya.

(Woww, mereka langsung percaya dan menerimanya. Apakah ini kekuatan dari perasaan yang diberikan kepada sesama orang datar?) heran Likyter dalam hati.

"Oh iya, tadi kalian bilang dunia ini akan terancam. Memangnya orang yang kalian cari itu penjahat yang sangat kuat? Sampai-sampai bisa menjadi ancaman." tanya Nia.

"Memang benar dia penjahat, tapi bukan karena itu atau kekuatannya. Melainkan kedatangannya akan mengganggu keseimbangan ruang dan waktu dunia ini."

"Kenapa bisa begitu?"

"Karena... dia dan kami berasal dari dunia lain. Kedatangan kami bisa menyebabkan bertabrakan dua dunia."

"Kalau begitu, kalian harus pergi saja dari dunia ini," pendapat Sia.

"Kalau kami bisa saja pergi tanpa disuruh, lagipula kami tidak ada niat untuk mengganggu keseimbangan dunia lain, bahkan mengunjungi dunia lain. Tapi kalau penjahat harus diusir paksa atau dikalahkan."

"Oke, kami bantu," ucap Rain.

"Terima kasih, namaku Likyter dan temanku Veronica."

"Namaku Rain, dan mereka berdua adalah... kerabatku, Aeigisia dan Laevateinnia."

Hendak mereka berjabat tangan, tapi langsung dihentikan karena dipaksa berputar balik oleh masing-masing gadis. Likyter harus berputar badan karena Veronica menarik-narik ujung bawah pakaiannya, sedangkan Rain dibisik agar berbalik oleh Nia.

"Rain, apa kau yakin ingin menolong orang itu?" bisik Nia.

"Yakin," jawab datar Rain.

"Aku ikut saja apapun keputusan Rain, tapi aku ingin tahu apa alasannya. Mereka kan orang asing, bisa saja mereka bohong," ucap Sia.

"Karena... aku ingin menolong mereka saja."

"Hmm... aneh mendengar alasan itu dari Rain. Tapi, apapun itu, aku akan ikut."

Sedangkan di sisi Likyter. Likyter harus sedikit membungkukkan badannya agar menyesuaikan dengan tinggi Veronica.

"Tuan, aku akan ikut apapun keputusanmu. Tapi, aku ingin tahu apa alasannya Tuan meminta tolong kepada mereka. Kenapa langsung begitu saja meminta pertolongan, bisa saja mereka adalah penjahat di dunia ini?"

"Karena insting yang berpengalaman mengenal berbagai jenis orang dari dunia lain, memberiku sinyal kalau mereka lah orang yang pantas diminta tolong. Selain itu, aku merasakan kekuatan yang luar biasa. Apa kau juga merasakannya?"

"Iya, Tuan. Terutama orang yang bernama Rain."

Likyter kembali berbalik. "Mohon bantuannya, Rain," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Rain ikut berbalik kembali. "Baiklah, Likyter," balasannya sambil menjabat tangan Likyter.

"Lalu, apa yang akan kita lakukan?" tanya Nia.

"Tentu saja kita akan mencari informasi dari orang-orang sekitar, terutama di kota" jawab Rain. "Mungkin saja ada info tengkorak itu melewati kota atau ada seseorang bertudung mencurigakan yang dilihat orang-orang."

"Silahkan dari dunia ini yang memimpin jalan," ucap Likyter sambil beberapa langkah ke samping kanan membuka jalan untuk mereka.

Rain, Nia, dan Sia pun berjalan terlebih dahulu. Lalu Likyter dan Veronica menyusul. Selama di perjalanan, Likyter memberi keterangan lebih rinci tentang musuhnya dan alasan dunia ini bisa menjadi hancur.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di dalam kota. Keadaan kota terbilang cukup ramai oleh orang-orang yang berlalu-lalang mauapun yang berdagang. Nuansa kota ini seperti abad pertengahan.

"Rain," panggil Likyter, membuat mereka semua berhenti dan Rain melihat ke arahnya. "Bolehkah aku pinjam dulu uangmu? Aku ingin menyewa penginapan. Nanti aku ganti dengan melakukan quest."

"Boleh. Kalau begitu, sekarang kita cari dulu penginapan."

Mereka pun mencari penginapan. Setelah beberapa saat, akhirnya mereka menemukan penginapan yang murah dan nyaman. Selain itu, ada tempat makan dan papan poster quest di sana.

Setelah selesai memesan kamar, mereka memutuskan untuk mencari informasi Teriot dengan berpencar. Saat sore tiba, mereka berkumpul kembali di penginapan. Sekarang mereka ada di luar penginapan.

"Kami akan ke arah sana," ucap Likyter.

"Kalau begitu kami ke arah sini," balas Rain.

Mereka pun berpencar. Likyter bersama Veronica, sedangkan Rain bersama dengan kedua gadis kerabatnya.

"Rain, orang-orang akan menjawab dengan jujur apabila yang bertanya adalah pasangan kekasih," ucap Nia sambil memeluk lengan kiri Rain.

"Hipotesis yang seperti itu tidak pernah ada," sangkal Sia. "Jadi kau tidak perlu memeluk lengan Rain."

"Kalau begitu, kau juga jangan memeluk lengan Rain!"

Sia sedikit mengeratkan pelukannya, bertanda tidak akan melepaskannya. "Ini memang sudah menjadi tugasku."

"Berhentilah, kalian. Kalian membuatku menjadi pusat perhatian," ucap Rain datar.

Mereka berdua langsung melepaskan pelukan mereka, tapi dari raut wajah mereka masih ada sulut api pertengkaran di antara mereka.

"Rain, kau merasakannya, kan?" tanya Nia. "Ada kekuatan aneh dari mereka, terutama Likyter."

"Aku juga merasakannya," tambah Sia.

"Karena itu juga aku menolong mereka."

Selanjutnya tidak adapembicaraan yang terjadi bahkan Sia dan Nia tidak melanjutkan pertengkarankecil mereka. Mereka bertiga memulai menanyakan kepada orang-orang sekitar,dengan alasan mereka mencari kerabat yang tiba-tiba kabur."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top