JALAN SPESIAL CROSSOVER PENYELESAIAN (Grand Charlotte): TERSERAH

Setelah Alvin memasuki ruangan yang menurut pengakuan Yagia adalah tempat Nalicia tertidur, dia bisa melihat ada mesin besar di dekat Nalicia yang tertidur di atas batu altar. Selain itu, ada kabel panjang dari mesin menempel di kepala. Nalicia terlihat seperti pasien rumah sakit yang dalam keadaan koma.

"Nalicia!" panggil Alvin sambil berlari mendekati Nalicia.

Alvin pun mencabut kabel-kabel itu dari kepala Nalicia, kemudian memanggil namanya untuk membangunkannya. Tapi, Nalicia tidak membuka kelopak matanya walau sedari tadi diberisikkan oleh Alvin. Lalu, Alvin pun mendapatkan sebuah ide dan mendekatkan mulutnya ke telinga Nalicia.

"Kau sedang tidur siang, ya? Memang wajar kalau anak kecil butuh tidur siang agar segera tum-"

"Aku bukan anak KECIL!!!"

Alvin tersungkur akibat pukulan orang yang memproteskan kalau dirinya bukan anak kecil, yaitu Nalicia yang sudah bangun.

"Alvin, sudah kubilang berapa kali, kalau aku ini bukan anak kecil!!" protes Nalicia.

"Syu-Syukurlah... kau sadar juga..." respon Alvin.

"... Ahhh!! Maaf, Alvin! Tadi aku memukulmu, aku ti-" Nalicia menghentikan kalimatnya karena baru menyadari berada di tempat yang asing. "Kita ada di mana?"

"Kita berada di markas musuh. Jadi, kita harus segera pergi dari tempat ini."

Nalicia pun turun dari atas batu altar, lalu melihat ke arah samping. "Hei, sepertinya di sebelah ribut sekali. Ada apa di sebelah?"

"Likyter sedang bertarung dengan musuh yang sebelumnya dia ceritakan."

"Kenapa kau ada di sini? Apa kau tidak menolongnya?"

"Tentu saja aku di sini untuk menolongmu!"

"Karena aku sudah aman, sekarang kau tolong Likyter."

"Baiklah. Tapi, aku akan mengeluarkanmu dari tempat ini dulu."

"Tidak perlu, aku sudah aman. Jadi, cepatlah tolong Likyter."

"... Ba-Baiklah... aku akan segera menolongnya."

Alvin pun berdiri dan berjalan keluar dari ruangan. Sebenarnya, Alvin langsung berubah pikiran untuk mengeluarkan Nalicia dari markas musuh, bukanlah dari paksaan Nalicia, tapi karena dia baru ingat jalan keluar dari markas musuh harus melalui tempat pertarungan Likyter dan Yagia.

Saat baru saja keluar dari ruangan itu, Alvin dikejutkan oleh seorang pria yang penampilannya... tepatnya penampilan yang sekarang berbeda dengan sebelum Alvin ingat terakhir kali. Pria itu mendekati Alvin.

"Bagaimana keadaannya?" tanya pria itu.

"Dia baik-baik saja," balas Alvin. "Jadi, biarkan aku membantumu mengalahkan dia."

"Kalau begitu, ayo kita kirim dia ke dunia kematian, Alvin."

"... Sepertinya, kau tidak perlu bantuanku, Likyter."

Alvin bisa melihat seorang pria berbadan kekar berjalan ke arahnya dengan ekpresi penuh kemarahan, ditambah terlihat kesakitan akibat luka di tangan.

"Tidak, aku perlu bantuanmu," balas Likyter sambil melemparkan katana yang sudah diselimuti kegelapan. "Kau gunakan katanaku dan aku akan menggunakan pedangmu ini." Likyter mengambil pedang biru di punggungnya.

Alvin berhasil menangkap katana Likyter tanpa kesulitan. "Pantas saja pedang itu terlihat tidak asing, ternyata salah satu pedang elment-ku. Terus, aku harus bantu apa?"

"Bantu aku untuk mengalahkan perubahannya nanti."

"Perubahannya...? Oh iya, kau terlihat beda sekali dari sebelumnya. Apa kau sedang mengeluarkan kekuatan tersembunyimu?"

"Begitulah. Dan, aku merasa kau juga sedang mengeluarkan kekuatanmu. Tapi, kenapa penampilanmu tidak berubah?"

"Memangnya kalau mengeluarkan kekuatan yang sebenarnya harus berubah penampilannya?"

"Kalian berdua... AKAN KUHANCURKAN!!!" teriak Yagia membuat mereka berdua jadi kembali fokus ke arahnya.

Perlahan kulit Yagia berubah warna menjadi merah dan berubah menjadi keras. Punggungnya pun berubah menjadi merah gelap dan mengeras juga. Tangannya memendek dengan kuku kedua tangan memanjang. Dari perubahannya, Yagia berubah menjadi manusia armadillo.

"Tuh, kan. Aku bilang apa, dia punya perubahannya."

"Ja-Jadi... itu perubahannya? Manusia armadillo?"

Yagia membungkukkan badannya, tepatnya merubah dirinya seperti roda. Lalu, berputar dengan cepat ke arah mereka berdua. Likyter langsung mendorong Alvin dan menahan serangan Yagia. Serangan Yagia sangat kuat sekali, buktinya Likyter perlahan terdorong ke belakang.

Alvin mengayunkan katana untuk membantu Likyter, tapi Yagia yang masih berputar meloncat ke atas. Lalu, dengan cepat turun menghantam Alvin. Untungnya, Alvin bisa menghindarinya sebelum tubuhnya menjadi karpet. Sayangnya, Alvin tidak bisa bernafas lega karena Yagia yang masih berputar memantul ke arahnya. Untungnya, sebuah dinding es muncul dari bawah di depan Alvin membuat Yagia memantul kembali.

"Kau bisa mengendalikannya, Likyter," ucap Alvin. "Terima kasih."

"Begitulah. Ternyata lebih mudah dari yang aku per-" Likyter langsung mengayunkan pedang biru itu ke samping untuk menahan serangan Yagia. "Hei, biarkan aku menyelesaikan kalimatku dulu! Alvin, ayunkan pedangmu secara vertikal ke arah Yagia!"

Alvin pun melakukan perintah Likyter. Kegelapan tipis panjang langsung meluncur ke arah Yagia. Tapi, Yagia segera memantulkan dirinya ke belakang. Likyter langsung saja berlari mengejar Yagia, tapi kecepatan memutar Yagia membuatnya cepat menjauh.

"Hei, jangan kabur terus!!" kesal Likyter.

Yagia pun mengikuti perkataan Likyter dengan berputar ke arahnya. Tentu Likyter langsung memposisikan pedang di tangan untuk menahan serangan. Tapi, ternyata Yagia meloncat lambung melewati Likyter. Saat di belakang Likyter, Yagia langsung berputar mundur. Karena tidak sempat menghindar, Likyter tertindas.

Masih berputar di atas punggung Likyter, Yagia langsung meloncat tinggi ke atas. Lalu turun untuk menghantam keras tubuh Likyter. Tapi, Alvin menghentikan Yagia dengan menembakkan kegelapan tipis ke arahnya sampai membuat terpental cukup jauh.

Alvin pun langsung berlari mendekati Likyter yang masih tengkurap. "Hei, kau masih hidup?" tanya Alvin dengan nada tenang.

Perlahan Likyter pun bangun. "Yah..." jawab Likyter. "Sekarang aku tahu perasaan kekeset (keset) yang selalu diinjak oleh orang-orang."

"Apa kau punya rencana menghentikannya?"

"... Sepertinya, tidak ada. Aku tidak mengira kalau perubahannya serepot ini. Padahal aku mengiranya dia berubah menjadi naga atau makhluk besar yang mengerikan. Sepertinya dia memegang prinsip 'anti mainstream'."

Yagia pun kembali berputar ke arah mereka, mereka berdua langsung meloncat ke samping bersamaan. Yagia mengincar Likyter, buktinya dia terus mengikuti Likyter dari belakang. Mungkin karena kesal, Likyter berhenti dan berbalik untuk menahan serangan. Seperti sebelumnya, Yagia melakukan loncat lambung melewati Likyter dan melakukan serangan mundur-nya. Kali ini, Likyter berputar mengayunkan pedangnnya ke belakang. Sayangnya, Yagia sudah mengetahui itu dan memutuskan meloncat jauh ke atas sebelum mengenai pedang biru di tangan Likyter.

Alvin tentu langsung melemparkan lagi sabit kegelapan ke arah Yagia. Tapi, karena kecepatan turun Yagia lebih cepat tiba-tiba, sabit kegelapan dapat terhindari. Sekarang, kepala Likyter dan Yagia berjarak satu jengkal jari orang dewasa. Dengan jarak itu, Likyter dengan cepat mengayunkan pedang ke atas.

*DHRUSSS

Yagia terpental, lalu mendarat dengan posisi tengkurap. Selain itu ada beberapa pecahan es di punggungnya dan lubang cukup besar di punggung almadillo-nya. Sedangkan Likyter, pakaiannya dihujani oleh pecahan es dan beberapa pecahan es tajam menancap di tubuh Likyter.

"Hah hah... untunglah, pedangnya tidak rusak... hah hah..." Pecahan es yang menancap di tubuh Likyter perlahan mencair dan luka-nya pun perlahan menutup.

Alvin berlari mendekati Likyter. "Kau ternyata orang yang berani mengambil resiko walau nyawa taruhannya," komentar Alvin melihat keputusan Likyter tadi. "Kau bisa saja terkena lebih banyak lagi pecahan es tajam atau malah kau menjadi es kalau mengeluarkan sihir es sebanyak itu."

"Seseorang pernah bilang ini kepadaku, 'bila rencana untuk menyelamatkan hidupmu tidak ada, maka ambil lah resiko yang membahayakan nyawa daripada mempertaruhkan nyawa secara sia-sia'."

"Orang itu pasti sudah gila..." Alvin pun melihat ke arah Yagia. "Jadi, sekarang kau tinggal menyegelnya, kan?"

"Tidak... kekuatanku tidak bisa bertahan lama lagi, aku tidak ingin membuatnya terlalu lama kesakitan. Jadi, kita segel dia bersama-sama dengan melakukan Chain Combo dan Co-op Skill."

"... Chain Combo? Co-op Skill?"

Perlahan, Yagia bangkit. Perubahannya juga perlahan menghilang dan wujudnya kembali seperti semula. Selain itu, raut wajahnya terlihat sangat kesal sekali... ditambah kesakitan.

"A-Akan ku...kubalas... kau... LIKYTER!!"

"Coba saja kalau bisa." Likyter sudah ada di depan Yagia dengan kepalan tangan bersiap meninju dadanya.

Yagia langsung menyilangkan tangannya untuk menahan tinjuan itu. Tapi, ternyata Likyter memutarkan badannya dan meluncurkan tendangan ke perut. Dilanjutkan pukulan ke pipi kanan, kiri, bahu kanan, pukulan vertikal bawah dagu, dan terakhir tendangan ke perut. Akibatnya, Yagia mundur beberapa langkah sambil memegang perutnya.

Likyter pun memutarkan tubuhnya. "Switch!"

Dari belakang, Alvin maju melewati Likyter sambil memberikan katana. Lalu meluncurkan pukulan ke dada Yagia, cukup keras. Dilanjutkan ke pipi kanan, tepat ke wajah, pukulan bertubi-tubi ke tubuh, dan terakhir tendangan keras ke dada sampai membuat Yagia terdorong cukup jauh.

Likyter, langsung meloncat ke atas melewati Alvin sambil mengangkat katananya tinggi-tinggi. Melihat itu, Yagia langsung menyilangkan kedua tangannya untuk melindungi kepalanya. Namun, itu adalah tipuan, Likyter tidak jadi mengayunkan pedang dan malah melemparkan katana di tangan kirinya ke Alvin. Saat mendarat, Likyter mengambil dan mengayunkan pedang ke belakangnya. Lalu, Alvin menginjak pedang untuk dijadikan pijakan meloncat jauh melewati Likyter dan Yagia.

Saat mendarat, Alvin langsung berbalik badan mengangkat katana ke samping. Begitu juga dengan Likyter ikut mengangkat pedangnya ke samping. Pedang biru di tangan Likyter dilapisi es yang tebal dan katana di tangan Alvin dilapisi kegelapan yang tebal.

""ES SHADOW KEKKAI!!""

*SRINGGG

Mereka berdua melesat melewati Yagia. Posisi mereka berganti, memunggungi Yagia. Sedangkan Yagia, perlahan mendaratkan lututnya. Dia terlihat begitu... 'kalah'.

"Si-Sial..." geram pelan Yagia.

Tubuh Yagia perlahan dilapisi es, tepatnya tubuhnya perlahan menjadi es. Setelah seluruh tubuhnya menjadi es, kegelapan merambat ke seluruh tubuh. Bagaikan api yang melahap kayu, setelah kegelapan itu merambat sampai seluruh tubuh Yagia, tubuhnya menghilang.

Sementara itu, kedua orang yang mengalahkan Yagia perlahan kehilangan keseimbangan, sampai akhirnya jatuh ambruk.

"Aduh... lagi-lagi harus jatuh..." keluh Likyter.

"Apa element kegelapan itu begitu merepotkan?" tanya Alvin. "Tenagaku terkuras banyak sekali."

"Yah, memang seperti itu. Kegelapanku memakan banyak tenaga kalau tidak terkontrak dan izin dari sumbernya."

"Oh iya, aku ingin memprotes satu hal. Kenapa jurus yang tadi dinamakan seperti itu? Rasanya seperti dipaksakan dan dicampurkan."

"A-Aku memang payah dalam memberikan nama... heheheh."

"Memang payah."

"Sudahlah, terpenting kita menang dan dunia kalian aman."

"Iya, terima kasih banyak, Likyter."

Mereka berdua pun tertawa kecil, menikmati kemenangan mereka. Selain itu, dengan begini, mereka menjadi lebih akrab.

***

Likyter pun menjelaskan kepada semua yang terlibat pertarungan tentang rencana sebenarnya Yagia, dari hasil analisisnya. Menurutnya, Yagia ingin menggabungkan kedua kekuatan Charlotte Nalicia dan Alvin. Caranya, menggunakan mesin... entah apa namanya, lalu memasukkan kedua kekuatan itu ke batu Million. Dengan kekuatan Harmonic Motion yang memapu menggerakkan benda dan Dimension Gate berupa gerbang dimensi, ditambah meningkatkan kemampuan kedua itu yang digabungkan, Yagia bisa dengan bebas mengendalikan pergerakan dunia lain. Mungkin Yagia akan menggunakan itu untuk menghancurkan seluruh dunia dengan menyatukannya atau mengancam dunia akan dihancurkan agar dia menjadi penguasa.

Selain itu, batu kristal di punggung tangan Yagia dan lainnya adalah batu Milion. Batu ini memiliki kekuatan berupa menghisap kemampuan, mau itu dari orang atau makhluk hidup lainnya dan meningkatkan kemampuannya. Batu itu akan berubah menjadi hijau apabila kemampuan yang sudah dihisap aktif. Batu akan kembali biru kalau tidak ada kemampuan yang aktif.

"Jadi, selama ini tentang batu itu bisa merubah seseorang menjadi seorang Tamer adalah salah?" tanya Gadis.

"Kurasa memang salah. Lagipula, aku belum pernah lihat proses terhisapnya monster ke dalam batu itu. Mungkin saja saat batu itu mengeluarkan sinar hijau, monster itu terkirim ke dimensi kemampuan Tamer yang sebelumnya dihisap."

"Tunggu. Kalau begitu, seharusnya saat mereka tidak bertarung atau memanggil monster batunya berubah jadi biru," sela kepala sekolah.

"Bisa saja kemampuan dari monster itu yang aktif atau selama monster itu ada di dimensi Tamer, maka kemampuan Tamer tetap aktif. Sedangkan kalau monsternya mati, kemampuan Tamer dianggap tidak aktif."

"Mungkin kalau mereka tahu kekuatan batu Milion yang sebenarnya, saat kita mengalahkan mereka tidak akan berusaha kabur," komentar Gladys.

"Kurasa mereka tidak tahu atau tidak menyadarinya karena kebanyakan monster yang dihisap kemampuannya, tidak terlalu menonjol kemampuannya."

"Aku ucapkan terima kasih banyak karena sudah menyelamatkan dunia kami."

"I-Iya... Yah, walau sebenarnya, ini salahku juga karena membuat dunia kalian terancam kehancuran dan merepotkan kalian."

"Walau begitu, kami tetap akan berterima kasih kepadamu."

"Baiklah. Sama-sama. Oh iya, apakah kami boleh tinggal di sini sehari? Tiana perlu istirahat dan aku harus mencari tas."

"Silahkan saja. Dengan senang hati aku mengijinkan kalian tinggal di sini, lebih dari sehari pun boleh."

"Oh iya, aku menemukan sebuah tas di dekat pohon saat mengejar Alvin," sela Gladys. "Mungkin saja itu tas yang kau cari... isinya kalau tidak salah, mirip bom."

"Nah, itu dia!"

Lalu, keesokan harinya. Alvin dan lainnya mengantar kepergian Likyter dan Tiana. Mereka semua berada di hutan.

"Turunkan aku, Likyter!!" protes Tiana. "Dasar mesum! Bejat! Penggila paha!!"

"Woi, aku menggendongmu karena kau tidak sanggup berdiri dan berjalan dengan benar!" kesal Likyter. "Dan kenapa kau malah mengataiku begitu?!"

Wajar saja Tiana protes digendong Likyter, karena tangan Likyter memegang lembutnya paha Tiana. Selain itu, dia digendong di depan banyak orang yang memperhatikannya.

"Sudah kubilang, turunkan aku!!" Tiana memukul kepala Likyter.

"Mana mungkin aku menurunkanmu!" tukas Likyter. "Apa aku harus menahan tubuhmu dengan memegang pantatmu?"

Mendengar itu, Tiana semakin memerah malu. "DASAR MESUMMMM!!!"

"Wah, kalian terlihat seperti pasangan suami-istri yang malu-malu," terang kepala sekolah.

"Kami bukan suami-istri!!" protes mereka bersamaan.

"Jadi... kapan aku lemparkan Botel ini?" sela Alvin dengan nada datar.

"Ah, maaf, Alvin. Tentu saja sekarang," jawab Likyter. "Oh iya, mulai sekarang mungkin kau akan berhadapan dengan hal yang merepotkan lagi dan musuh merepotkan juga. Maka dari itu, kau harus bertarung dengan sungguh-sungguh, Alvin. Jangan sia-sia kan latihan dariku."

"Baiklah, Likyter." Alvin pun melemparkan Botel ke arah Likyter. "Selamat tinggal."

***

Likyter yang masih menggendong Tiana sudah berada di gang sempit kota, di sanalah awal mereka pergi menuju dunia Alvin juga.

"Li-Likyter... se-sebaiknya kau turunkan aku. Kalau Mio melihat kita seperti ini, dia akan cemburu."

"Me-Memang benar... tapi, kalau aku melakukan itu malah membuat Mio marah."

Tiana langsungmemeluk erat Likyter, sambil menempelkan kepalanya ke belakang kepala Likyter. "Te-Terserahkau saja..." pasrah Tiana sekaligus senang.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top