JALAN SPESIAL CROSSOVER KETIGA (Wizard Fantasy): SENJATA KEDUA

"Kenapa kau bisa tenang dan terlihat senang di saat seperti ini?!" protes Kazuma.

"Soalnya dengan kedatangan monster itu, kalian bisa percaya kalau kedua dunia kita saling bertubrukan yang mengakibatkan ketidak seimbangan antara dua dunia dan bisa menjadi hancur," balas Likyter datar.

"Sekarang bukan saatnya kau harus senang bisa membuktikannya!"

"Tenang saja, monster itu tidak terlalu agresif. Dia memiliki sedikit akal. Jadi, dia tidak akan berani menyerang secara brutal karena melihat kita yang banyak ini."

"Lalu, apa kau punya ide?" tanya Ayato.

"Tentu." Tiba-tiba kegelapan dengan ujung yang runcing meluncur ke arah monster itu, dari punggung Likyter. "Monster itu ahli dalam pertahanan serangan dari senjata, tapi payah dari serangan sihir," terang Likyter setelah kegelapannya menembus dada monster itu.

"Eh, kau pengendali sihir kegelapan?!" kaget mereka berempat.

"Hm, apa segitu mengejutkannya?" heran Likyter.

"... Aku lupa kalau kau dari dunia lain. Soalnya di dunia ini pengendali kegelapan jarang ada," balas Ruya.

"Yah, setiap dunia memiliki keunikan masing-masing," balas Likyter.

"Hah, menghilang?!" kaget mereka lagi setelah melihat monster yang seharusnya ditancap kegelapan sudah menghilang tak berbekas.

"Oh, monster itu dimakan oleh kegelapanku," jawab Likyter tenang.

"Jadi, kegelapanmu itu makhluk hidup atau di duniamu kalau ingin memiliki sihir kegelapan harus memberikan tumbal?"

"Hmm... tepatnya sihir kegelapanku ini berbeda dengan yang lain dari duniaku, jadi butuh tumbal untuk memperkuatnya atau mengganti mana yang dipakai. Jadi, apakah kalian percaya sekarang?"

Mereka saling menukar pandangan, lalu kembali melihat Likyter. "Kalau begitu kami akan membantu mencari naga itu. Kalian bertiga, cepatlah cari informasi keberadaan naga itu!"

"Siap!"

"Terima kasih."

***

"Bagaimana, Liky? Apa cocok?" tanya Elyna menunjukkan senjata yang dia beli.

"Apa kau yakin memilih senjata itu?"

"Hm, karena sebelum menggunakan palu, aku menggunakan senjata ini. Memangnya aneh?"

"Aku hanya tidak menyangkanya saja..."

Likyter bisa melihat busur yang cukup besar dipegang Elyna, beserta tempat anak panah yang berada di punggungnya dan isinya. Sekarang mereka berdua sedang di tengah kota, awalnya Likyter bersama Ayato dan Fiera mencari informasi dari orang-orang sekitar tentang naga yang muncul setelah cahaya yang tiba-tiba datang. Lalu, secara kebetulan mereka bertemu Elyna, Jessica, dan Kurumi.

"Ngomong-ngomong, kalian sedang apa di sini?" tanya Elyna.

Likyter langsung melihat ke Ayato, sebagai tanda apakah dia harus memberitahukan yang sebenarnya atau tidak. Tapi Ayato tidak paham, jadi dia malah membalas tatapan serius Likyter dengan wajah bingung.

Tentu saja Likyter jadi sedikit kesal, jadi dia menambahkan gerakkan bola mata ke arah mereka berkali-kali. Tetapi tetap saja Ayato tidak paham maksudnya, dia semakin memasang wajah bingung dan malah melihat ke arah Fiera.

"Kau kenapa, Liky?"

"Eh, enggak apa-apa... Bentar."

Likyter langsung menarik Ayato cukup jauh dari mereka. Ayato yang ditarik tiba-tiba tentu sedikit terkejut, jadi kebingungannya bertambah.

"Woi, kenapa malah diam aja?!" bisik Likyter kesal.

"Eh, memangnya kenapa?"

"Aduh... kau sendiri kan yang bilang tidak mau melibatkan mereka berdua."

"Oh, itu... Jadi dari tadi kau melihatku untuk menanyakan apa harus dikasih tahu atau tidak, ya?"

"Nah, itu kau paham. Jadi, gimana?"

"Tentu saja jangan kasih tahu."

"Terus, jawabnya gimana?"

"Bilang saja kita sedang jalan-jalan."

"Betul juga."

Mereka berdua kembali ke keempat gadis yang sudah menunggu urusan mereka selesai.

"Kami sedang jalan-jalan," jawab Likyter.

"Kalau begitu, kita pergi bersama-sama," saran Jessica.

"Pasti akan lebih menyenangkan," tambah Elyna.

Likyter kembali menarik Ayato sedikit menjauh. "Woi, bagaimana ini? Kalau bersama dengan mereka, secara otomatis kita tidak akan bisa menanyakan tentang naga yang kucari ke warga sekitar. Nanti malah ketahuan."

"... Sepertinya tidak ada pilihan lain, aku yang akan mengurusnya."

"Aku serahkan kepadamu."

Mereka berdua kembali lagi. "Jessica, Kurumi... sebenarnya kami sedang mencari informasi tentang naga yang dicari Likyter dan Elyna," terang Ayato.

(Woi, terus tadi kau menyuruhku menyembunyikannya untuk apa, kalau akhirnya diberitahu?!)

Selanjutnya Ayato memberitahu semuanya, tentu masalah dunia ini akan hancur tidak dibertahu. Takutnya mereka syok dan ketakutan, atau malah hal yang lebih berbahaya bisa terjadi.

"Baiklah, kami akan membantu!" ucap Jessica semangat.

"Maaf merepotkan kalian dan terima kasih," ucap Likyter.

"Kalau begitu, ayo kita pergi, Sica."

Mereka pun berpencar dan menanyakan setiap penduduk yang ada. Mau orang dewasa atau anak kecil, tua atau muda, pria atau perempuan tanpa dilewati. Tapi, sayangnya walau sudah sampai sore hari, mereka belum menemukan petunjuk sekecil apapun tentang naga yang dicari Likyter.

"Apa kau tidak punya petunjuk sedikit pun?" tanya Kurumi.

"Ah... itu dia... kalau aku punya, kita tidak akan menanyakan soal cahaya yang tiba-tiba muncul..." balas Likyter sedikit merasa bersalah.

"Kau ini benar-benar ceroboh!" kesal Jessica.

"Ma-Maaf..."

"Sudah-sudah, Sica, Rumi," lerai Elyna menenangkan mereka berdua. "Ini kan salah teman Liky, bukan Liky."

"E-Elyna..."

"Jadi, bagaimana sekarang? Hari mulai gelap," tanya Jessica.

"Kurasa kita hentikan dulu pencariannya," saran Ayato. "Kita kembali ke asrama dulu."

Mereka semua pun pergi ke asrama Akademi Ruincrad, tepatnya kamar Ayato dan ketiga gadis itu. Setelah sampai, para gadis memutuskan untuk mandi. Jadi Likyter dan Ayato harus menunggu di luar sampai para gadis selesai dengan urusannya.

"Hah?! Jadi ini kamar kalian?! Satu ruangan?!"

"Ya... begitulah..."

"Sistem yang aneh. Apa kepala sekolanya tidak pernah berpikir berapa presentasi berbahayanya bila laki-laki dan perempuan dibiarkan berdua dalam kamar tidur?" gumam Likyter. "Kalau begitu... kau pernah tidak sengaja melihat mereka sedang ganti baju, ya?"

"...Tidak..." jawab Ayato sambil mengalihkan pandangannya.

"Mencurigakan... Yah, pasti sangat menyenangkan kalau kau pernah mengalaminya. Mengingat kau adalah laki-laki."

"Dari perkataanmu, sepertinya kau pernah mengalaminya juga."

"A-A...Aku tidak! Tidak sama sekali!" balas Likyter dan langsung mengalihkan pandangannya.

"Mecurigakan..."

"Ehm!" Likyter kembali melihat ke arah Ayato. "Apa ada kabar dari mereka tentang informasi itu?"

"Mana aku tahu, kita kan tidak menemui mereka."

"Kalau begitu, kita temui mereka besok. Oh iya, Ayato. Aku ingin mendengar penjelasan sistem di dunia ini."

Di dunia ini, ada dua jenis monster bernama Hyouma dan Akuryo. Hyouma merupakan pasukan iblis dengan berbagai macam bentuk yang langsung berasal dari raja iblis. Akuryo juga pasukan iblis, tapi dibandingkan dengan Hyouma, Akuryo tercipta dari kedengkian dan kegelapan hati manusia yang kemudian saling berkumpul menjadi sebuah wujud tunggal dan astral.

"Semakin tinggi kekuatan Akuryo, maka semakin sulit untuk melihat wujudnya," tambah Ayato.

"Wahh... Pasti akan merepotkan kalau bertemu dengan Akuryo yang seperti itu. Terlebih serangan fisik tidak mempan..."

"Oh iya, Likyter. Bagaimana caranya temanmu mengirim naga itu ke dunia ini?"

"Hmm... dia menggunakan Botel."

"Botel?"

"Salah satu alat di duniaku. Alat itu berfungsi untuk mengirim benda atau orang sesuai yang sudah ditentukan. Caranya kau tentukan dulu ke mana tempat yang dituju, lalu aktifkan dan lempar ke dekat benda atau orang tersebut. Nantinya alat itu akan memancarkan cahaya yang menyilaukan dan beberapa saat kemudian benda atau orang tersebut ada di tujuan."

"Bahkan ke dunia atau dimensi lain?"

"Awalnya alat itu tidak bisa mengirim sejauh itu, tapi seiring waktu orang-orang membutuhkannya untuk mengirim ke tempat yang sangat jauh sekali. Maka sihir yang dibutuhkan untuk membuatnya ditambah lebih besar lagi. Jadi, sekarang Botel bisa digunakan untuk pengiriman ke dunia dan dimensi lain."

"Jadi, kau datang ke dunia ini menggunakan alat itu?"

"Begitulah."

"Ternyata alat-alat dari duniamu itu luar biasa. Sepertinya orang yang bukan penyihir pun bisa menjadi penyihir dengan alat-alat di duniamu."

"Begitulah, walau kualitasnya tidak sehebat penyihir asli."

Tiba-tiba daun pintu di sebelah Likyter terbuka, itu adalah kamar Ayato dan ketiga gadis itu.

"Maaf membuat kalian menunggu," ucap Kurumi mengeluarkan sedikit kepalanya dari balik daun pintu untuk melihat mereka. "Silahkan masuk."

Likyter dan Ayato pun masuk. Sesampainya di dalam, mereka berdua bisa melihat keempat gadis itu sudah memakai piyama yang terlihat imut. Begitu juga dengan Elyna, dia memakai piyama berwarna putih.

"Apa terasa nyaman?" tanya Jessica.

"Walau sedikit sesak di bagian dada, tapi terasa nyaman. Terima kasih," balas Elyna.

Kurumi yang mendengar komentar itu, sedikit tersinggung dan rasanya hatinya tertusuk jarum kecil. "Mereka hanya gumpalan lemak saja... jangan terlalu dikhawatirkan..." gumam Kurumi.

"Likyter, apa kau dan Elyna pacaran?" tanya Jessica.

Elyna yang mendengar itu wajahnya langsung memerah, sedangkan Likyter biasa saja. "Kami tidak pacaran," balas Likyter biasa.

"I-Itu benar! Li-Liky sudah punya pacar, dan itu bukan aku!" sambung Elyna salah tingkah. "Ba-Bagaimana denganmu? Apa kau dan Ayato pacaran?" balas Elyna.

"E-Eh, i-itu..." Jessica tergagap.

"Tidak, kami tidak pacaran. Dia hanya rekanku," jawab Ayato biasa.

Jessica yang mendengar jawaban langsung dari Ayato tersebut, sedikit merasa sakit di dalam hati.

"Kalau begitu, apa kau sudah punya pacar?" lanjut Elyna.

Ketiga gadis, yaitu Jessica, Kurumi, dan Fiera memandang Ayato penuh dengan rasa penasaran. Bahkan mereka tidak berkedip agar tidak tertinggal momen jawaban dari Ayato.

"Tidak, aku tidak punya," jawab Ayato.

Ketiga gadis itu pun menghela napas lega, ketegangan mereka mulai menghilang.

"Lalu, apa ada perempuan yang kau suka~?" goda Elyna kembali.

Ketiga gadis itu kembali menegang, sambil menatap dengan serius ke arah Ayato.

"Ah, sekarang sudah malam. Sebaiknya kita tidur," ucap Likyter menghentikan Ayato yang hendak mengatakan sesuatu. "Besok kita harus mencari lagi informasinya."

"Be-Benar juga, se-sebaiknya kita tidur!" ucap Kurumi setuju.

"Hm, benar, ayo kita tidur!" sambung Jessica.

Keempat gadis itu tidur di atas ranjang, sedangkan Likyter dan Ayato tidur di lantai. Walau mereka berdua tidur di lantai, tapi mereka tertidur lebih nyenyak dibanding keempat gadis yang tidur di ranjang.

Keesokan harinya, di pagi hari. Jessica, Kurumi, dan Fiera mencari lagi informasinya. Sedangkan Likyter, Elyna, dan Ayato pergi ke tempat Ruya. Mereka akan menanyakan informasi yang mungkin saja sudah mereka dapatkan atau ada petunjuk yang mereka dapatkan tentang keberadaan naga yang diincar Likyter.

"Sayang sekali, kami tidak menemukan petunjuk sedikit pun," ucap Ruya.

"Yah, lagipula kalau hanya petunjuknya segitu, pasti akan sulit menemukan naga itu, bahkan petunjuknya lagi," tambah Imori.

"Ma-Maafkan aku..." ucap Likyter menyesal.

"Apakah di dunia ini, naga itu sangat langka?" tanya Elyna.

"Tidak, di dunia ini naga bukan hal yang langka," jawab Ruya.

"Pantas saja sulit sekali mendapatkan informasinya, kalau langka pasti itu akan menjadi hal yang baru dan mudah diingat oleh orang yang melihatnya."

"Sepertinya kita harus memperluas lagi pencariannya."

"Mungkin kita harus mencari di kota sebelah dan kota lainnya," tambah Yurumi.

"Ahhh, aku malas. Aku di kota ini saja, ya," keluh Kazuma.

"Kalau begitu, kita membutuhkan bantuan lagi. Iya, kan, Ayato-sama."

"... Baiklah, aku akan coba memintanya," balas Ayato paham maksud Ruya.

"Memangnya bantuan apa yang dia maksud?" bisik Likyter.

"Nanti kau akan tahu. Sebaiknya kita ke sana saja sekarang."

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan ruangan Ruya. Kemudian, mereka berjalan keluar akademi juga. Ayato memimpin perjalanan, Likyter dan Elyna mengikuti dari belakang. Tapi, karena ada sesuatu yang Elyna ingin tanyakan, jadi dia berjalan menyusul Ayato.

"Oh iya, Ayato. Apakah kemampuanmu itu sangat langka?" tanya Elyna berjalan di samping Ayato menyamakan irama langkahnya.

"Kemampuan apa?"

"Berubah menjadi naga atau makhluk sejenisnya?"

"Bisa dibilang langka."

"Ngomong-ngomong, kenapa kau berubah menjadi naga saat itu?" tanya Likyter yang sudah berjalan di samping Ayato. "Apa kau sedang mengadakan latihan dengan Fiera atau ada monster besar yang menyerang?"

Perlahan langkah Ayato melambat, sampai akhirnya terhenti. Tentu Likyter dan Elyna jadi ikut terhenti, lalu melihat ke arahnya dengan bingung. Walau wajah Ayato terlihat datar, tapi seperti memancarkan aura rasa bersalah sehingga wajah datarnya seperti ketakutan hal yang dia sembunyikan terungkap. Ditambah, Ayato tiba-tiba mengalihkan pandangannya.

"Woi, kenapa tiba-tiba kau mengalihkan pandanganya seperti baru teringat sesuatu yang seharusnya kau tidak lupakan," terang Likyter.

"I-Itu... yah... saat itu aku kebetulan sedang menundukkan kepala, lalu aku bisa melihat bayangan diriku tiba-tiba memanjang. Tapi tidak berlangsung lama. Kemudian, aku mendengar suara raungan yang keras. Karena kaget, aku langsung balik badan. Setelah aku berbalik, ternyata ada naga terbang di atasku..."

Likyter dan Elyna menukar pandangan setelah mendengar jawaban tanpa tatapan ke arah mereka dari Ayato, ditambah ada keringat dingin keluar dari kepalanya. Setelah beberapa saat saling memandang, Likyter dan Elyna kembali melihat ke arah Ayato.

"Hahhhh?!!"    

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top