JALAN SPESIAL CROSSOVER KEDUA (Lucifer DxD): Lucifer
Menurut laki-laki bersayap hitam putih, tadi mereka tiba-tiba diserang oleh orang berjubah yang memiliki sayap hitam putih. Lalu pertarungan pun terjadi sehingga memaksa mereka untuk mengaktifkan pelindung agar pertarungannya tidak mengakibatkan kekacauan dan orang awam terluka, itulah alasan kenapa langitnya menjadi merah. Namun baru beberapa saat bertarung, orang berjubah itu kabur.
"Kupikir kau lah orang berjubah itu, tapi ternyata hanya mirip saja..." ucap Likyter merasa bersalah.
"Setelah mendengar ceritamu, wajar saja kalau kau mengiraku adalah orang berjubah itu," ucap laki-laki bersayap hitam putih yang tidak mengeluarkan sayapnya.
Sekarang mereka sedang ada di ruang klub pustakawan. Walau tadi ada pertarungan yang hebat, tapi kondisi sekitar sekolah tidak berubah terutama belakang gedung sekolah. Hal itu karena saat Likyter bertarung dengan laki-laki bersayap hitam putih beserta teman-temannya ada sebuah penghalang. Penghalang ini seperti dimensi lain, itulah kenapa pada saat itu Likyter melihat langitnya berwarna merah.
Setelah Likyter meminta maaf, pertarungan pun dihentikan. Kemudian, laki-laki bersayap hitam putih mengajak Likyter dan Haru ke ruang klub pustakawan untuk bicara, tidak lupa juga beserta teman-temannya. Setelah di sana, penghalang pun dihilangkan dan pembicaraan pun terjadi. Likyter menceritakan alasannya dan Haru bisa berada di dunia ini, serta alasan menyerang laki-laki itu. Akhirnya kesalah pahaman pun terselesaikan dan semua penampilan laki-laki itu dan teman-temannya berubah menjadi seperti murid sekolah biasa.
"Oh iya, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Likyter. Lalu dia adalah Haru, temanku."
"Salam kenal," ucap Haru sambil membungkukkan badan untuk memberikan salam.
"Namaku Taiki Huda Lucifer," ucap laki-laki si sayap hitam putih.
"Xixixixi, namaku Sten Ardens Potter," ucap si penyihir tumbuhan.
"Namaku Edogawa Suzume," ucap gadis yang sebelumnya memegang pedang emas.
"Aku Kiseko Oki," ucap si gadis kelinci.
"Namaku Hanamura Osada," ucap laki-laki berkacamata bulat tebal yang sebelumnya adalah si makhluk besar.
"Na-Namaku Bella Sazier..." ucap perempuan berambut pirang sedikit gugup.
"Salam kenal semuanya. Sekali lagi aku minta maaf karena tiba-tiba menyerang kalian, terutama Kiseko dan Edogawa. Oh iya, ngomong-ngomong apakah perempuan itu juga salah satu party-mu?" Likyter menunjuk ke gadis berambut pirang.
"Aku tidak tahu apa itu party, tapi dia juga adalah salah satu keluargaku. Dia adalah Queen," balas Huda.
"Ehhh, apa maksudmu dengan Queen?"
Huda menjelaskan kalau di dunia ini terdapat malaikat jatuh, atau disebut datenshi. Mereka berencana untuk menguasai dunia dengan membunuh para iblis, manusia, dan malaikat. Lalu para keturunan iblis membuat sebuah evil piece untuk mencari anggota baru yang akan menjadi iblis. Susunannya seperti bidak catur, mulai dari tertinggi King dan Queen yang merupakan kepala keluarga dan wakil kepala keluarga atau pendamping kepala keluarga. Lalu ada Bishop, yaitu patih keluarga. Knight, yaitu kesatria dalam keluarga. Rook, yaitu bentengnya keluarga. Pawn, yaitu perajurit terdepannya keluarga.
Huda baru memiliki lima keluarga. Suzume Edogawa sebagai Knight. Kiseko Oki sebagai Rook. Sten Ardens Potter sebagai Bishop. Hanamura Osada sebagai Pawn. Lalu Bella Sazier sebagai Queen.
"Hehhh, jadi Bella itu bisa dibilang pasanganmu," ucap Likyter.
Mendengar itu, Bella langsung menundukkan kepala dengan pipi yang sangat memerah. Sedangkan Huda memalingkan wajahnya yang sedikit memerah sambil menggaruk belakang kepala yang tidak gatal dan tertawa kecil.
Di sisi lain, kedua gadis yaitu Suzume dan Oki langsung memasang wajah kesal ke arah Likyter dan memberikan kalimat protes bersamaan.
"Belum tentu seperti itu!"
"Eh, ah, maaf..."
"Likyter-san, kau benar-benar tidak peka," ucap Haru tiba-tiba sambil menggelang kepala.
"Eh, memangnya kenapa?! Aku salah, ya?"
"Xixixixi, ternyata dia bisa melakukan pertunjukan yang menarik juga," gumam Sten menikmati kejadian itu.
"Ehm. Jadi, apa yang akan kalian lakukan?" tanya Huda mengalihkan situasi. "Kalian belum bisa kembali ke dunia kalian, kan?"
"Begitulah. Kurasa butuh waktu agar teman kami menyadari adanya keganjalan yang terjadi di dunia ini. Apalagi kalau mereka sibuk melakukan tugas. Sepertinya, kita bantu mengatasi orang berjubah penirumu itu. Hitung-hitung sebagai permintaan maaf karena kesalah pahaman itu."
"Kalian yakin? Padahal kalian tidak perlu ikut terlibat dalam masalah ini, karena ini adalah masalah kami sebagai anggota iblis."
"Tidak masalah. Benar kan, Haru?"
"Hm," balas Haru sambil mengangguk.
"Baiklah, aku terima tawaran bantuan kalian. Mohon bantuannya, Likyter, Haru." Huda mengulurkan tangannya ke Likyter.
"Ya, kami juga mohon bantuannya." Likyter pun menjabat tangan Huda.
"Nah, sekarang kalian bisa istirahat di sini. Di ruangan itu ada kasur, jadi kalau mau tidur silahkan saja di sana atau mungkin duduk-duduk di sini sambil membaca buku," ucap Huda. "Sebentar lagi waktunya sekolah dimulai, kami harus kembali ke kelas. Saat jam istirahat, kami akan kembali lagi."
"Oke. Semoga sukses belajarnya."
Huda dan lainnya pun pergi menuju kelas, dengan cukup terburu-buru karena bel sekolah berbunyi. Di ruangan ini pun hanya tertinggal dua orang dari dunia lain, yaitu Likyter dan Haru. Mereka tidak mengatakan apa-apa atau hanya berdiri diam melihat ke arah pintu keluar.
"Ano... Likyter-san," panggil Haru memecahkan suasana.
"Hm?" tanggap Likyter, lalu melihat Haru.
"Ma-Maaf... aku tidak bisa membantumu saat itu... Aku hanya jadi beban untukmu..." lanjut Haru sambil menundukkan kepala karena merasa bersalah.
"Eh, kenapa tiba-tiba mengatakan itu? Aku tidak merasa kau jadi beban."
"Habisnya aku tidak bisa ikut bertarung, karena tongkatku tidak ada."
"Apa kau tidak bisa menggunakan sihir secara langsung?"
"Bisa, hanya saja aku tidak bisa mengendalikan jumlah Mana yang keluar sehingga sihirnya pasti tidak stabil. Selain itu, jumlah Mana yang ada dalam tubuhku tidak banyak, jadi aku kurang yakin apakah bisa mengeluarkan sihir atau tidak..."
Di dunia Likyter, penyihir memiliki dua cara untuk mengeluarkan sihirnya. Pertama, menggunakan sihir dengan Mana di dalam tubuhnya. Biasanya cara ini digunakan oleh penyihir yang memiliki kapasitas Mana yang banyak dan Petualang yang sesekali menggunakan sihir untuk memperkuat serangan. Kedua, menggunakan Mana dari alam dan ditambah sedikit Mana dalam tubuh sebagai pemicu pembuatan sihir.
Cara mengeluarkan Mana dalam tubuh atau mengendalikan Mana alam ada dua cara. Pertama, menggunakan pikiran dan tanpa perantara. Caranya bayangkan aliran Mana dalam tubuh atau alam mengalir ke tempat yang ditentukan, misal di atas telapak tangan. Lalu ubah Mana itu menjadi sihir yang diinginkan. Cara ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki bakat mengendalikan aliran Mana agar berada di titik tertentu, karena saat Mana dikeluarkan tanpa pengendalian aliran maka Mana-nya akan menyebar dan sihir pun gagal. Sedangkan cara kedua menggunakan perantara, seperti tongkat sihir untuk membantu pengendalian Mana agar teratur dan memiliki titik sihir itu harus dikeluarkan.
"Begitu... Yah, membantu bukan berarti harus dalam pertarungan saja, kan. Bisa saja membantu itu dengan memberikan semangat, memberikan pengarahan kepada orang yang harus dibawa pergi, dan lainnya," ujar Likyter.
Haru yang mendengar perkataan itu langsung mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Likyter. Ada sekumpulan air mata di kedua sisi matanya, walau begitu ekpresi yang diberikan bukanlah kesedihan melainkan ekpresi senang karena diberikan harapan agar bisa membantu.
"Ah, bisa juga kau membantuku dengan menjaga topiku." Likyter melepaskan topi koboinya dan memasangkannya ke kepala Haru.
"Hm, aku akan menjaganya dengan baik," balas Haru senang. "Aku juga akan membantu, apabila ada yang bisa aku lakukan!" lanjutnya dengan nada semangat.
"Baguslah kalau kau tidak bersedih lagi. Kalau begitu, sebaiknya sekarang kita istirahat."
"Sebaiknya Likyter-san saja. Pasti kau lelah karena pertarungan tadi. Mungkin sebaiknya kau tidur saja."
"Bagaimana denganmu?"
"Aku akan berjaga, mungkin saja tiba-tiba ada serangan dari monster atau mereka membutuhkan kita. Jadi, nanti aku bisa membangunkanmu."
"Baiklah kalau begitu. Bangunkan saja aku kalau ada apa-apa."
Likyter pun pergi ke ruangan lain, di sana ada kasur kecil tempat istirahat Huda dan lainnya kalau tidak ada kegiatan apa-apa selama di sekolah. Sedangkan Haru mengambil beberapa buku di rak, lalu duduk di kursi sambil membaca buku-buku itu.
***
Jam istirahat pun tiba. Seperti janji Huda, mereka kembali lagi ke ruang klub pustakawan. Namun ada tambahan, dua orang tambahan tepatnya. Satu orang laki-laki berambut merah dan satu orang perempuan berambut panjang. Menurut Huda, mereka adalah teman masa kecilnya dan iblis dari 72 klan iblis.
"Namaku Lili Scarlet Beelzebub," ucap si perempuan memperkenalkan diri. "Salam kenal," lanjutnya dengan nada ramah.
"Aku Hito Lambordge Phenex," ucap si laki-laki memperkenalkan diri.
"Aku Likyter, dan dia Haru," balas Likyter, lalu menunjuk Haru yang duduk di sampingnya.
"Aku dengar dari Huda kalau kalian berasal dari dunia lain, benar?" tanya Hito.
Belum Likyter mengucapkan jawabannya, tiba-tiba terdengar suara 'kruukkk' cukup keras. Spontan dia, beserta seluruh orang melihat ke arah sumber suara itu, tepatnya Haru yang langsung menundukkan kepalanya yang sudah merah karena malu sambil memegang perutnya.
"Huda, bolehkan aku meminta tolong kepada Edogawa, Kosaki, dan Bella agar mencarikan Haru makanan?" pinta Likyter. "Oh iya, aku pinjam uangmu dulu, nanti aku ganti."
"Ah, tentu saja," jawab Huda. "Kalian, dengar, kan?" tanyanya ke ketiga gadis yang disebut Likyter.
"Tentu saja. Ayo, Haru-chan," ajak Bella.
Haru dan ketiga gadis itu pun pergi ke luar, menuju kantin sekolah untuk membeli makanan. Suasana pun kembali menjadi serius setelah pintu ruangan tertutup.
"Iya," jawab Likyter untuk pertanyaan Hito tadi.
"Lalu, apa tujuan kalian datang kemari, ke dunia kami?" lanjut Hito.
"Tidak ada tujuan khusus, ini hanya kecelakaan saja. Teman kami mencoba menggunakan sihir teleport, secara tidak sengaja malah kami yang terkirim ke dunianya. Lalu, dia mencoba mengirim kami kembali dengan sihirnya, tapi malah ke dunia ini."
"Cukup menarik..."
"Huda, kamu mendapatkan orang yang menarik juga," ucap Lili tiba-tiba.
"Entah ini nasib buruk atau tidak," balas Huda.
"Kau cukup jahat juga menganggap kedatangan kami sebagai nasib buruk. Tapi, setelah dipikir ulang, memang kedatangan kami bisa dibilang nasib buruk, sih."
"Kenapa kau tiba-tiba setuju dengan pendapat itu?" tanya Hito penasaran.
"Habisnya, dengan kedatangan kami, maka keseimbangan dunia ini akan terganggu. Celah dimensi ruang dan waktu antara dunia kita bisa saling bertubrukan, jadi ada kemungkinan kedua dunia kita akan hancur atau salah satu dunia kita akan hancur."
Seketika semua orang yang ada di ruangan terdiam mendengar kalimat Likyter itu. Mereka mencoba sebaik mungkin mencerna kalimat yang mengejutkan itu dengan baik. Merasa tidak percaya, Huda pun melontarkan pertanyaan.
"A-Apa maksudmu, Likyter?"
"Seperti yang kukatakan tadi. Dengan kedatangan kami yang memiliki prinsip kehidupan yang berbeda dengan dunia ini, maka otomatis keseimbangan dunia ini akan terganggu karena harus menyesuaikan. Jadi, ada kemungkinan celah dimensi antara dunia ini dan duniaku akan terbuka agar bisa menyesuaikan prinsip dua kehidupan. Begitulah ya-"
Kalimat Likyter terpotong karena tiba-tiba ada suara ribut di luar. Semua yang ada di ruangan spontan ke luar dan melihat jendela. Dapat dilihat, ada beberapa monster yang hanya memiliki kepala besar dan wajahnya seperti topeng kayu yang menyeramkan dengan kedua tangan merupakan sabit. Jumlah mereka ada dua.
"Ahhh... kenapa dari semua monster yang kuketahui, yang datang harus mereka?" keluh Likyter.
"Kau tahu monster itu?" tanya Huda.
"Tahu. Penjelasannya nanti saja, kita harus mengalahkan mereka!"
Likyter membuka jendela dan langsung meloncat ke luar. Lalu, Huda dan lainnya juga mengikuti.
Tiba-tiba, langit menjadi merah. Ini bertanda penghalang yang dimaksud Huda telah diaktifkan. Buktinya juga murid-murid yang ada di sekitar sekarang menghilang entah ke mana.
"Huda, mereka adalah Masat. Mereka hanya dapat dikalahkan dengan disegel atau dimakan oleh kegelapanku. Tapi, sihir bisa memberikan luka yang cukup. Jadi, bantu aku dengan membuat mereka terluka. Lalu, aku akan mengurus sisanya," ujar Likyter. "Oh iya, mereka bisa tiba-tiba menghilang dan sering kali muncul di belakang untuk meluncurkan serangan."
"Sten, bantu aku!" perintah Huda.
"Oke!"
Huda dan Sten pun maju ke masing-masing satu Masat. Menyadari mereka sedang dihampiri, kedua Masat itu mengalihkan pandangan ke arah Huda dan Sten. Lalu, mereka terbang menuju mereka.
Huda mengeluarkan pedang dan mengayunkannya secara horizontal saat Masat yang dihampirinya hampir dekat. Namun, tiba-tiba Masat itu menghilang sehingga ayunan pedang Huda hanya menebas udara. Lalu, dari belakang Huda, Masat sudah siap untuk mengayunkan kedua tangan sabitnya. Berkat peringata Likyter, Huda mengetahui itu dan langsung meloncat menjauh sambil memutar badan agar menghadap Masat. Lalu dia mengeluarkan busur cahaya dan menembakkan beberapa anak panah cahaya, saat masih melayang menjauh. Semua panah cahaya itu berhasil mengenai Masat sehingga membuatnya mendapatkan luka yang cukup parah dan diam di tempat karena kelelahan.
Sten menghentikan langkahnya dan Masat masih terus melayang ke arahnnya. Dia mengarahkan tongkat sihirnya ke depan, lalu bola api tercipta di depan tongkat. Setelah cukup besar, bola api itu ditembakkan. Masat itu pun menghilang agar terhindar dari bola api itu. Dari belakang Sten, Masat sudah muncul dan siap mengayunkan kedua tangan sabitnya. Sten tetap diam di tempat, tidak bergerak untuk menghindar atau memperlihatkan gerakkan menahan serangan itu. Tapi, beberapa tumbuhan melilit seluruh tubuh Masat itu sehingga serangan tidak bisa diluncurkan.
Likyter pun berlari ke arah kedua Masat itu, setelah melihat Huda dan Sten sudah menyelesaikan tugasnya. Kemudian, dua tangan kegelapan besar muncul di punggung Likyter dan mencengkram Masat dengan kuat sekali. Proses pemakanan pun berjalan.
Tapi Likyter tidak bisa berdiri diam untuk menunggu proses pemakanan selesai, karena tiba-tiba ada beberapa peluru melesat ke arahnya. Berkat itu, Likyter terpaksa meloncat jauh ke atas, lalu memutar balik agar bisa melihat pelaku yang menembakkan peluru itu.
"Jadi, Lili, kenapa kau menembakku? Ah, atau sebenarnya kau ingin menembak monster itu tapi meleset sehingga terarah kepadaku."
Lili menurunkan senjata paras api berukuran besar yang awalnya diarahkan ke arah Likyter. "Tentu saja aku bermaksud untuk membunuhmu," jawabnya dengan nada datar serius.
"Sepertinya memang terbukti kedatanganmu mengancam dunia ini. Maka dari itu, Likyter, kami harus membunuhmu agar dunia ini tidak hancur!" ujar Hito, lalu memasang kuda-kuda siap menyerang dengan pedang merah di tangan.
"Itu memang benar, tapi kemungkinan itu masih lama terjadinya. Jadi... Hei, Huda, bilang kepadanya agar tidak menyerangku."
Huda tidak mengatakan apa-apa untuk memberikan respon. Dia hanya berdiri diam menatap Likyter dengan was-was. Begitu juga dengan Sten. Dia sudah siap mengeluarkan sihirnya kapan saja kepada Likyter.
"Jadi sekarang aku berperan jadi penjahat, ya..." gumam Likyter pasrah. "Apakah keadaan ini bisa menjadi buruk?"
"Phenex-sama!"
Mendengar panggilan itu, Likyter mengalihkan pandangannya kembali ke Hito dan Lili. Dapat dilihat beberapa orang berdatangan menghampiri mereka.
"Maaf kami datang terlambat," ucap perempuan berambut perak.
"Tidak masalah," balas Hito.
"Apa pria itu adalah datenshi?" tanya perempuan berpakaian gothic.
"Bukan. Tapi dia musuh yang berbahaya, ancamannya dapat menghancurkan dunia ini. Semuanya, bantu aku kalahkan dia!"
"Ahhh... ternyata bisa memburuk... Seharusnya aku tidak mengucapkan kalimat pertanyaan itu..." keluh Likyter.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top