JALAN SPESIAL CROSSOVER KEDUA (Broken Disaster): AEGISIA

Sekarang Likyter, Veronica, Rain, Aegisia, dan Laevateinnia sedang di tempat makan penginapan. Mereka sedang menunggu datangnya makan siang pesanan mereka dan akan mendiskusikan persoalan musuh Likyter.

"Jadi, apa kau menemukan infonya, Rain?" tanya Likyter.

"Tidak. Bagaimana denganmu?" tanya balik Rain dengan nada datar.

"Sama sepertimu. Kalau kalian, Sia, Nia?"

Kedua gadis itu langsung menatap dengan penuh kebencian ke arah Likyter, bahkan aura gelap mereka pancarkan. Hal itu membuat Likyter merinding.

"Kau tidak berhak memanggil kami seperti itu," terang Sia datar dan mengerikan.

"Hanya Rain yang boleh memanggil kami seperti itu," tambah Nia dengan nada lembut namun sama mengerikannya.

"Ma-Maaf... Eto... Ae...Aesia."

"Aegisia," ucap Sia membenarkan dengan nada datar, tapi terkesan kesal.

"Baiklah, maaf, Agisa dan... Laeteina."

"La-e-va-te-in-ni-a," kesal Nia.

"Laevania dan Agisa."

"Laevateinnia!"

"Aku Aegisia, bukan Agisa."

"Sudahlah, jangan memaksa dia. Nanti juga dia bisa menyebut nama kalian dengan benar," cegah Rain menghentikan kekesalan kedua gadisnya. "Mereka juga tidak menemukan petunjuk sedikit pun."

"Begitu, ya... Ah, sebaiknya aku menyelesaikan saja quest, hitung-hitung untuk mengganti uang kalian."

"Quest? Apa maksudmu Permintaan? Tidak bisa, karena kalian berdua tidak terdaftar menjadi Pengembara," ucap Sia.

"Hanya Pengembara yang sudah terdaftar yang boleh melakukan Permintaan," sambung Nia.

"Kalau begitu, sebaiknya aku dan Veronica daftar menjadi Pengembara di sini."

"Jangan, karena pendaftarannya mengharuskan kalian memberikan darah untuk pendataan. Selain itu, aliran sihir kalian akan diperiksa. Kalau mereka tahu aliran sihir kalian berbeda dari yang lain, maka kalian akan dicurigai sebagai pengikut raja iblis atau malah raja iblis," balas Nia.

"Selain itu, kalau itu terjadi, maka kami yang pernah dilihat dekat dengamu akan ikut dicurigai sebagai komplotan iblis," tambah Sia.

"Oh, bagaimana kalau begini. Kalian yang menerima Permintaannya, lalu kami yang mengerjakannya, bisa?"

"Bisa saja," jawab Rain singkat.

"Kalau begitu, tolong carikan Permintaan untuk kami. Kalau bisa Permintaan mencari kucing atau hewan yang kemungkinan dicari di kota, agar kami bisa sekaligus mencari informasi musuhku."

"Jangan seenaknya memerintah Rain!" kesal Sia.

"Rain sudah bersedia mau mengambil Permintaan untukmu, tapi malah banyak minta," sambung Nia.

(Mereka benar-benar mengerikan. Sebesar itukah rasa sayang mereka kepada Rain?) ucap Likyter dalam hati.

Veronica tiba-tiba berdiri, membuat mereka menjadi melihat ke arah dia. "Aku mohon, tolong carikan Permintaan sesuai keinginan Tuan. Aku tahu tuanku ini suka seenaknya, tapi aku harap kalian memakluminya. Tuan melakukan ini untuk menghilangkan rasa tidak enakku karena merepotkan kalian dan ingin segera menyelamatkan dunia ini."

"Ayo, Sia, Nia. Kalian juga bantu aku mencari Permintaannya," ucap Rain sambil berdiri.

Mereka bertiga pun pergi mencari Permintaan sesuai yang diminta Likyter. Tidak ada kalimat protes atau kasar dari kedua gadis itu, seperti mereka menerima permintaan Likyter dengan senang hati. Bersamaan itu, Veronica duduk kembali.

"Terima kasih, Veronica." Likyter mengusap kepala Veronica dengan lembut. "Maaf merepotkanmu."

"Aku tidak masalah, itu sudah menjadi tugasku. Aku kan pelayan Tuan," jawab Veronica sambil menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajah malu senangnya.

***

Likyter dan Veronica bertanya ke setiap orang-orang yang ditemui, tentang keberadaan kerabatnya yang tiba-tiba kabur, walau sebenarnya yang mereka cari adalah musuh lama Likyter. Selain itu, mereka juga sekaligus menyelesaikan Permintaan, yaitu mencari kucing berbulu jingga-putih.

"Meow~ Meow~" ngeong Veronica sambil memperagakan gerakan tangan kucing.

"A-Apa yang sedang kau lakukan, Veronica?" bingung Likyter.

"Aku dengar cara terbaik untuk menemukan kucing adalah dengan menjadi mereka. Jadi, aku memanggil mereka dengan mengeong," jawab Veronica. "Meow~ Meow~"

Veronica menggerakkan tangan kucingnya sambil berjalan sedikit membungkukkan badan menirukan kucing. Berkat itu, Veronica menjadi pusat perhatian beberapa orang yang lewat. Mungkin saja kalau ada para lolicon, mereka langsung mengabadikan tingkah Veronica, apalagi pakaiannya terbilang seksi dan menggoda. Walau begitu, Veronica tidak mempedulikannya dan terus saja mengeong.

Likyter pun ikut-ikuttan memperhatikan tingkah Veronica sambil mengikutinya dari belakang. Matanya tidak teralihkan dari setiap tubuh Veronica, apalagi saat Veronica harus membungkukkan badan menirukan kucing.

Perlahan, sosok Veronica berubah menjadi gadis yang lebih tinggi dengan rambut coklat pendek. Likyter langsung terkejut setelah melihat sosok gadis yang seharusnya Veronica malah menjadi Mio yang memakai kostum kucing yang seksi memperlihatkan perut dan kemulusan seluruh kakinya, ditambah bondu telinga kucing di kepala.

Mio pun berjalan mendekati Likyter dengan merangkak ala jalan kucing, hal itu membuat Likyter diam membatu dengan jantung berdetak kencang dan perasaan tegang. Setelah sampai cukup dekat di depan Likyter, Mio mengangkat kepalanya untuk memperlihatkan wajah imut kucingnya ke Likyter.

"Tolong rawat aku dengan lembut, Liky-nyaaan~"

Langsung saja Likyter menepuk keras kedua pipinya untuk menyadarkannya, karena Likyter tahu dirinya sekarang berada di dunia imajinasi liarnya. Walau sebenarnya dia tidak ingin pergi dan 'merawat' Mio dengan lembut atau melihat penampilan Mio lebih lama.

"Tuan, aku sudah mendapatkan kucingnya."

"Eh?"

Likyter langsung melihat sekitar, dia melihat di depannya ada rumah besar yang terbengkalai dan dirinya berada di halaman dengan rumput liar yang tumbuh besar tersebar luas. Lalu, Likyter kembali melihat ke arah Veronica yang sedang memegang kucing berbulu jingga-putih, berada di sampingnya.

"Lihat, kan, caraku sangat efektif."

"Iya, benar sekali... Ngomong-ngomong, kenapa kita ada di sini, Veronica?"

"Hm, kenapa Tuan menanyakan itu? Tentu saja karena mencari kucing ini."

"A-Aku tahu, tapi sejak kapan kita ada di sini? Bukankah tadi kita ada di sekitar kota."

"Tentu saja kita baru di sini. Bukankah sedari tadi Tuan mengikutiku? Apa Tuan tidak ingat?" heran Veronica. "Oh iya, apakah Tuan mendapatkan info soal musuh Tuan selama perjalanan menuju ke sini?"

"Eh, ah... Sebaiknya kita segera berikan kucing itu ke Rain, sebelum kabur lagi."

"Baiklah." Veronica mengangguk setuju dan memegang baik-baik kucing itu agar tidak terlepas.

Kemudian mereka keluar dari halaman rumah. Tapi, sebelum melewati pagar abu gelap, Likyter melihat kembali rumah tua itu. Dia merasakan ada yang aneh di dalam rumah itu. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena Likyter harus cepat-cepat memberikan kucing itu ke Rain.

***

Malam hari pun tiba, tapi mereka semua belum mendapatkan informasi sedikit pun tentang keberadaan Teriot, bahkan tidak ada satu pun orang yang melihatnya berwujud terang-terangan atau orang yang memakai pakaian yang mencurigakan. Sekarang mereka semua sudah di kamar masing-masing.

"Masih belum dapat juga... Dia hebat juga bisa bergerak di dunia orang lain tanpa ada yang curiga," keluh Likyter. "Apa dia punya kekuatan baru, yaitu menghilangkan wujudnya?"

"Ngomong-ngomong, musuhmu memiliki kemampuan apa saja?" tanya Rain memotong keluhan Likyter.

"Dia bisa mengeluarkan aura kegelapan dan membentuknya sesuai keinginannya. Mudahnya seperti pengendali kegelapan. Tapi, karena musuh-musuh lamaku yang dibangkitkan selalu mendapatkan kekuatan baru, sepertinya ada kemampuan baru yang dimilikinya," terang Likyter. "Oh iya, Rain. Sebenarnya hubungan kau dengan mereka berdua itu apa? Rasanya kalian bukanlah kerabat, malah lebih mirip seperti majikan dan pelayan."

"Kau ini ternyata mudah sekali menceritakan masalahmu kepada orang asing. Terlebih orang asing dari dunia lain," ucap Rain mengalihkan.

"Yah, instingku mengatakan kalau kalian orang yang cocok dimintai bantuan untuk masalah ini. Sebenarnya aku tidak ingin melibatkan kalian, tepatnya orang-orang yang terpaksa bisa mendapatkan dampak akibat musuh-musuhku yang seenaknya mengunjungi dunia lain. Tapi, kalau tidak begitu, maka masalahnya akan lama selesainya dan dunia akan keburu hancur."

"Apa kau tidak memikirkan kemungkinan kami atau orang dunia lain yang sebelumnya kau libatkan adalah orang jahat? Bisa saja mereka malah memanfaatkan keadaan kalian tanpa kalian sadari."

"Aku ini sudah menemukan banyak jenis orang, bahkan dari dunia lain. Jadi, instingku bisa memilah mana orang yang baik dan bukan, walau hanya baru pertama kali bertemu."

"Kau pria yang aneh."

"Itu berlaku untukmu yang menolong kami dengan berkedok seperti seorang lolicon dan alasan ingin membantu saja."

Rain langsung menarik selimut dan tidur, seperti tidak mendengar kalimat Likyter atau sengaja mengabaikan. Kemudian, Likyter pun ikut tidur, mengabaikan dirinya diabaikan.

Sementara itu, di kamar para perempuan. Sia, Nia, dan Veronica masih belum tidur. Mereka sedang berbincang-bincang, untuk menghibur suasana yang sepi.

"Hei, Veronica," panggil Nia. "Sudah berapa lama kau menjadi pelayan Likyter?" tanya Nia dengan semangat karena penasaran.

"Aku... tidak tahu... Tapi, aku akan selamanya menjadi pelayan Tuan Likyter," balas Veronica.

"Kyaaa, kau imut sekali~" Nia langsung memeluk Veronica dari samping seperti memeluk boneka yang besar. "Jadilah adikku~"

"Hei, Nia, kau tidak boleh memeluk seseorang tanpa izin dan memutuskan menjadi adikmu. Itu tidak sopan sekali," protes Sia.

"Kalau begitu, kau lepaskan pelukanmu dari Veronica!"

Sia tidak melepaskan sedikit pun pelukannya, malah pipinya ditempelkan ke pipi Veronica. "Habisnya dia imut sekali," ucap Sia.

"Ahhh, aku juga mau~" Nia pun ikut menempelkan pipinya ke pipi Veronica.

Veronica yang mendapatkan perlakuan seperti boneka beruang besar yang dipeluk dua gadis hanya memasang wajah datarnya, namun ada perasaan sedih di baliknya. Orang pertama yang menyadari perasaan itu adalah Sia. Dia langsung melepaskan pipinya, namun masih memeluk Veronica. Lalu melihat Veronica dengan perasaan simpati, walau wajahnya terpasang wajah datar.

"Kau kenapa, Veronica?" tanya Sia.

"Aku... selalu ditolong dan merepotkan Tuan. Aku tidak tahu caranya untuk membalas semua kebaikannya..."

Nia pun melakukan hal yang sama dengan Sia. "Tenang saja, aku akan membantumu untuk mencari jawabannya. Jadi, jangan bersedih lagi."

"Tapi... kalau aku berhasil membalas budinya, maka aku akan menghilang..."

"Apa maksudmu?" tanya mereka bersamaan.

Veronica pun menceritakan tentang dirinya. Nia dan Sia yang mendengarnya, langsung perlahan melepaskan pelukannya karena menghayati setiap kalimat yang diucapkan Veronica. Sampai-sampai setelah selesai Veronica bercerita, rasa simpati mereka semakin tinggi.

"Tenang saja, Veronica. Kau pasti akan menemukan solusinya. Kami akan membantu," ucap Nia sambil memeluk kembali Veronica.

"Jadi jangan bersedih lagi, Veronica," tambah Sia sambil memeluk kembali Veronica.

"Terima kasih, Aegisia, Laevateinnia."

"Oh iya, Veronica." Nia melepaskan pelukannya. "Kenapa kau mau menceritakan hal seperti itu kepada kami? Kami ini orang asing, loh."

"Benar sekali, padahal itu hal yang sangat rahasia," sambung Sia sambil melepaskan pelukannya.

"Tuan Likyter mempercayai kalian, bahkan sampai menceritakan masalahnya. Maka aku sebagai pelayannya juga harus mengikuti keputusan tuannya. Selain itu, aku merasa nyaman dengan kalian, seperti bersama dengan teman-temanku."

Sia dan Nia saling bertukar pandangan, lalu melihat kembali ke Veronica.

"Kalau begitu, ayo kita tidur. Aku ingin segera tidur denganmu, Veronica."

"Jangan main memutuskan sendiri, biarkan Veronica yang memilih dengan siapa dia tidur atau tidur sendiri."

"Kalau begitu, kau jangan memeluk dia lagi!"

Akhirnya mereka berdua pun tidur bersama Veronica, sambil memeluknya layaknya memeluk bantal guling. Untungnya Veronica tidak mempermasalahkannya, jadi mereka semua bisa tidur dengan nyenyak.

Keesokan harinya, di pagi hari. Likyter dan Veronica memasuki hutan, menuju tempat Rain berada. Mereka ke sana atas permintaan Rain, dan tanpa berpikir panjang mereka menerimanya. Setelah sampai di tempat yang dimaksud, Rain dan kedua gadisnya sudah berdiri menunggu Likyter dan Veronica.

"Apa pembicaraan ini sangat rahasia, Rain? Sampai dipanggil sejauh ini," tanya Likyter.

"Tidak, bukan karena itu," jawab Rain simpel.

"Kalau begitu, kenapa kami dipanggil ke sini?"

"Sia, Nia..." Rain mengangkat tangan kanannya ke depan, sambil menunjuk ke arah tempat Likyter dan Veronica berdiri. "Lawan mereka."

"Apapun perintahmu, Rain," jawab Sia.

"Baik, Rain," jawab Nia.

Sia dan Nia langsung mencabut senjata masing-masing. Sia dengan pedang dua tangannya dan Nia dengan sabit besar, bersiap untuk menyerang. Likyter dan Veronica terkejut melihat keseriusan yang dipancarkan oleh mereka semua. Mereka tidak menyangka kalau ketiga orang yang sudah dipercayinya malah berbalik mengkhianati.

"Kenapa malah jadi begini...?" gumam Likyter.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top