JALAN S2 PERTAMA: BERTARUNG BERSAMA

Likyter sekarang berada di sebuah ruangan seperti kamar tidur, bersama dengan gadis kecil dengan iris mata putih bening. Mereka berdua sedang memainkan catur, Likyter yang putih sedangkan gadis itu yang hitam. Dari keadaan, posisi yang sedang terdesak adalah gadis itu. Buktinya, pion raja gadis itu terkepung tidak bisa dipindahkan untuk diselamatkan.

"Ahhh, aku kalah lagi..." keluh gadis itu. "Likyter memang hebat~" lanjutnya dengan nada riang.

"Sebenarnya kau itu sengaja kalah, ya?" balas Likyter.

"Te-Tentu saja tidak, aku sudah berjuang dengan semua kemapuanku~"

"Iya-iya." Likyter pun mengusap kepala gadis kecil itu. "Karena kau kalah lagi, kau harus menjalani hukuman dariku."

"Hu-Hukuman lagi?"

"Iya. Kali ini hukumannya adalah memijat bahuku, sampai aku bilang cukup."

"Baik~" Gadis itu pun berjalan menuju belakang Likyter, kemudian memijat bahu Likyter dengan lembut. "Bagaimana, apakah enak~?" tanyanya dengan nada riang.

"Enak, kau memang hebat."

"Heheheh~" Gadis itu terus memijat bahu Likyter.

"Baiklah, cukup." Gadis itu menghentikan memijat Likyter. "Sepertinya, sekarang aku harus bangun. Maaf, aku tidak bisa menemaimu lama-lama."

"Tak apa, Likyter~" Gadis itu berlari dengan riang menuju tempat duduknya tadi, di depan Likyter. "Lagipula ada hal yang harus kalian selesaikan, kan?" ucapnya yang kali ini dengan nada serius seperti wanita dewasa.

"Begitulah. Ternyata selama ini mereka tidak terdengar lagi agar mengelabui kita."

"Lalu, apa rencanamu?"

"Aku akan pergi menemui mereka."

"Mereka...? Oh, maksudmu teman-teman party-mu dulu?"

"Iya. Mungkin sedikit merepotkan, tapi mau-tak mau aku harus merepotkan mereka... setelah apa yang terjadi..." Likyter menudukkan kepala, terlihat seperti sedih.

"Sebaiknya Likyter segera bangun, mereka pasti menunggumu. Khususnya, pacarmu yang manis itu~"

"A... I-Itu... kau benar juga..." Kali ini raut wajah Likyter malu-malu, ditambah pipi merona merah.

"Sampai jumpa, Likyter."

"Yah, sampai jumpa."

***

Perlahan Likyter membuka kelopak matanya. Bukan langit-langit kamar, melainkan sebuah wajah cantik dengan iris mata biru cerah yang dilihat oleh Likyter. Kecantikan wajah gadis itu semakin bertambah setelah sebuah senyuman diberikan kepada Likyter.

"Selamat pagi, Liky-kun."

"Pa-Pagi... Mio..." jawab Likyter terpesona.

Mio menjauhkan wajahnya. "Apa tidurmu nyenyak, Liky-kun?"

Likyter perlahan membangunkan tubuhnya, wajahnya merona memerah. "Nye-Nyenyak... Bagaimana denganmu?"

"Aku pun sama. Bahkan... tadi malam aku memimpikan Liky-kun."

"Eh, memimpikan aku?! Mimpi seperti apa?!" kaget Likyter salting.

"Rahasia~ Hihihihi."

Likyter semakin terpesona dengan kecantikan Mio, saat melihat tawa kecil Mio. "Ehm, kalau begitu sebaiknya kita segera ke bawah. Mereka pasti menunggu kita."

Setelah Mio mengangguk setuju, mereka berdua langsung keluar dari kamar, menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan, kelima gadis party Likyter sudah duduk menunggu kedatangan mereka.

"Akhirnya datang juga kedua pasangan baru~" ucap Elyna menggoda.

"Berhentilah memanggil kami seperti itu," protes Likyter. "Itu memalukan."

"Tapi kalian memang pasangan, kan?" ucap Vanili.

Likyter tidak berkata apa-apa lagi, karena dia malu dan wajahnya memerah. Begitu juga dengan Mio. Saat masih malu-malu, mereka pun duduk bersebelahan. Melihat itu, mereka berempat jadi senyum-senyum melihat tingkah lucu mereka berdua. Sedangkan Veronica tersenyum kecil.

"Dasar kalian, baru dikatain begitu sudah malu-malu. Apalagi nanti kalau kalian sudah menikah, mungkin bisa-bisa mati malu," ucap Tiana.

"Sudahlah, Tiana-san," sela Haru karena melihat wajah Likyter dan Mio semakin memerah. "Jangan membuat mereka semakin panas."

"Benar, jangan terlalu menggoda Tuan Likyter dan Nona Mio," tambah Veronica.

"Iya-iya, aku minta maaf."

Kemudian hidangan sarapan mereka yang dibawa oleh pelayan datang. Lalu pelayan itu menyimpan semua hidangannya di atas meja mereka. Langsung saja mereka memakan hidangan sarapan masing-masing.

Setelah beberapa saat, mereka pun selesai sarapan. Lalu, Likyter pun berdiri dan melihat ke semuanya secara bergelirian, dengan ekpresi serius.

"Mungkin ini terlambat, tapi aku ingin memastikan sesuatu," ucap Likyter berhasil menarik perhatian mereka. "Apa kalian yakin ingin membantuku untuk melawan organisasi Megafan?"

"Kupikir apa, ternyata masalah itu," ucap Tiana. "Aku ada di sini saja sudah menjadi jawabannya."

"Tentu saja aku akan ikut, petualanganku tidak ingin berakhir sampai di sini," jawab Vanili.

"Aku akan selalu berada di sisi Tuan," jawab Veronica.

"Tentu saja aku akan ikut~" jawab Elyna.

"Likyter-san, walau aku tidak banyak membantu, tapi aku ingin membantumu," jawab Haru.

"Aku akan selalu bersamamu, Liky-kun," jawab Mio.

"Mereka bukanlah musuh sembarangan, karena mereka dibangkitkan kembali dan diberi kekuatan baru. Aku bukannya meremehkan kekuatan kalian, tapi dengan kekuatan kalian yang sekarang kurasa masih belum cukup. Apa kalian masih ingin ikut?"

Semuanya menundukkan kepala, mereka merenungin dengan apa yang sudah terjadi. Mengingat mereka menghadapi tiga di antara mereka saja sudah kewalahan, itu pun ketiganya yang disebut paling lemah di antara anggota Megafan. Apalagi yang terkuatnya, terutama boss dan kedua orang yang dikenal berhasil mengalahkan naga sendirian.

Tapi, mereka tidak lama dengan renungan akan kelemahan mereka. Jadi, mereka mengangkat kembali kepala mereka dan memasang wajah serius yang diarahkan kepada Likyter.

Likyter yang melihat itu langsung tersenyum senang. Walau tidak ada satu patah pun dari mereka, tapi Likyter paham akan arti ekpresi yang mereka tunjukkan.

"Baiklah, aku terima tekad kalian. Maka dari itu, agar kalian bertambah kuat, aku sudah menyiapkan rencana untuk kalian. Tapi sebelum rencana itu dijalankan, aku ingin bertarung bersama kalian untuk menyelesaikan quest ini."

Likyter menyimpan poster quest yang diambil kemarin di papan quest-quest, ke atas meja. Mereka semua langsung melihat poster quest. Isinya permintaan untuk mengalahkan monster tingkat A bernama Koil. Monster ini berwujud manusia setengah badan dari kepala hingga pinggang tanpa kulit, ukurannya besar, panjang kedua lengannya kira-kira satu meter, mata besar mengerikan, gigi besar-besar, rambut hitam panjang, dan dua tanduk iblis besar. Monster ini merupakan boss penguasa dungeon.

"Dari info yang kudapat, semua monster di dungeon itu sudah dimusnahkan, hanya menyisakan boss ini. Jadi, kita tidak perlu khawatir dihadang monster-monster lain dan bisa fokus mengalahkan boss ini."

"Apa saja kemampuan monster itu?" tanya Vanili.

"Tidak tahu, aku tidak menanyakannya."

"Kenapa malah tidak ditanyakan?!" kesal Tiana. "Kita tidak bisa membuat strategi kalau tidak tahu kemampuan musuh."

"Bukankah itu bagus? Jadi kita bisa mempelajari kemampuannya saat bertarung sekaligus meningkatkan kemampuan berpikir kita. Selain itu, dengan begitu kita bisa melatih kerja sama kita secara bervariasi."

"Waahhh, Liky memang hebat~" puji Elyna.

"Tuan memang benar-benar kuat," tambah Veronica.

"Itu bukan sesuatu yang pantas dipuji, karena itu sama saja mencari mati," protes Tiana.

"Tapi, kurasa itu tidak buruk juga. Karena itu bisa melatih kemampuan kita di saat bertemu monster yang tidak ketahui, supaya kita tidak panik dan bisa berpikir dengan jernih," pendapat Vanili.

"Ya-Yah... aku kan tidak mengatakan itu ide yang buruk, jadi aku setuju saja," malu Tiana.

"Kalau begitu, kita segera bersiap-siap!"

***

Di tempat yang sangat jauh sekali dari kota Futi, terdapat sebuah Dungeon. Dungeon ini tempatnya gelap, mengerikan, dan dipenuh oleh tulang-tulang yang berserakan di pinggir-pinggir setepak jalan. Di tempat inilah Likyter beserta party-nya akan melaksanakan quest.

"Untung saja kita punya Botel, kalau tidak kita sampai ke Dungeon ini setelah tiga hari," ucap Likyter.

"Kenapa kau tidak bilang kalau Dungeon-nya seperti ini?!" kesal Vanili yang ada di sampingnya.

"Yah, aku juga tidak tahu kalau Dungeon-nya seperti ini."

"Kalau begitu jangan memasang wajah tidak bersalah sambil bersiul!" kesal Tiana yang ada di samping Vanili.

"Iya-iya, aku minta maaf. Kalau aku bilang, kalian pasti tidak ingin ke sini karena takut."

"Kami tidak takut!" protes Vanili dan Tiana dengan kaki bergetar.

"Haru, keluarkan beberapa bola cahaya untuk menemani perjalanan kita."

"Baik." Haru pun mengeluarkan sihir cahaya, beberapa bola cahaya pun berterbangan di sekeliling mereka.

"Kalau begitu, ayo kita pergi!"

Mereka pun berjalan ke depan. Selama di perjalanan, mereka tidak bertemu satu pun monster yang menghalangi jalan mereka, sepertinya memang benar soal seluruh monster di Dungeon ini sudah dihabisi. Jadi, mereka bisa sampai di depan gerbang besar terbuat dari batu yang dipenuhi oleh tulisan kuno.

"Kalian siap?" tanya Likyter sambil menempelkan kedua telapak tangan ke gerbang.

Mereka semua langsung mengeluarkan senjata masing-masing dan sebuah anggukan sebagai jawaban.

"Kalau begitu, ayo!"

Dengan dorongan yang cukup keras dari Likyter, gerbang besar itu berhasil terbuka setengahnya. Setelah terbuka, langsung saja mereka menghambur masuk dan membentuk formasi. Likyter, Tiana, dan Elyna di barisa depan. Vanili dan Veronica di barisan tengah. Sedangkan Haru dan Mio paling belakang.

Kemudian, Haru mengeluarkan bola cahaya yang besar sekali dan melemparkannya ke atas. Tempat ini pun menjadi terang, memperlihatkan betapa besarnya tempat yang mereka injaki dan sosok monster kelas A yang mereka cari yang berada jauh di depan mereka.

"Yosh, saatnya kita beraksi!" teriak Likyter semangat sambil mencabut senjatanya.

####################################################################

Maaf kalau lama sekali updatenya, saya harap para pembaca mau tetap setia menunggu ceritaku dan mengikutinya sampai tamat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top