JALAN KESEBELAS: MANUSIA KELINCI

Hallo semuanya, apa kabar? Maaf, kalau cerita ini libur sebulan. Makasih udah menunggu, semoga kalian tetap suka ceritaku ini :)
Selamat membaca.
################################

Di pagi hari. Likyter sedang memandangi lautan di dek depan, dia bisa melihat burung-burung yang berterbangan di atas langit juga. Tanpa dia sadari, ada seorang gadis kecil bergaun putih, telinga kelinci pendek, rambut merah muda panjang, matanya berwarna biru cerah. Gadis itu berlari kecil ke arah Likyter, lalu dia meloncat untuk memeluk punggung Likyter.

“Liky~” ucap gadis itu. Dia berhasil memeluk punggung Likyter.

“Ah!” Tentu saja itulah reaksi dari Likyter, ditambah lagi dia bisa merasakan dua buah yang cukup besar menempel di punggungnya. Likyter sempat kehilangan keseimbangan karena gadis ini mengunci tubuh Likyter sambil beberapa kali memanggil ‘Liky~’ dengan nada genit dan beberapa kali menggerakkan tubuhnya untuk menggesekkan dada besarnya.

“Ah, tubuh Liky cukup besar dan kuat~”

“Eh, Anda siapa, ya?” Likyter memutar kepalanya ke belakang, untuk melihat gadis itu. “Ah, kalau tidak salah kau…”

“Iya, akulah petualang yang kau tolong kemarin~” Ingat dengan kejadian penyerangan dari monster laut? Saat itu Likyter pernah menyelamatkan satu petualang yang sedang lengah, dengan cara menyerang monster yang siap menyerang dari belakang petualang itu. Dan itu adalah gadis ini. “Maaf, ya. Aku baru bisa berterima kasih sekarang~”

“Ah, i-iya… Tidak apa-apa! Eto… apa bisa lepaskan aku?”

“Baik~” Lalu gadis itu melepaskan pelukannya.

Likyter langsung berbalik badan, supaya bisa melihat dengan jelas sosok gadis ini. Tapi, dia langsung dikejutkan lagi dengan gadis ini yang tiba-tiba memeluk Likyter lagi. “A-A… ke-kenapa kau memelukku lagi?” Likyter menundukkan kepalanya untuk melihat wajah gadis itu yang menempel di dadanya.

Dia mendongak kepalanya untuk melihat wajah Likyter yang sedang merona kemerahan, dan telinga kelinci kecilnya bergerak terlihat seperti senang. “Karena aku tertarik dengamu~” Langsung dia menyerang dengan senyuman manis kepada Likyter.

Akibat serangan senyuman dari gadis itu, wajah Likyter semakin memerah. Tapi, ekpresinya langsung berubah menjadi pucat karena dia tiba-tiba merasakan aura dingin. Perlahan seperti robot yang rusak, Likyter mengarahkan kepalanya ke depan. Dua gadis dengan tatapan menyeramkan menusuk mata Likyter, dua gadis yang menatap Likyter dengan bingung, dan satu lagi dengan datar.

“Tuan, dia siapa?” tanya Veronica datar.

“Ano… Likyter-san, dia siapa?” tanya Haru sedikit bingung.

“Liky-kun, apakah dia sedang tersesat?” tanya Mio.

“Da-Dasar pedofil! Bejat! Hidung belang! Sampah menjijikan! Serangga tengik!” maki Tiana.

“Likyter… Tak kusangka kau seorang pedofil,” ucap Vanili dengan nada sedikit keras.

Likyter berusaha untuk bicara, tapi tatapan menyeramkan dari mereka berdua berhasil membuat Likyter kesulitan mengungkapkan kata-kata yang ingin dikeluarkan. Di situasi ini, gadis kecil ini melepaskan pelukannya, lalu dengan senyumannya berbalik ke arah mereka. “Hallo, namaku Elyna~ Aku gadis yang diselamatkan oleh Liky~ Salam kenal~” Seketika itu juga, wajah gadis itu berubah menjadi datar dan ada aura yang mengerikan, tapi Likyter tidak mengetahuinya karena yang bisa melihat wajahnya itu hanya para gadis itu. “Tubuhku memang kecil, tapi umurku sudah 18 tahun,” ucapnya sambil memasang senyuman yang terlihat manis, tapi maknanya menyeramkan.

“Eh, benarkah?!” kaget mereka dengan nada yang berbeda.

“Ah, berarti seumuran denganku,” balas Likyter.

“Eh, Liky sama denganku? Asik~” Sekali lagi dia memeluk Likyter.
Kali ini Vanili dan Tiana tidak terlalu mengeluarkan aura mengerikannya, tapi tetap memasang mata tajam yang menusuk Likyter. Sedangkan ketiga gadis itu diam dalam kebingungan dengan atmosfir aneh yang mereka rasakan. Likyter, dia hanya bisa tersenyum kecil dengan terpaksa.

***

Sekarang mereka sudah turun dari kapal, berada di desa dekat pantai. Likyter, benar-benar dalam situasi yang sangat… bisa disebut beruntung atau malapetaka. Pertama, dia menjadi pusat perhatian bagi hampir seluruh orang-orang di desa ini, terutama pria. Kedua, dia jadi pusat perhatian karena dua gadis kecil sedang memeluk lengannya, tangan kiri oleh Veronica dan tangan kanan oleh Elyna. Ketiga, dia mendapatkan tatapan sinis dari kedua gadis di belakangnya, yaitu Vanili dan Tiana. Keempat, dia berusaha menahan nafsunya karena mendapatkan tekanan dari ‘dua buah’ yang berbeda di tangannya.

Mereka sedang berjalan menuju pantai, karena mereka ingin bermain di pantai sebelum melanjutkan perjalanan ke kota Futi. Tak lama kemudian mereka sampai di pantai.

“Setelah selesai ganti baju, kita kumpul di sini,” ucap Likyter.

“Baik,” jawab mereka.

“Liky, aku ganti baju denganmu, ya~?” ucap Elyna yang masih memeluk lengan Likyter.

“Kalau begitu, aku juga, tuan,” ucap Veronica yang sama masih memeluk lengan Likyter.

“Tidak boleh!” bentak Tiana. “Kalian harus ikut kami!” Dengan sedikit kasar, Tiana menarik Elyna. Berhasil terlepas, Elyna langsung merengek, tapi Tiana tidak peduli dan terus membawanya pergi. Sedangkan Veronica, dia melepaskan pelukannya karena permintaan dari tuannya, Likyter.

Semua gadis-gadis itu berjalan menuju tempat pergantian pakaian, dan Likyter ke tempat pergantian pakaian juga. Oh iya, mulai sekarang Elyna bergabung dengan party Likyter, jadi itulah kenapa dia bisa ikut dengan acara party Likyter. Dia bisa bergabung karena Elyna adalah solo player, dan ingin bergabung dengan party Likyter.

Singkatnya, sekarang Likyter selesai mengganti pakainnya. Dia hanya menggunakan celana pendek berwarna hijau dengan garis putih di sisinya, telanjang dada yang memperlihatkan otot tubuh dan lengannya, dan topi koboi abu miliknya menempel di kepala. Dia sedang menunggu kedatangan gadis-gadis itu.

“Liky~” Likyter langsung berbalik dan mendapati Elyna sudah mengenakan bikini putih bercorak titik biru tua. “Bagaimana penampilanku? Apa membuatmu terangsang~?”

“A-Ah, i-itu…” Tentu saja Likyter merasakan hal itu, karena dia sekarang sangat terfokus ke belahan dada besar milik Elyna. Melihat hal itu, dengan senyuman jahil, Elyna langsung memeluk lengan kanan Likyter. “E-Elyna!” kaget Likyter, karena lengannya tiba-tiba terselip diantara belahan dada Elyna.

“Tuan, bagaimana penampilanku?” Masih sedikit kaget dengan pipi sedikit memerah, Likyter menggerakkan kepalanya untuk melihat Veronica.

Dia menggunakan pakaian renang berwarna putih yang lebih tertutup, tapi bagian seluruh kaki dan lengannya terekspos, jadi kemulusan dua bagian itu terlihat sangat jelas dan seksi. “Ah, i-itu te-terlihat bagus, Veronica,” jawab Likyter gagap. Setelah mendapatakn komentar itu, wajah datarnya memerah. Dia langsung mendekati Likyter dan memeluk lengan kiri Likyter. “E-Eh?!”

“A-Ano… Likyter-san, a-apa aku terlihat aneh?” Merasa terpanggil, Likyter kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

Sekarang dia bisa melihat Haru mengenakkan pakaian renang hampir sama seperti Veronica, hanya saja warnanya adalah belang putih biru dan rok pendek yang menutup sedikit bagian atas kaki Haru. “Co-Cocok sekali denganmu, Haru!” Kali ini Likyter sedikit mengeraskan komentarnya, tentu saja karena dia sedang ditekan oleh ‘dua buah’ yang berbeda, jadi tanpa sengaja dia bisa melepaskan pikirannya. Komentar itu berhasil membuat Haru menunduk malu sambil memainkan jari-jarinya.

“Dasar, hidung belang! Serangga tengik! Sampah masyarakat!” Sontak saja komentar itu membuat Likyter mengalihkan pandangannya ke sampingnya. “Dari matamu, sepertinya kau sangat mengharapkan kalau aku mengenakan bikini. Dasar mesum!”

Tiana hanya mengenakan kaos putih berlengan pendek yang sedikit panjang di bagian bawahnya yang berhasil membuat celana pendeknya tertutup, tapi di mata Likyter dia terlihat seksi, karena seluruh kaki mulusnya terekspos. “Ti-Tidak juga. Ka-Kau sudah terlihat seksi mengenakan itu juga,” komentar Likyter yang tanpa sengaja keluar karena tekanan nafsunya.

“Ja-Jangan berharap aku akan senang mendapatkan komentar itu, hmph!” Tiana langsung dalam mode tsundere-nya.

“Likyter.”

“Liky-kun.”

Sekali lagi, Likyter harus mengalihkan pandangannya. Sekarang dia bisa melihat dua gadis yang sangat seksi sekali, bahkan keseksian mereka menjadi pusat perhatian sebagian laki-laki yang datang ke pantai ini. Vanili, dia mengenakan bikini putih dengan motif bunga. Mio, dia mengenakan bikini berwarna ungu bermotif bunga yang lebih banyak dibanding Vanili.

“Ja-Jangan melihatku seperti itu, ini sedikit memalukan,” ucap Vanili.

“Li-Liky-kun, jangan terlalu lama melihatku seperti itu, entah kenapa rasanya memalukan,” ucap Mio.

“A-Ah, maaf!”

“Huuuhhh.” Dengan kesal Elyna menarik lengan Likyter, secara refleks Likyter langsung melihat ke arah Elyna. “Liky, lebih perhatikan aku~!”

“H-Hah?”

Tidak mau kalah, Veronica pun menarik lengan Likyter, tentu Likyter langsung melihat ke arah Veronica. “A-Aku juga, tuan,” pintanya.

Selanjutnya, terjadi sedikit perkelahian antara dua gadis itu untuk memperebutkan Likyter, tentu dua gadis yang selalu menghajar Likyter pun ikut terlibat, sedangkan dua lagi hanya bisa melihat mereka dan kadang tertawa kecil melihat tingkah lucunya. Likyter, dia hanya bisa pasrah, karena dia sangat senang sekali mendapat cucian mata yang bagus.

Setelah tenang, mereka langsung melakukan hal yang mereka inginkan. Haru dan Veronica, mereka membuat istana pasir. Tiana dan Vanili bermain di laut. Likyter, dia sedang duduk di atas tikaran tempat berteduh.

“Liky, oleskan sunblock ini kepadaku~” Sekarang Elyna sudah terngkurap dengan tali bra yang sudah terlepas, memperlihatkan seluruh punggungnya yang mulus.

“Ba-Baiklah…” Dengan gugup, Likyter menekan krim botol sunblock itu, mengumpulkan krim-nya di telapak tangan, lalu didaratakan di kedua telapak tanganya, setelah itu baru siap untuk dioleskan ke punggung Elyna.

“Ah~” desah Elyna tiba-tiba.

“He-Hei! Kenapa kau mengeluarkan suara seperti itu?!”

“Habisnya, Likyter sangat lihai dalam memainkannya,” jawab Elyna dengan sedikit menggoda. “Kalau kau tidak mau melanjutkannya, aku akan berteriak.”

“Baik-baik!” Likyter pun dengan pasrah melanjutkan mengoleskan krim itu, dan Elyna pun mulai mendesah lagi. Likyter mungkin tidak akan semalu dan setegang ini kalau tidak ada tatapan tajam dari pengunjung yang dekat di sekitar mereka, dan kebetulan yang dekat di sekitarnya semuanya perempuan. Jadi, komentar yang menusuk Likyter datang bertubi-tubi.

“Terima kasih, Liky~” Setelah memasang kembali pengait bra-nya, Elyna langsung berlari ke arah Tiana dan Vanili yang asik berenang.

Likyter pun mengelap keringatnya yang sudah membasahi kepalanya, tapi sebuah sentuhan kecil di punggungnya membuat dia kembali tegang. Dengan perlahan Likyter berbalik badan. Ternyata, itu ulah Mio, dan dia sedang duduk memegangi botol krim sunblock. “A-Ano… Liky-kun, bisakah kau mengoleskan krim ini?” tanya Mio sedikit malu-malu.

“Bo-Boleh.”

Mio pun langsung memposisikan diri tengkurap, lalu dia melepaskan pengait bra-nya. Sekali lagi Likyter harus tegang, dan dengan perlahan dia mengoleskan krim itu ke punggung Mio yang terlihat seksi dan mulus.

Selesai, Mio pun duduk kembali, tentu dia sudah memasang lagi pengait bra-nya. “Ba-Bagaimana kalau aku mengoleskan krim ini ke Liky-kun?”

“Eh, tidak apa-apa?”

“Iya, a-aku tidak keberatan.”

“Te-Terima kasih.” Likyter pun langsung memposisikan diri tengkurap.

Likyter langsung kaget setelah mendapatakan tekanan mulus dari tangan lembut Mio yang sedang mengoleskan krim itu di punggungnya. Rasanya dingin dan menyenangkan. Setelah selesai, Likyter kembali duduk, tentu saja dia tidak mengaitkan kembali bra, karena dia telanjang dada dan dia laki-laki yang pasti tidak akan menggunakan pakaian renang perempuan.

“Tu-Tubuhmu penuh dengan otot, Liky-kun,” ucap Mio tiba-tiba yang berhasil memecahkan keheningan.

“Be-Benarkah?”

“Iya, kau terlihat ke…ke-keren.”

“Te-Terima kasih.”

“Mereka terlihat senang, ya?” Mio mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya yang asik bermain di pantai.

“Iya, mereka sangat menikmatinya.”

“Kalau saja saat itu kau tidak datang, mungkin aku tidak akan sesenang ini. Terima kasih, Liky-kun.”

“Ucapkan itu juga kepada Vanili dan yang lainnya.”

“Iya, kau benar.”

Tiba-tiba mereka semua menghampiri Likyter dan Mio, kedua orang yang terlihat seperti pasangan di mata orang lain. “Likyter, bagaimana kalau kita main voli?” tawar Vanili.

“Boleh.”

“Ah, aku jadi wasitnya saja,” ucap Mio.

“Kalau begitu, tolong jaga topiku.” Likyter melepaskan topinya, lalu menempelkan di kepala Mio. Mio hanya membalas dengan senyuman manisnya.

Tim terdiri tiga orang. Tim pertama Likyter, Haru, dan Tiana. Sedangkan tim kedua lawannya adalah Vanili, Elyna, dan Veronica. Servis awal dilempar oleh Vanili, dan dibalas oleh operan Haru ke arah Likyter. Dengan meloncat, Likyter menembak bolanya, tapi berhasil ditepis oleh Elyna yang harus melayang dan mendarat ke pasir. Bola sekarang melambung tinggi, kelihatannya akan jatuh ke net. Dengan sigap, Tiana dan Vanili belari ke arah net untuk melancarkan pukulan. Dan terjadi adu kekuatan, akhirnya bola pun masuk ke daerah tim Vanili. Satu poin untuk tim pertama. Selanjutnya, servis diluncurkan oleh Tiana. Bola servis itu berhasil ditepis oleh Veroncia secara tak sengaja, bola itu melambung ke arah daerah Elyna. Dengan keras, Elyna memukul bola itu ke daerah lawan. Haru langsung berlari untuk memukul bolanya, dan berhasil. Bola itu melambung ke arah Likyter di tengah, dia langsung meloncat untuk melancarkan tembakan, tapi sebuah kejutan karena Vanili tiba-tiba meloncat untuk menghalau tembakan. Akibat itu, Likyter jadi kehilangan konsentrasi dan membiarkan bola melambung itu jatuh. Skor pun seri.

Setelah pertandingan sengit berlangsung cukup lama, akhirnya permainan dimenangkan oleh tim Vanili. Selanjutnya, mereka berlomba berenang. Setelah itu, mereka memaikan memukul semangka. Mereka sangat menikmatinya, dan akhirnya hari mulai sore.

“Ah, aku lapar,” ucap Likyter. Sekarang mereka semua sedang duduk di tempat yang sudah mereka pasang tikar dan payung.

“Bagaimana kalau kita bakar BBQ?” tawar Haru.

“Ah, ide yang bagus!” terang Vanili.

“Kalau begitu, kita tentukan siapa yang akan membeli bahan dan me-"

“AAAAAA!!” teriak seseorang tiba-tiba.

Sontak semuanya, termasuk mereka bertujuh langsung teralih ke arah asal teriakkan itu. Ternyata itu teriakan dari seorang gadis muda yang sudah duduk membentuk ‘M’ gemetar dengan pandangannya mengarah ke laut. Tentu saja semua pengunjung juga ikut melihat ke arah laut. Ternyata, tiga monster gurita raksasa sedang mendekat ke arah pantai. Tentakel-tentakel itu mulai terlihat, dan akibat itu semua pengunjung yang orang biasa berlari menjauh laut. Beda dengan petualang, mereka bersiap-siap dengan senjata mereka.

“Ah, sepertinya kita harus tunda dulu…” keluh Likyter. “Ayo, kita juga ikut membantu!”

“Baik!” jawab mereka serempak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top