JALAN KEEMPAT BELAS: PERTARUNGAN LALU
"Liky... membunuh..." ucap Elyna tidak percaya. "Apa itu benar, Liky?"
Likyter tidak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya dengan kedua tangan dikepalkan keras. "Nah, diam artinya itu benar," komentar pria itu.
Likyter membuang napas, lalu melihat ke arah pria itu dengan tatapan tajam. "Elyna, tolong jaga topiku." Likyter melepaskan topinya dan menaruhnya di kepala Elyna bagian belakang. Jadi, telinga kelinci Elyna tidak tertutup dan topi itu terpasang miring ke belakang. "Nanti, aku akan menjawabnya." Likyter mengeluarkan kedua pedang kecilnya dari Bag.
"Hahahah, kau ingin mengalahkanku dengan kedua pedang kecil itu? Kau benar-benar menyebalkan!" Kegelapan berkumpul di tangan kanannya, perlahan kegelapan itu membentuk sebuah senjata pedang tipis panjang. "Kali ini aku akan mengalahkanmu dan membunuhmu!" teriaknya dan kegelapan itu sudah menjadi pedang tipis panjang.
"Elyna, kau menjauhlah. Oh iya, belikan senjata penyegel dan nanti saat aku memintanya kau lemparkan saja ke arahku," ucap Likyter. Elyna pun melakukan perintah itu, dan Likyter langsung memasang kuda-kuda.
Likyter langsung melesat dan sudah di depan pria itu, siap mengayunkan pedang kecilnya untuk menebas kepalanya. Tapi, Likyter membatalkan serangannya dan langsung backflip jauh. "Wah-wah, ternyata matamu bagus juga," komentar pria itu. Ternyata sebuah pedang besar muncul dari bawah tanah di depan pria itu, kalau saja Likyter tidak menghindar mungkin tubuhnya akan tertusuk pedang besar itu.
Perlahan pedang besar itu kembali ke bawah tanah, ternyata itu berasal dari pedang tipis milik pria itu. Pedang tipis miliknya itu bisa memanjang dan membesar. "Ternyata kau punya kekuatan baru," ucap Likyter.
"Bagaimana pendapatmu? Keren bukan?" Pria itu langsung menancapkan lagi pedang itu ke tanah.
Likyter merasakan getaran di bawah kakinya, lalu dia melakukan backflip lagi. Ternyata, pedang besar itu muncul di bawah tanah tempat Likyter tadi berpijak. Pedang besar itu kembali ke bawah tanah. Tiba-tiba, pedang besar muncul dari belakang kepala Likyter. Likyter menghindar dengan memiringkan tubuhnya ke samping bawah, tapi pipinya mendapatkan luka sayatan dari pedang itu karena sedikit terlambat menghindar. Likyter melihat ke belakang, ternyata pedang besar itu muncul dari cahaya ungu lingkaran tipis. Pedang besar itu pun masuk kedalam cahaya ungu lingkaran tipi situ.
"Ternyata kau menancapkan pedang itu ke tanah hanya untuk menipuku," komentar Likyter sambil mengusap darah dari luka sayat di pipinya.
"Wahh, kau pintar juga." Pria itu mencabut pedangnya dari tanah, ternyata sedikit bagian atas pedangnya itu menghilang dan ada cahaya ungu lingkaran tipis di bagian yang hilangnya. "Memangnya kau saja yang bertambah kuat, hahahah!"
Likyter langsung meloncat kecil ke belakang, pedang besar itu muncul dari arah samping. Jarak antara pedang itu dan hidung Likyter setipis kertas, telat saja minimal hidung Likyter terpotong atau kepalanya tertancap oleh pedang itu. Pedang itu kembali memasuki cahaya ungu itu. Likyter langsung melihat ke segala arah dengan kuda-kudanya.
"Ayolah, jangan menghindar saja. Maju sini!" tantang pria itu.
Likyter tidak mendengarkan tantang itu, dan tetap diam dengan kuda-kuda. Selanjutnya pedang besar itu muncul dari sisi bawah kiri, Likyter langsung berguling ke kanan. Pedang itu langsung muncul lagi dari sisi kanan atas, Likyter harus berguling lagi ke depan. Saat Likyter berdiri, pedang itu muncul dari belakang punggung. Likyter langsung memutarkan badannya, sehingga pedang itu tidak mengenai punggung Likyter. Belum selesai pedang itu masuk ke cahaya ungu itu, ternyata sudah muncul lagi pedang dari sisi atas kiri, Likyter langsung menekuk badannya ke belakang dan menengokkan kepala ke kanan. Lagi-lagi Likyter mendapatkan luka sayatan di pipi.
"Maaf-maaf, aku belum bilang kalau aku bisa memunculkan lebih dari satu pedang ke arahmu." Kedua pedang itu kembali lagi memasuki cahaya ungu itu. "Sekarang aku akan serius!!"
Likyter langsung berguling ke depan karena pedang itu muncul dari atas, lalu Likyter meloncat ke kanan karena pedang itu muncul dari bawah tanah. Terus pedang-pedang itu bermunculan dengan cepat, membuat Likyter kepayahan menghindar dan akibatnya Likyter harus mendapatkan luka sayatan dimana-mana.
"Semakin banyak kau kirim pedangnya, maka ukurannya akan semakin kecil," ucap Likyter sambil menghindari serangan pedang yang datang bertubi-tubi.
"Benar sekali, kau sangat menyebalkan!!"
Kali ini pedang-pedang itu muncul semakin cepat dan banyak, membuat Likyter harus kewelahan dan mendapatkan luka-luka yang cukup banyak. "Liky!!" teriak Elyna. Berkat teriakan Elyna, pria itu menghentikan mengirimkan serangan pedang ke Likyter. Pria itu langsung melihat ke arah Elyna dan memasang seringaian menyeramkan.
Menyadari itu, Likyter langsung berlari ke arah Elyna sekuat tenaga. "Elyna!!" teriak Likyter. Ternyata benar saja, cahaya ungu lingkaran tipis muncul di depan Elyna, lalu keluarlah pedang besar siap menusuk badan kecil Elyna.
*SREETTT
Perlahan Elyna membuka matanya, sekarang dia bisa melihat wajah penuh luka Likyter yang berada di atas tubuhnya. "Li-Liky..."
"Kau baik-baik saja, El- ughhh." Likyter memuntahkan darah, tapi untungnya dia sudah menutup mulutnya dengan tangan, jadi darah tadi tidak mengenai wajah Elyna. Likyter langsung menjauh dari tubuh Elyna yang terlentang di tanah.
"Liky!" Elyna berdiri dan menghampiri Likyter yang sekarang sedang jongkok memuntahkan darah. Sekarang Elyna bisa melihat punggung Likyter yang mendapakan luka sayatan besar. Perlahan Likyter berdiri. "Liky, sudah! Jangan bertarung lagi! Aku tidak ingin kau terluka lagi!"
"Aku...Aku tidak akan berhenti bertarung..." jawab Likyter lemas. Likyter mengeluarkan kedua pedang kecilnya dari sarung yang ada di pinggangnya.
"Kenapa kau sampai memaksakan diri?! Apakah karena kau punya dendam kepada pria itu?! Kenapa...Kenapa..." Kalimatnya terhenti karena dia mengeluarkan air mata kesedihan.
"Tidak, aku melakukan ini bukan karena dendam. Tapi, aku bertarung untuk melindungi orang yang kusayangi. Asalkan orang yang kusayangi bisa terlindungi, aku akan bertarung sekuat tenaga dan kalau perlu aku akan pertaruhkan nayawaku! Itulah alasan aku bertarung."
"Liky..." Elyna langsung mengusapkan air matanya. "Biarkan aku membantumu, Liky! Aku...Aku juga ingin bertarung demi melindungi orang yang kusayangi!"
"Baiklah, tolong, ya," jawab Likyter.
"Apakah kalian sudah selesai main drama-nya? Aku mulai bosan di sini," komentar pria itu yang sedari tadi diam melihat mereka berdua.
"Elyna, tahan dia tetap di sana dan tangkis atau hindari serangannya."
"Baik." Elyna sudah bersiap dengan palu-nya.
Elyna langsung berlari ke arah pria itu, langsung disambut oleh beberapa pedang muncul dari cahaya ungu itu. Sebelum pedang itu keluar dari cahaya itu, Elyna sudah meloncat ke depan, karena dia kelinci jadi loncatannya cukup jauh. Sekarang Elyna sudah melayang di depan pria itu, bersiap menghantamkan palu-nya ke pria itu. Tentu saja pria itu langsung mencabut pedangnya dari cahaya ungu itu dan menjadikan pedang itu untuk menahan palu yang siap menghantam tubuhnya.
*DHURRR
Di bawah kaki pria itu tercipta cekungan yang cukup dalam. Elyna turun ke bawah, lalu meloncat ke belakang menjauhi pria itu. Karena kesal, pria itu meluncurkan serangan bertubi-tubi lagi. Tapi, Elyna dengan mudah menghindari dengan meloncat jauh kesana-kemari. Pria itu semakin kesal, pedang-pedang itu semakin cepat dan banyak menyerang Elyna. Tapi sayangnya kecepatan menghindar Elyna lebih cepat dibanding munculnya pedang dari cahaya itu.
"Jangan menghindar saja!!" kesal pria itu.
Tapi Elyna tidak mempedulikan kekesalan pria itu, dan terus meloncat untuk menghindar. Perlahan pedang-pedang yang muncul semakin berkurang dan kecepatannya berkurang juga, mungkin MP (Mana Point)-nya hampir habis. Kemudian, pria itu kelelahan dan pedang-pedang itu tidak bermunculan lagi.
Sekarang Elyna sudah berdiri di dekat Likyter yang sedang menancapkan senjata setengah pedang dan lance-nya. Tiba-tiba senjata Likyter mengeluarkan cahaya berwarna biru, lalu cahaya itu meluncur ke arah samping, tepatnya ke arah pedang kecil yang sudah menancap jauh di sana. Lalu dari pedang kecil itu, cahaya biru itu meluncur lagi ke arah pedang kecil satu lagi yang sudah menancap jauh di depan. Dari pedang kecil kedua, cahaya itu meluncur ke senjata Likyter. Terbentuklah segitiga besar dimana pria itu berdiri di tengah-tengahnya.
"Se-Sejak kapan..." kaget pria itu dengan nada lemah.
"Lagi-lagi kau kalah karena emosimu itu, seharusnya kau belajar dari kekalahanmu yang dulu." Likyter menancapkan kedua pedang itu saat pria itu disibukkan oleh Elyna yang meloncat-loncat. "Bukankah waktu itu aku kalah darimu karena aku terbawa emosi dan menang saat aku tidak emosi?" Perlahan cahaya itu semakin menebal dan di bawah kaki pria itu tercipta lantai cahaya berwarna biru.
*CRSHHHH
Sebuah pilar segitiga besar tercipta, membuat pria itu tersetrum sangat dahsyat. Bahkan saking dahsyatnya, pria itu tidak bisa berteriak kesakitan. Perlahan pilar segitiga ini menghilang, dan seluruh tubuh pria itu sudah hangus. Akhirnya dia ambruk dengan asap hitam mengepul dari tubuhnya.
"Ngomong-ngomong, Elyna. Kenapa kau bisa dengan mudahnya menghindari serangan darinya?" tanya Likyter.
"Tentu saja semuanya berkat telinga kelinciku ini." Elyna menggerakkan telinga kelincinya. "Aku bisa mendengar suara cahaya itu muncul, jadi aku bisa menentukan dimana saja dia akan menyerang."
"Be-Begitu, ya... Kau hebat juga. Oh iya, apa kau sudah membeli senjata penyegelnya?"
"Sudah." Elyna mengeluarkan sebuah pedang cukup besar dari Bag, lalu pedang itu diberikan kepada Likyter.
Dengan perlahan, Likyter berjalan mendekati tubuh pria itu. Setelah sampai di dekatnya, Likyter mengangkat pedang penyegel itu.
*CRTT
Pedang itu sudah menancap di punggung tubuh pria itu, dan dari pedang itu keluar kata-kata kuno yang menjalar mengikat tubuh pria itu. Likyter berbalik badan, lalu memberikan senyuman kepada Elyna. Tiba-tiba Likyter kehilangan keseimbangan tubuhnya, dan akan jatuh ke depan. Dengan cepat, Elyna berlari untuk menangkap tubuh Likyter. Berhasil tertangkap, sekarang Likyter berada di pelukan Elyna.
"Terima kasih, Elyna," ucap Likyter lemah.
"Sama-sama, Liky."
***
Sementara itu di sebuah tempat yang sangat jauh, tepatnya di sebuah bangunan mirip dengan benteng. Sekumpulan orang berjubah hitam dengan tudung yang menutup mata mereka, sedang duduk di kursi meja kotak yang cukup besar. Jumlah kursi itu ada duabelas, setiap sisi meja terdiri dari tiga kursi. Mereka ada sembilan orang dan tiga kursi kosong.
"Kenapa Shin lama sekali?" ucap orang berjubah hitam yang duduk di dekat bangku kosong itu.
"Hahh, pasti dia sedang berlatih lagi untuk membalaskan dendamnya," jawab yang dekat di orang berjubah yang bertanya.
"Dia benar-benar terobsesi untuk membalas dendamnya, padahal aku juga sama punya dendam dengan Likyter," balas yang di seberang orang berjubah yang menjawab.
"Bukan hanya kau saja yang punya dendam, boss juga punya dendam dengannya. Benar, kan, boss," balas yang di dekatnya.
"Untuk sekarang aku tidak ingin membahas Likyter atau party-nya," jawab sang boss yang duduk di antara dua kursi kosong.
"Benar, aku setuju," ucap yang dekat dengan orang yang menyinggung boss mereka.
Tiba-tiba pintu besar terbuka yang terletak di belakang tiga orang berjubah yang belum bicara, tentu mereka bersembilan langsung melihat ke arah pintu itu. Seorang gadis kecil berpakaian mini berwarna coklat yang menutup dada kecilnya memperlihatkan perutnya, berambut ungu pendek, mata berwarna ungu juga, rok merah pendek dengan corak kota-kotak. Di sebelahnya, seseorang dengan gaun hitam panjang, cadar hitam menutupi wajahnya, dan tingginya lebih tinggi dibanding gadis sebelahnya.
"Wah-wah, sepertinya kalian sedang mengungkit-ungkit masa lalu kalian. Apa kalian sedang bernostalgia?" ucap gadis kecil itu.
"Selamat datang, nona Ai," sambut boss berjubah hitam.
Mereka berdua pun berjalan menuju dua kursi yang kosong. "Ayo, kita mulai rapat rencana kita untuk menguasai dunia ini," ucap gadis kecil itu setelah mereka berdua duduk.
"Tu-Tunggu, Shin belum datang," ucap yang duduk di dekat kursi tempat Shin.
"Hmm... Kalian mungkin akan senang mendengar ini. Shin, dia sudah disegel oleh orang yang membunuhnya, yaitu Likyter." Suasana pun semakin hening. "Eh, kenapa kalian diam saja? Apa kalian tidak senang mendengar kabar itu?"
Tiba-tiba orang berjubah yang dekat dengan orang berjubah yang dekat kursi Shin membenturkan kedua tangannya ke meja dengan kasar, lalu berdiri melihat ke arah gadis kecil itu. "Kau menghina kami?!!" bentaknya. "Memangnya kau bi-"
"Dimas!" bentak sang boss. "Bicaralah dengan sopan kepada nona Ai," lanjutnya.
Orang berjubah bernama Dimas pun hanya bisa mengepalkan tangannya menahan amarahnya, lalu duduk kembali. "Dengarkan bossmu, memang seharusnya kau berbicara sopan kepada orang yang sudah membangkitkan kalian dari tidur panjang kalian," ucap gadis itu. "Oh iya, mungkin sebaiknya kita juga pikirkan tentang rencana untuk membunuh dan menghentikan Likyter dan part-nya supaya rencana ini tidak gagal... Ups, aku lupa. Kalian kan mati karena Likyter dan party-nya, jadi kurasa rencananya akan sia-sia."
Sekali lagi mereka hanya bisa memendam kekesalan mereka karena hinaan dari gadis ini, terutama Dimas. "Tenang saja nona Ai, kali ini rencananya akan berhasil. Karena engkau sudah memberikan kekuatan baru kepada kami," ucap sang boss.
"Hmm... Sebenarnya aku kurang yakin karena Shin saja langsung kalah."
"Ai, kurasa kalau mereka saling berkerjasama, pasti rencanannya akan berhasil," ucap orang bercadar itu.
"Baiklah, kurasa kau benar, partnerku. Kali ini rencana untuk menghentikan dan membunuh Likyter berserta party-nya akan berhasil kalau kalian berkerjasama. Kalau begitu, kalian bertiga yang mengurus Likyter dan party-nya." Gadis itu menunjuk ke arah ketiga orang berjubah yang sedari tadi belum angkat bicara.
Salah satu diantara mereka berdiri, lalu memberi hormat kepada gadis itu dengan menundukkan kepalanya. "Kami akan melakukannya semaksimal kami," ucapnya.
"Bagus-bagus..." Gadis itu melihat ke arah orang berjubah yang berada di sebrang Dimas. "Tulip, kenapa kau memandang ke arah partnerku dengan menyeramkan begitu? Kau kan punya dendam dengan teman partnerku, bukan dengan partnerku."
Orang berjubah yang dipanggil Tulip itu tidak menjawab, tapi langsung mengalihkan pandangnnya ke depan. "Kalau begitu, kita mulai rapatnya," ucap sang boss.
***
Perlahan Likyter membuka matanya, sekarang dia bisa melihat sesuatu yang besar di depannya dan berwarna putih. Karena penasaran, Likyter mengangkat tangan kirinya lalu memegang benda yang di depannya itu.
"Kya~" Suara itulah yang keluar setelah Likyter meremas benda itu. Likyter masih bingung dengan benda itu, jadi dia kembali meremasnya. "Ah~ Liky~"
"Waaa!" kaget Likyter, dia langsung berguling ke samping. Dia bangun dan memposisikan diri untuk duduk, sekarang dia bisa melihat Elyna sedang duduk dan kedua tangannya menutup dadanya dengan wajahnya yang memerah. "Ma-Maaf, Elyna, aku tidak tahu kalau itu...itu..."
"Syukurlah, kau sudah sadar," ucapnya.
"Apa kau baik-baik saja, Elyna?"
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa masih ada yang sakit?"
"Ti-Tidak, aku baik-baik saja." Likyter melihat ke tangannya, tidak ada luka sayat hanya lengan jaket yang tersayat. "Wah, lukaku sudah sembuh total lagi."
"Terima kasih, Liky. Tadi kau sudah melindungiku. Aku sangat senang sekali." Elyna pun memberikan senyuman manis. "Oh iya, ini topimu." Elyna melepaskan topi Likyter dari kepalanya, lalu memberikannya kepada Likyter.
Likyter menerimanya dan memakaikan ke kepala. "Terima kasih sudah menjaga dan merawat lukaku."
"Seharusnya kau berterima kasih kepada mereka, terutama Mio yang sudah menyembuhkan lukamu dengan sihirnya dan Vanili yang membelikan beberapa obat untuk luka."
"Me-Mereka..." Dengan kaku Likyter memutar kepalanya ke belakang. Mereka semua sudah ada di belakang Likyter, dan kedua gadis yaitu Vanili dan Tiana sudah mengeluarkan aura mengerikan.
"Syukurlah Liky-kun baik-baik saja," ucap Mio.
"Tuan, maafkan aku karena aku tidak memiliki dada sebesar Elyna," ucap Veronica.
"Ve-Vero-chan, apa maksudmu?" kaget Haru.
"Kami sangat cemas dengan keadaan kalian, terutama keadaanmu karena saat kami datang kau penuh dengan luka-luka..." ucap Vanili yang masih mengeluarkan aura mengerikan.
"Tapi, saat kau sadar malah dengan bejat-nya meremas dada Elyna..." sambung Tiana yang masih mengeluarkan aura mengerikan.
"E-Eto... Ka-Kalian berdua salah paham..."
"DASAR PENGGILA DADA!!" teriak mereka berdua dan langsung meluncurkan pukulan maut.
"AAAAA!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top