JALAN KEDUA BELAS: PARTY LENGKAP
Ketiga monster gurita itu mulai dekat dengan pantai, dan muncul juga manusia ikan bersenjata yang mirip dengan monster yang menyerang saat Likyter di kapal. Kali ini, monster manusia ikan sangat banyak sekali bermunculan. Akibat kedatangan mereka yang berjumlah banyak, pengunjung pantai semakin ketakutan.
Likyter berserta dengan party-nya, sudah bersiap-siap dengan senjata mereka masing-masing, tapi masih menggunakan pakaian renang mereka. Kalau mengganti baju dulu, mungkin akan lama. "Mio dan Haru, kalian bantu evakuasikan pengunjung ke tempat aman. Vanili dan Veronica, lindungi pengunjung yang mengevakuasi dari monster-monster ikan itu. Tiana dan Elyna, bunuh monster-monster ikan sebanyak yang kalian bisa. Sedangkan aku akan membunuh gurita itu," perintah Likyter.
"Baik!" jawab mereka.
Mio dan Haru pun pergi untuk membantu evakuasi pengunjung, diikuti oleh Vanili dan Veronica yang akan menjaga mereka dari belakang. Tiana dan Elyna pun maju bersamaan dengan Likyter.
Dua monster ikan dengan tombak mata tiga tajam, siap untuk menyerang sepasang keluarga terdiri dari seorang pria dewasa, wanita dewasa, dua anak kecil laki-laki dan perempuan. Tapi, beberapa peluru berhasil melubangi tubuh salah satu monster ikan. Sedangkan satu lagi terbunuh oleh panah besar. Setelah itu, Mio dan Haru pun mendekati sepasang keluarga itu.
"Ayo, kita pergi," ucap Mio. Keluarga itu pun mengikuti seperti yang diarahkan oleh Mio dan Haru.
Berpindah ke Tiana. Sekarang dia sedang dihadapi oleh tiga monster ikan. Salah satunya maju dengan menyerang ke kepala, Tiana langsung jongkok, dan masih keadaan jongkok Tiana menusukkan tombaknya ke perut monster itu. Satu lagi menyerang dari sisi kanan, Tiana langsung mengayunkan tombaknya ke monster yang di sisi kanan itu. Monster itu berhasil terlempar karena monster yang ditusuk oleh tombak Tiana terhempas dan menubruknya. Dari belakang Tiana sekarang, monster ikan siap menyerang. Tapi, Tiana menyadarinya lalu menusukkan bagian ujung tongkat tombak ke belakang, monster itu pun terdorong beberapa langkah. Tiana langsung berbalik dan menusukkan tombak ke perut monster itu.
Berpindah ke Elyna. Dengan palu besar, dia menghantam monster di depannya sampai tubuh monster itu hancur. Dua monster siap menyerang di kedua sisi, Elyna langsung memutarkan tubuhnya dengan palu besarnya di kedepankan. Kedua monster itu berhasil terhempas menerima pukulan memutar dari palu itu. Elyna berhenti untuk menyeimbangkan tubuhnya akibat memutar, dan hal itu dimanfaatkan oleh monster ikan di belakangnya. Monster itu pun meloncat dan bersiap untuk menusukkan tombaknya ke tubuh Elyna yang masih pusing. Tapi, sebuah panah besar berhasil membuat monster itu mati dan terhempas. Ternyata itu adalah panah dari makhluk yang melindungi Veronica.
Veronica pun menghampiri Elyna. "Elyna, kau baik-baik saja?" tanyanya.
"Ti-Tidak apa-apa." Sekarang dia sudah bisa menyeimbangkan tubuhnya. "Sebaiknya kau bantu lagi untuk melindungi evakuasi pengunjung."
Tanpa menjawab, Veronica pun pergi meninggalkannya.
Seorang gadis kecil sedang menangis keras, tangisannya itu berhasil menarik perhatian satu monster ikan. Perlahan monster itu mendekati gadis kecil itu, lalu mengangkat tombaknya bersiap untuk menusukkan tombak ke tubuh gadis kecil itu. Mio, dia pun berlari dengan cepat dan langsung memeluk gadis itu, menjadikan punggungnya untuk melindungi gadis itu. Tapi, setelah beberapa saat Mio melindungi gadis itu, dia tidak merasakan rasa sakit di punggungnya.
"Mio, kau baik-baik saja!?" teriak seseorang.
Mio pun membuka matanya, dan melihat ke sampingnya. Dari kejauhan, Vanili menodongkan pistolnya ke depan, ada asap yang mengepul dari lubang pistolnya. "Aku baik-baik saja, dan gadis kecil ini juga. Terima kasih, Vanili-chan."
"Cepat bawa anak itu." Lalu Mio pun membawa pergi gadis itu.
Berpindah ke Likyter. Sekarang dia sedang di depan monster gurita yang memiliki kepala yang sangat besar dan tentakel yang banyak. Dua tentakel meluncur ke arah Likyter, dihindari dengan backflip. Dari sisi kanan, tentakel gurita itu siap menyabit Likyter. Likyter langsung mengubah senjatanya menjadi pedang dengan memutar bagian bawah pegangannya ke kiri. Setelah menjadi pedang, Likyter memotong tentakel yang siap menyabitnya dari kanan. Tentakel lain siap menyerang Likyter dari depan, bersamaan dengan itu seekor monster ikan sedang meloncat untuk menyerang Likyter dari belakang. Likyter menebas tentakel yang menyerang di depannya. Sedangkan monster ikan yang menyerangnya di belakang berhasil dihantam oleh palu Elyna.
"Terima kasih, Elyna," ucap Likyter yang masih fokus ke gurita itu.
"Sama-sa... Waaaa!!" Ternyata satu tentakel berhasil mengikat kaki Elyna dan menariknya ke atas.
"Elyna!"
Tentakel itu menggantung tubuh Elyna dengan posisi kepala di bawah. Perlahan beberapa tentakel lain melilit tubuh Elyna, bahkan ada yang melilit lingkaran dada Elyna. Akibat tentakel-tentakel yang melilit tubuh Elyna, sekarang Elyna terlihat sangat erotis sekali. "Jangan lihat!!" teriak Elyna.
Tentu saja Likyter langsung menutup matanya. "Ma-Maaf!"
"Cepat tolong aku, Liky!!"
"Hehhh, bagaimana aku bisa menolongmu kalau disuruh menutup mata?!"
"Ahhhh~ Tolong aku, Liky!!" teriaknya.
Tentakel-tentakel itu semakin meliar memainkan tubuh Elyna, bahkan lendir-lendir dari tentakel itu berhasil membasahi tubuh Elyna. Likyter semakin bingung dibuatnya karena mendengar desahan Elyna.
"Kau tangkap dia dari bawah, biar aku yang urus tentakel itu," ucap seseorang dari samping.
"Eh, iya."
*DOR DOR DOR
Likyter langsung dikagetkan oleh suara tembakan yang berbeda-beda, tapi dia lebih terkejut karena Elyna sekarang siap mendarat ke pasir dengan kepala terlebih dahulu. Sontak Likyter menyimpan senjatanya di punggungnya, lalu berlari untuk menangkap Elyna. Berhasil ditangkap, sekarang Elyan sudah digendong Likyter seperti tuan putri.
"Cepat menjauh dari sana!" teriak seseorang itu.
Likyter pun menjauh dari hadapan gurita itu. Sedangkan seseorang itu tetap berdiri di sana. Sisa tentakel yang dimiliki oleh gurita itu menyerang sosok itu, tapi dengan sigap dan lincahnya sosok itu berhasil maju sambil menghindari tentakel-tentakel yang datang bertubi-tubi. Dia pun meloncat ke arah gurita itu, lalu dia mencabut pedang besar di punggungnya. Bersamaan dengan kakinya yang berhasil menginjak kepala gurita itu, pedang besar itu ditancapkan ke kepala gurita.
Gurita itu pun mengerang kesakitan, walau suaranya tidak terlalu keras, tapi tetap terdengar mengerikan. Gurita itu pun menggerakkan semua tentakel yang tersisa untuk mengusir sosok yang menancapkan pedangnya di kepala. Sebelum tentakel-tentakel itu berhasil mendekati sosok itu, sosok itu langsung melakukan backflip jauh. Akibat itu tentakel-tentakel tadi malah mengenai kepala gurita itu.
Sosok itu pun mengarahkan pedang besarnya ke depan, tiba-tiba pedangnya terbelah menjadi dua, dan di tengahnya ternyata ada laras panjang. Perlahan, cahaya kuning mengumpul di ujung laras panjang itu, membentuk bulatan besar.
*DHURRRR
Cahaya kuning itu meluncur ke arah gurita itu seperti laser besar. Kepala gurita itu pun berhasil terlubangi dengan besar, dan gurita itu pun tumbang. Laras panjang itu kembali tertutup dan kembali menjadi pedang besar. Likyter dan Elyna pun menghampiri pria berpakaian kaos putih belang hitam dengan kerah hitam, celana abu-abu panjang, headphone menempel di kepala, penutup mata yang menutup mata kirinya, sebuah pistol berjenis revolver dengan laras sedikit panjang di tangan kirinya, dan pedang besar hitam di tangan kanannya.
"Kau hebat juga," komentar Likyter.
"Terima kasih." Pria itu pun berbalik melihat ke arah Likyter.
"Ahh, matamu terlihat aneh," kaget Likyter.
"Oh, mataku ini bukan mataku, ini mata yang diberikan oleh Melodi," balasnya. "Senjatamu unik juga, itu pedang atau lance?"
"Ini, anggap saja setengah pedang dan lance. Bisa diubah menjadi lance atau pedang juga, yang dibuat oleh kenalanku."
"Begitu, ya. Oh iya, namaku Ken, salam kenal." Dia mengulurkan tangannya.
"Namaku Likyter." Likyter menerima uluran tangan Ken, lalu menjabat tangan Ken.
"Likyter!" panggil seseorang. Tentu mereka langsung melihat ke arah suara itu, ternyata Mio, Haru, Vanili, Tiana, dan Veronica bersamaan menghampiri mereka bertiga.
"Semua pengunjung sudah dievakuasikan," lapor Haru.
"Balabantuan sudah datang," lapor Tiana.
"Eh, dia siapa?" tanya Vanili. Mereka semua langsung melihat ke arah Ken yang sedari tadi diam memandangi Vanili dan lainnya.
"A-Ah, perkenalkan namaku Ken!" Pandangannya langsung dilemparkan ke atas. Tiba-tiba tangannya mendarat ke bahu Likyter, dan melihat ke arah Likyter. "Kau beruntung sekali, Likyter. Bisa bertarung sambil mencuci mata," bisik Ken.
"Hahahah, kuharap mereka tidak mendengarnya," balas Likyter pelan.
*WHRUSSSSHH
Sontak mereka langsung melihat ke arah laut, ternyata sebuah semburan air laut terlihat. Bersamaan semburan air laut itu, sosok monster jatuh dari langit dan mendarat ke pasir menciptakan hembusan angin cukup besar. Perlahan monster itu berdiri tegak.
Tubuhnya kekar, kulit berwarna biru gelap, kepalanya terlihat menyeramkan ditambah giginya terdiri dari taring-taring yang sangat tajam, sekumpulan rumput laut yang menutupi bagian bawahnya, dan cambuk rumput laut di tangan.
"Sepertinya itu rajanya," komentar Likyter.
"Menarik se-" komentar Ken terpotong. Ken langsung menaruh jari telunjuknya ke sisi headphone-nya, menekan sebuah tombol. "Baik. Aku akan segera kesana. Likyter, maaf aku harus pergi."
"Silahkan."
"Aku serahkan sisanya kepada kalian." Kemudian Ken menghilang dihadapan mereka semua.
"Hehhhh, dia menghilang?!!" kaget mereka.
"WAAAARRRGGHHHH!!" teriak monster itu. Likyter dan party-nya pun kembali terfokus ke monster itu.
"Siap dalam posisi kalian! Tiana, Elyna, bantu aku!" perintah Likyter.
"Siap!" jawab mereka.
Mereka bertiga pun berlari ke arah monster itu. Monster itu meluncurkan cambuknya ke arah mereka, dan mereka langsung berguling ke samping untuk menghindar. Likyter, dia langsung disambut oleh cambukkan yang mengarah kepadanya. Likyter langsung mengayunkan senjatanya untuk menangkis cambukkan itu. Selagi sibuk dengan Likyter, Tiana berlari mendekati monster itu sambil memutar-mutar tombaknya. Monster itu langsung berputar badan, kemudian meluncurkan cambuknya ke Tiana. Tiana terpaksa harus berhenti dan berguling lagi. Elyna langsung meloncat, bersiap meluncurkan serangannya dari atas. Monster itu menyadarinya, dan mengayunkan cambuknya ke arah Elyna yang masih melayang di udara. Tentu saja Elyna langsung mengayunkan palunya untuk menangkis cambuk itu, tapi akibat itu dia mendarat ke arah monster itu dan ditendang di perutnya. Elyna pun terhempas.
Monster itu menarik kembali cambuknya, lalu mengayunkan cambuknya dengan cepat. Monster itu sedang menangkis serang-serangan dari peluru Vanili dan panah Veronica. Setelah itu, monster itu meluncurkan cambuknya untuk menusuk ke arah Veronica. Tapi, langsung ditangkis oleh Likyter. Selanjutnya monster itu menarik cambuknya untuk mengarahkan serangan ke Vanili yang sedang mengisi pelurunya, tapi Tiana berhasil menggagalkan serangan itu dengan memutarkan tombaknya untuk melindungi Vanili. Karena tombak itu terus memutar, cambuk itu berhasil terlilit di tombak Tiana.
"Sekarang, Likyter, Elyna!" teriak Tiana menahan cambuk itu supaya tetap terlilit di tombak.
Elyna kembali meloncat untuk menghantam tubuh monster itu. Monster itu tiba-tiba menghirup udara, dan pipinya mengembung. Sebuah bola air besar meluncur dari mulut monster itu, bola itu mengarah ke arah Elyna yang masih melayang di udara. Tapi, dengan sigap Haru meluncurkan bola api untuk menghantam bola air itu.
*DHURSSS
Ledakan dari benturan dua elmen itu mengakibatkan Elyna kembali lagi terhempas. Likyter langsung berlari untuk menyerang monster itu. Setelah dekat, Likyter mengayunkan senjatanya dari atas ke bawah. Monster itu langsung melepaskan cambuknya dan memposisikan tubuhnya miring. Senjata Likyter berhasil dihindari, dan dibalas oleh pukul ke wajah dari monster itu. Likyter ingin membalas pukulan itu, tapi kecepatan memukul monster itu berhasil membuat Likyter terpaksa harus menerima serangan daripada membalas. Perut, pipi kanan, pipi kiri, senjata Likyter ditendang sampai terlepas dari pegangan tangan Likyter, terakhir tendangan ke dada yang berhasil membuat Likyter terhempas cukup jauh.
Setelah Tiana berhasil melepaskan lilitan cambuk itu, dia menyerang monster itu. Tapi, dengan cepat monster itu memutar, membuat tombak yang akan menusuk tubuh monster itu melewatinya begitu saja. Tiana langsung dikejutkan oleh sepasang tangan yang memegang tombaknya, ternyata itu tangan monster itu. Hendak dia ingin melawan supaya tangan monster itu terlepas dari tombaknya, tapi kalah cepat oleh tendangan yang terarah ke perut dan berhasil melepaskan tombak itu dari tangan Tiana.
Mio berlari menghampiri Likyter, lalu dia membantu Likyter berdiri. "Mio, kalau aku meneriaki 'fokus', kau aktifkan sihir itu kepadaku. Dan saat aku meneriaki 'haste', kau aktifkan sihir itu kepadaku. Mengerti?"
"Baik."
Likyter langsung mengambil kedua pedang kecil dari sarungnya yang sudah terpasang di pinggangnya. Lalu, dia berlari untuk menyerang monster itu lagi. Menyadari kedatangan Likyter, monster itu berbalik dan menusukkan tombak milik Tiana di tangannya ke arah Likyter. Likyter langsung menekukkan badannya ke samping, membuat tombak itu melewati setipis kertas daun telinganya. Likyter membalas dengan mengayunkan pedang kecilnya untuk melukai tubuh monster itu, tapi berhasil dihindari dengan meloncat ke belakang.
"Fokus!!" teriak Likyter. Mio pun menyanyikan sihir itu.
Secara cepat, Likyter menyatukan kedua pedang kecilnya dan mengubahnya menjadi katana. Monster itu tidak diam saja, dia memanfaatkan hal itu untuk meluncurkan tusukkan tombak ke arah Likyter dengan cepat. Tiba-tiba Likyter melempar katananya ke langit, bersamaan dengan datangnya serangan tombak. Hampir mengenai tubuh Likyter, kalau saja dia tidak memutar badannya. Seperti yang dilakukan monster itu, setelah memutar tubuhnya, Likyter menangkap tombak Tiana.
"Haste!!" teriak Likyter. Mio pun langsung menyanyikan sihir itu.
Karena teriakkan tiba-tiba dari Likyter, monster itu terdiam sebentar karena kaget. Hal ini dimanfaatkan oleh Likyter untuk meluncurkan tendangan ke perut monster itu. Monster itu terdorong dan melepas tombaknya. Dengan cepat, Likyter memutar badannya dan melempar tombak itu. Berhasil menusuk tubuh monster itu. Katana yang tadi terlempar ke atas sekarang mulai turun dan berputar mendekati Likyter.
*SRINGGG
Tiba-tiba Likyter sudah ada di belakang monster itu, dengan katana miliknya yang diarahkan ke depan. Perlahan, luka sayatan tercipta di leher monster itu, semakin membesar, dan akhirnya kepala monster itu terpisah dari tubuhnya. Darah keluar dengan banyak sekali, lalu tubuh monster itu tumbang. Kemudian, monster-monster ikan yang sedang dihadapi oleh petualang-petualang lain tiba-tiba tumbang. Bukan hanya monster-monster itu, perlahan Likyter juga mulai kehilangan keseimbangan tubuhnya dan akhirnya tubuhnya jatuh.
"Liky-kun!" teriak Mio sambil berlari mendekati Likyter. Vanili dan lainnya pun ikut berlari menuju Likyter. Dengan wajah cemas, Mio langsung duduk di dekat Likyter. Kedua tangannya memegangi bahu Likyter. "Liky-kun, bangun!" teriaknya sambil mengguncang tubuh Likyter. "Jangan mati!"
"Groookk," dengkur Likyter.
Tentu saja mereka semua yang awalnya teriak-teriak dengan cemas, sekarang terdiam. Perlahan mereka pun tertawa kecil, kecuali Veronica yang hanya mengeluarkan napas lega.
"Dia sudah berjuang dengan keras," komentar Mio.
"Kalau begitu, aku akan mengambil item-item dari mayat monster-monster itu," ucap Tiana.
"Aku juga ikut, Tiana," ucap Vanili.
"Aku akan membelikan minuman untuk kita semua," ucap Haru. "Vero-chan, apa kau mau ikut?" ajak Haru. Veronica pun menjawab dengan anggukan.
"Aku akan membelikan makanan untuk kita semua," ucap Elyna.
Mereka semua pun pergi meninggalkan Likyter yang sedang tertidur dengan nyenyak. Melihat itu, Mio langsung menempatkan kepala Likyter ke paha Mio untuk dijadikan bantalan. Sebuah senyuman terukir di mulut Mio karena melihat wajah tidur Likyter, dan sekali-kali Mio mengelus rambut Likyter.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top