20

Tubuh Winter rasanya lemas. Gadis itu memang terlihat berlari kencang, tapi sebenarnya di dalam raganya sudah tidak ada tenaga lagi. Setelah mendapat telepon dari Chaeryeong, Winter beserta Hyunsuk, Denise, Ryujin, dan Chenle langsung pergi ke Rumah Sakit Pelita. Mereka bertanya di resepsionis sebelum diarahkan ke ruangan tempat Jaehyuk dirawat.

Di luar ruangan sudah ada Chaeryeong yang menangis sesegukan. Setelah Winter dan yang lainnya datang, Chaeryeong langsung jatuh ke pelukan Winter. Winter yang tak tahu apa-apa hanya bisa menunggu Chaeryeong berhenti menangis, lalu menjelaskannya pada Winter dan yang lain.

Chaeryeong akhirnya berhenti menangis dan menjelaskan semuanya dari awal. Mulai dari dia dan Jaehyuk yang menangkap basah perselingkuhan kekasih Chaeryeong, sampai Chaeryeong yang meminta bantuan Jaehyuk, tapi malah Jaehyuk yang dikeroyok oleh mantan Chaeryeong dan komplotannya.

"Tuh, 'kan! Gua bilang juga apa! Sepupu gua itu bukan fuckboy kayak yang kalian pikir!" sahut Hyunsuk. Pemuda itu sempat menatap tajam ke arah Ryujin, kemudian membuang muka begitu saja.

"Iya iya, sorry. Gue mana tau kalau Jaehyuk cuma bantuin Chaeryeong doang," sahut Ryujin.

"Makanya kalau kaga tau itu jangan sok tau." Hyunsuk masih dalam mode menyolot.

"Kok ngegas? Gue kan udah minta maaf baik-baik!"

"Woi, jangan teriak-teriak! Ini kita di rumah sakit, isinya orang-orang sakit yang pada istirahat. Kalau mau debat, keluar aja sana!" kata Chenle.

"Hyunsuk duluan yang ngegas," adu Ryujin.

"Heh, lu duluan ya yang ngatain sepupu gua." Hyunsuk tak mau kalah.

"Gue, kan, udah minta maaf secara baik-baik. Apa salahnya maafin gue?"

"Ck, iya dah. Gua maafin. Tapi, lain kali jangan asal jeplak gitu aja tanpa bukti yang pasti."

Winter melirik ke jendela ruangan. Ada Jaehyuk yang terbaring lemah dengan tubuh yang penuh luka memar. Gadis itu menghentakkan kakinya pelan. "Ini udah boleh dijenguk belum, sih? Gue mau ke dalem sekarang juga rasanya."

"Kata dokter tunggu beberapa jam lagi. Biarin Jaehyuk istirahat dulu, nanti kalau udah cukup istirahatnya baru boleh dijenguk," balas Chaeryeong.

Gadis itu kemudian menoleh ke arah Hyunsuk. "Oh, iya. Hyunsuk, lo tolong panggilin orang tuanya Jaehyuk dong. Katanya dokter mau bicara sama orang tuanya."

"Dokter siapa namanya? Biar gua aja sini yang wakilin," kata Hyunsuk.

"Lah kok lo? Jangan dong. Orang tuanya Jaehyuk harus tau, ini bukan masalah sepele. Lukanya Jaehyuk juga keliatan parah gitu," balas Denise.

Hyunsuk menggeleng seraya tersenyum tipis. "Gua yang wakilin juga sah-sah aja. Siapa nama dokternya, Chaer?"

"Dokter Han Seungwoo."

"Oke, gua tinggal bentar. Jagain sepupu gua ya lu semua!"

"Iya, aman." Chenle membalas.

Mereka menunggu sekitar dua jam sampai akhirnya diperbolehkan masuk ke ruang tempat Jaehyuk dirawat. Tapi, pengunjung dibatasi hanya dua sampai tiga orang saja. Akhirnya, Ryujin, Denise, dan Chenle mengalah, membiarkan Winter, Chaeryeong, dan Hyunsuk masuk sebagai kloter pertama.

"Woi, anjir! Lu kalo ada apa-apa cerita ke gua kek! Diem-diem bantuin Chaeryeong sendirian, kalau lu cerita ke gua, kan, gua bisa bantu. Di deket situ gua punya banyak temen anak kuliahan. Cowoknya si Chaeryeong dijamin kaga bakal berani," cerocos Hyunsuk.

"Sejak kapan temen lu jadi banyak?"

"Sejak lu sibuk sama Winter, gua jadi menyibukkan diri dan akhirnya kenal sama orang-orang baru. Awalnya, sih, gua cuman nanya doang perihal dunia kuliah. Eh, malah jadi deket."

Chaeryeong membuka suara. "Jaehyuk, maaf ya. Harusnya dari awal gue gak ngelibatin lo ke masalah gue. Harusnya yang masuk rumah sakit itu gue, bukan lo."

"Hush. Jangan ngomong gitu, Chaer. Gua seneng lu baik-baik aja, lain kali hati-hati kalau milih cowok. Jangan milih yang kasar dan kaga bisa ngehargain cewek," sahut Jaehyuk.

"Gue tau ini mungkin gak berguna, tapi tadi setelah gue teriak-teriak dan gak ada yang nolongin, gue akhirnya putus asa buat ngerekam sewaktu lo dikeroyok sama mereka. Gue bakal kirim videonya ke lo ya, terserah lo mau dilaporin atau enggak. Tapi, saran gue, sih, laporin aja. Mereka udah keterlaluan." Chaeryeong menyodorkan ponselnya.

"Good job. Bukti itu udah lebih dari cukup buat bikin mereka dipenjara. Sini, biar gua yang ngelaporin," kata Hyunsuk meraih ponsel Chaeryeong sambil menunjukkannya pada Jaehyuk.

Tangan Jaehyuk bergerak pelan, berusaha mencegah Hyunsuk. "Jangan dilaporin beneran. Ancem mereka aja. Biar gua sendiri yang ngasih hukuman ke mereka."

"Maksudnya?" tanya Hyunsuk.

"Santai. Gua punya rencana sendiri," ujar Jaehyuk seraya melirik ke arah Winter yang sedaritadi hanya diam dan menunduk. Hyunsuk mengikuti arah pandangan Jaehyuk dan mengangguk mengerti.

"Gua sama Chaeryeong keluar dulu. Gua duluan," pamit Hyunsuk sambil menarik tangan Chaeryeong dan mengajak gadis itu keluar. Membiarkan Jaehyuk dan Winter berdua di dalam ruangan.

"Win," panggil Jaehyuk.

"Hm?"

"Kenapa diem? Masih mau berdiri di situ? Kaga mau agak deketan sama gua?"

"Nggak mau. Lo jelek," ujar Winter sok ketus. Tapi, sedetik selanjutnya gadis itu malah menangis sesegukan. Winter duduk di samping ranjang Jaehyuk sambil menenggelamkan kepalanya di atas kasur.

"Ngatain gua jelek, tapi lu malah nangis. Sekarang gua tanya, siapa yang lebih jelek, hah?" sahut Jaehyuk membelai pelan rambut Winter.

Gadis itu membenarkan posisi dengan duduk tegak. "Lo, lah! Nggak ngaca apa wajah lo pada biru-biru merah gitu?"

"Win."

"Apa?"

"Sini. Tatap mata gua dulu bentar."

"Mau ngapain?"

"Udah, tatap aja bentar."

Winter mengikuti instruksi Jaehyuk. Tak lama kemudian, pemuda itu tampak membenarkan rambutnya. Winter langsung membuang muka saat tahu kalau Jaehyuk menggunakan bola matanya untuk bercermin.

"Masih ganteng tuh, barusan gua liat."

Winter berdecih pelan sambil mengusap pipinya yang basah. "Cih. Begini nih tipe orang dengan tingkat narsisme yang tinggi."

"Udah, jangan nangis lagi. Siapa yang dulu pernah bilang kalo nangis itu bikin capek jiwa sama capek raga?" tanya Jaehyuk.

"Gue, sih. Tapi kan akhirnya waktu itu tetep nangis juga," ujar Winter, "padahal gue udah berniat mau pundung tiga hari. Soalnya tadi gue nungguin lo di pos satpam lama banget, eh malah lo boncengin Chaeryeong. Mana nyuekin gue lagi."

"Hah? Lu nungguin gua?"

Winter mengangguk. "Iya lah. Lo kan satu-satunya temen gue berangkat sama pulang sekolah."

"Dih, satu-satunya konon. Orang tadi pagi buktinya lu berangkat sama Sungchan."

"Tadi pagi, tuh, gue cuma bahas diskusi laporan Hari Guru Nasional aja kok. Lagipula di mobil ada Minju juga kok, itu anak nggak mau diskusi pas jam pelajaran dan kalo abis pulang sekolah dia ada les. Jadi, ya bisanya pas itu."

Jaehyuk menatap Winter dengan tatapan tak percaya. "Jadi tadi di dalem mobilnya Sungchan ada Minju juga?"

Winter mengangguk. "Lah lo pikir gue berduaan doang sama Sungchan? Engga lah! Nanti usaha gue buat move on sia-sia dong."

Jaehyuk menunjukkan senyuman lebarnya.

°°°

lega banget akhirnya bisa update ini 😭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top