9. AditTita

⚠️Warning⚠️

Part ini banyak kata kasar dan umpatan. Harap bijak membacanya.

Happy reading!!!


Di pagi yang cerah, semua siswa siswi SMA Bintang sudah bersiap untuk melakukan upacara yang biasa dilaksanakan pada hari senin.

Empat hari berlalu saat kejadian Adit bicara kasar dengan Tita di depan Caca. Selama itu juga Tita tidak masuk sekolah.

Alasannya, bukan karena cewek yang kata Adit childhis itu menghindar dan mencoba lari dari kenyataan. Bukan, bukan itu alasannya. Yang sebenarnya Tita sakit. Memiliki riwayat penyakit Anemia kronis, membuat Tita harus menjaga pola makannya.

Tapi akhir-akhir ini Tita mengabaikannya, makan tak teratur dan sembarangan, merupakan salah satu penyebab Anemia Tita kembali kambuh. Belum lagi Tita kurang tidur.

Dan hari ini, Tita kembali masuk sekolah. Wajahnya kembali berseri seakan kejadian beberapa hari yang lalu tidak pernah terjadi. Secepat itu Tita melupakannya? Tentu saja tidak, bahkan Tita tidak akan pernah lupa. Hanya saja cewek itu lebih memilih untuk terlihat baik-baik saja, agar tidak ada orang yang tau seberapa besar luka hatinya.

Tita melangkah menuju kelasnya, senyumnya sesekali terukir kala dia berpapasan dengan orang. Tita memang ramah, saking ramahnya Adit selalu mengira kalau cewek itu murahan.

Setelah mendekati kelasnya, langkah Tita berhenti, melihat pemandangan di depannya cukup membuat dadanya terasa sesak. Tapi kembali lagi, Tita berusaha terlihat baik-baik saja, dengan senyum yang terukir di bibirnya, Tita kembali melanjutkan langkahnya.

"Pagi, Caca!" serunya. Caca menoleh dan sangat terkejut karena mendapatkan Tita sudah masuk sekolah lagi.

"Ti-Tita, lo udah masuk?" Tita mengangguk.

"Maaf, gue gak jenguk lo kemarin," kata Caca sedikit ada rasa penyesalan di wajahnya.

"Gak masalah, Sisi udah dateng?" tanya Tita, berusaha tidak melihat orang lain yang berada di dekat Caca.

Caca menoleh pada Adit sesaat. Ya, ada Adit di sana, raut wajahnya tidak terbaca. Caca kembali menoleh pada Tita.

"Udah," jawabnya.

"Ya udah, Tita masuk dulu ya," kata Tita dan berlalu meninggalkan Caca dan Adit.

Caca menoleh pada Adit. Cewek itu tersenyum sangat sinis. "Gimana perasaan lo?"

"Apa?"

"Gak di anggap sama Tita."

Adit mengedikan bahunya. "Biasa aja," kata Adit tak acuh.

"Ck. Gue masuk!" Caca langsung masuk tanpa menunggu persetujuan Adit.

Adit menatap punggung Caca yang kini sudah berkumpul dengan Tita dan Sisi. Tatapan Adit kini beralih pada  Tita.

Gadis itu benar-benar tidak menatapnya, tidak histeris seperti biasanya kalau bertemu dengan Adit. Dan Adit bersyukur dengan itu. Setidaknya dia bisa terbebas dari Tita.

***

Fortem sedang berada di rooftop. Mereka bolos lagi di pelajaran kedua. Malas katanya karena pelajaran saat ini adalah Matematika. Melihat deretan angka bukanlah hal yang menyenangkan untuk anak Fortem.
Denis sekalipun yang terbilang paling pintar di gengnya.

"Tita, Dit, Tita!" seru Irga yang melihat cewek mungil itu dari rooftop. Wajar kalau mereka bisa melihat Tita dari sana.

Secara kelas Xl IPA berada di lantai dua, yang di mana gedungnya berhadapan dengan gedung jurusan IPS. Sedangkan saat ini Fortem berada di rooftop gedung IPS.

Jarak antara gedung pun tidak terlalu jauh, hanya di batasi dengan taman.

"Tita udah move on dari lo, Dit, kayaknya." Kali ini Bayu membuka suara. "Nyatanya sekarang dia lagi deket sama si Raden anak kelas 12 IPA 1."

Adit tidak menanggapi, cowok itu masih menyesap rokoknya, tapi matanya memang fokus menatap Tita dan Raden.

Sedangkan Denis yang semulanya fokus pada game di ponselnya langsung mendongak dan menatap Tita.

"Raden?" serunya bersamaan dengan Dilan. Kedua cowok itu saling menatap. So sweet ya.

"Napa lo berdua?" tanya Irga lalu mengepulkan asap rokoknya.

Dilan berjalan mendekat ke dinding batas rooftop yang tingginya hanya sebatas lututnya. Kemudian dia menoleh pada Adit.

"Kemarin gue ketemu Danu," kata Dilan sembari membuang rokok lalu menginjaknya. Kemudian menghadap pada Adit yang saat itu sudah beralih menatap yang lain.

"Dia bilang, salah satu anak SMA Bintang, ada yang khianati Fortem, dia udah gabung ke geng Mores. Dan orang itu akan mendekati siapa pun yang berkaitan sama Fortem. Lo inget kejadian di mana Tita hampir di culik Mores, kan? Gue takut Raden ada sangkut-pautnya sama Mores."

Alih-alih menanggapi, keempat teman Dilan hanya tercengang mendengar penjelasannya. Pasalnya baru kali ini Dilan banyak bicara.

"Fix, besok gue suruh emak bikin nasi tumpeng tiga susun," kata Irga.

"Lan, sumpah ini lo, kan?" tanya Bayu dengan menggoyangkan tubuh Dilan dengan lebay.

"Tai!" umpat Dilan.

"Gue kira lo cuma hafal beberapa suku kata, Lan," ejek Adit.

Sedangkan Denis tergelak dengan puasnya, lalu berhenti dan mengacungkan dua jarinya tanda damai saat Dilan menatapnya tajam. Dilan 'kan galak, jadi Denis takut.

"Gue serius, njink!"

"Ih.. Dilan ngomongnya kasar, ya, Mamah gak suka, nanti Mamah bilangin sama Papah," kata Irga sembari menunjuk Dilan seakan orang tua  yang sedang menceramahi anaknya.

"Papah sama Mamah gak pernah ajarin Dilan ngomong kasar," sambung Bayu.

"Jijik, Tulul!" kata Adit menoyor kepala Bayu.

"Baby!" umpat Bayu sembari mengusap kepalanya. Adit terkekeh.

Denis berdeham. "Tapi ada benarnya juga yang di omongin Dilan, Dit. Danu ngomongnya depan gue juga, kok. Dan gue rasa Raden patut di curigai."

Adit menghela nafas. "Jadi, setiap orang yang dekat sama Tita, harus kita curigai? Terus gimana sama Caca juga Sisi? Harus di curigai juga? Atau semua cowok yang di senyumin Tita, harus kita curigai juga?"

Ucapan Adit keluar begitu saja, setelah matanya menatap Tita yang tersenyum pada dua orang cowok yang kebetulan berpapasan dengan cewek itu.

Kriik! Kriik! Kriik!

Seketika hening. Adit yang tersadar dengan keheningan itu pun langsung menoleh pada teman-temannya.

"Ku cemburu
Bila kau dengannya
Ku cemburu
Karna kau adalah sebagian dari hatiku."

Bayu dan Irga menyanyikan lagu Cemburu dari Sandy Canester dengan suara fals mereka.

Adit mendelik. "Bukan cemburu, cuma si Boncel meresahkan banget, senyum-senyum sama setiap cowok, bener-bener murahan, kan?"

"Emangnya kita nyanyi buat lo?"

Skakmat!

Baby! - umpat Adit dalam hati.

"Perasaan gue, Tita emang senyum ke setiap orang, Dit," celetuk Irga.

"Adit matanya udah tertutup dengan api cemburu," sahut Bayu yang langsung ber-Hi Five dengan Irga.

"Makanya dia gak bisa bedain cewek mana, cowok mana," sambung Irga semakin memojokkan Adit.

"Berisik, Anjing!" sentak Adit yang langsung membuat Bayu dan Irga bungkam.

Tersisa lah hanya Denis dan Dilan yang terkekeh karena melihat raut wajah Bayu dan Irga yang sudah pucat karena di bentak Adit.

"Terus jadinya gimana?" tanya Denis membuka suara. "Perlu gue jagain Tita lagi?"

Adit menoleh pada Denis, menatapnya cukup lama. Lalu menghela nafas. "Terserah," jawabnya.

"Gila, si Bara berani banget kasih Sisi bunga, itu cewek 'kan galak banget." Irga heboh di tempatnya.

"Mana?" Bayu mengikuti pandang Irga. "Njir!! Bara dan Raden semakin di depan."

Dilan bergegas menghampiri Bayu dan Irga. Kemudian rahangnya mengeras. "Anjink!" umpatnya, kemudian berlalu pergi meninggalkan keempat temannya yang menatap bingung.

***

*Bersambung*


Up date lagi dong.. heheh. 

Tanggapan kalian baca cerita ini dong.

Tentang...

Adit - Tita

Adit - Caca

Denis - Tita

Dilan - Sisi

Jangan lupa vote komennya sayang
༼ つ ◕‿◕ ༽つ(づ ̄ ³ ̄)づ






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top