6. AditTita

Tita berjalan lamban menuju kelasnya, suasana sekolah tampak sepi, karena gadis itu berangkat terlalu pergi.

Tita sedang tidak enak hati dari kemarin sore. Alasannya, karena melihat Adit pulang bersama dengan Caca.

Flashback *

Tita dan Denis baru saja keluar dari toko buku, mereka baru saja selesai membeli buku resep.

Hampir setengah jam mereka bergulat dengan buku yang berisi menu-menu masakan itu. Karena nyatanya Denis tidak tau buku resep macam apa yang perlu dia beli.

"Makasih, ya, Ta," kata Denis sembari menyerahkan helm pada cewek bertubuh mungil itu.

"Oke," jawab Tita sembari tersenyum.

Tita segera naik ke motor Denis. Denis segera memundurkan motornya, sebelum memijak jalan raya, Denis sempat menghentikan motornya, karena jalanan sangat padat, sehingga dia harus menunggu sampai jalanan renggang.

Namun sebelum itu terjadi, mata Denis  jatuh pada sebuah pemandangan yang cukup menyakitkan bagi Tita.

Denis segera mengalihkan Tita, agar gadis itu tidak melihat Adit dan Caca.

"Tit-"

"Denis, itu Caca sama Adit, kan? Kok mereka bisa pulang bareng?"

Telat. Tita sudah lebih dulu melihatnya. Denis jadi bingung harus berkata apa.

"Em.. mungkin mereka mau kerja kelompok," jawab Denis asal.

"Hah? Emang, iya? Tapi mereka 'kan gak sekelas."

Shit!

Denis harus mengarang apa lagi? Sungguh Denis tidak tega dengan Tita.

Denis menghela nafas dalam. "Denis juga gak tau, Tita. Mungkin gak sengaja, mereka ketemu, jadi Adit ajakin Caca pulang bareng."

Tita merenung. "Tita juga sering ketemu Adit di jalan, tapi Adit gak pernah ajak Tita pulang bareng."

"Tita, rumah lo di mana?" Denis mencoba mengalihkan pembicaraan.

Tita semakin sedih di buatnya, sudut bibirnya tertarik ke bawah. "Jalan Garuda," jawabnya singkat.

Akhirnya Denis memilih untuk menjalankan motornya, selama perjalanan mengantar Tita pulang, tidak ada obrolan yang penting. Keceriaan Tita hilang, terganti dengan perasaan kecewa.

***

Caca dan Sisi masuk ke dalam kelas bersama, langkah Caca berhenti saat dilihat Tita sudah berada di kursinya dengan kepala di telungkup-kan pada meja.

"Ta," panggil Sisi, sembari meletakkan tasnya.

Tita mengangkat wajahnya, Sisi dan Caca sangat terkejut, pasalnya mata Tita sudah merah dan sembab.

"Ta, lo kenapa?" Sisi dengan segera mengelus pundak Tita.

Alih-alih menjawab, Tita malah menatap Caca lekat, hal itu berhasil membuat Caca jadi salah tingkah.

"Lo ke-kenapa sih, Ta?"

"Ca, kemarin Caca pulang bareng Adit, kan?" tanya Tita to the point

Deg!

"E-enggak! Lo kata siapa?"

"Kemarin Tita liat Caca boncengan sama Adit."

"Bener, Ca?" tanya Sisi menuntut jawaban.

"Enggak, Si. Beneran."

"Tita ada saksi kok, Ca. Tita sama Denis."

"Ca," panggil Sisi, membuat Caca tidak ada pilihan selain mengangguk.

"Maaf, Ta, kemarin itu, gue gak sengaja ketemu Adit di depan gerbang, sopir gue gak jemput. Akhirnya gue bareng sama dia," kata Caca berkilah.

Karena nyatanya, Caca memang sengaja menunggu Adit. Adit pun merasa tidak keberatan saat Caca minta di antar pulang lagi. Cowok itu sudah jatuh pada pesona Caca.

Anggap saja Caca itu jahat, karena sudah mengkhianati Caca. Tapi bagi Caca perasaannya terhadap Adit adalah hal wajar.

"Oh... Ternyata apa yang di bilang sama Denis itu bener, ya. Wah... Denis kayak cenayang."

Caca tersenyum. "Maaf, ya, Ta. Gue jadi gak enak sama lo. Tapi bener kok, gue gak ada apa-apa sama Adit."

Tita menghapus sisa air matanya, dia tersenyum lalu menggenggam tangan Caca. "Tita percaya, kok," katanya.

Lain halnya dengan Sisi, yang merasakan sesuatu yang ganjil dengan ucapan Caca.

"Gue harap, lo gak bohong, Ca," katanya, yang berhasil membuat tubuh Caca kaku seketika.

***

:)

Dit, temuin gue di rooftop

Satu pesan itu berhasil membuat Adit menarik sudut bibirnya ke atas. Cowok itu segera berdiri dari duduknya.

"Mau ke mana lo, Dit?" tanya Dilan.

"Wc," jawabnya singkat.

"Bentar lagi masuk, jangan bolos lo!"

Adit mengabaikan Dilan, dia lebih memilih mempercepat langkahnya.

Di rooftop, Adit sudah melihat Caca di sana. Iya, gadis yang baru saja mengirim pesan itu adalah Caca.

Caca menoleh pada Adit. Dia langsung berlari menghampiri Adit. Wajahnya kentara ketakutan. Membuat Adit jadi khawatir.

"Dit...," lirihnya.

"Lo kenapa, Ca?" Dengan reflek, Adit menyentuh pipi Caca lembut. Mengusapnya dengan rasa sayang.

"Maaf, Adit, kayaknya mulai hari ini kita gak usah pulang bareng lagi."

Adit mengerut bingung. "Maksudnya?"

"Ke-kemarin, Denis sama Tita liat kita boncengan motor, gue takut Tita salah paham, dan berujung musuhin gue, lo tau 'kan, Tita itu sahabat gue dari kecil."

Adit menghela nafas. "Jadi cuma masalah cewek murahan itu?"

"Adit! Dia sahabat gue." Bela Caca.

"Lo terlalu mikirin Tita."

"Adit, kita gak ada hubungan apa-apa, kalau lo lupa."

"Terus kenapa? Gue nyamannya sama lo!" teriak Adit, yang berhasil membuat Caca bungkam.

"Gue mulai sayang sama lo," sambungnya.

Caca masih diam seribu bahasa. "Lo paham maksud gue?"

Caca mundur selangkah. "Jangan asal, Dit, kita kenal belum lama. Jangan gara-gara kita pernah ketemu sebelum gue masuk di sini, lo jadi mengira itu awal perkenalan kita. Sama sekali gue gak merasa kayak gitu."

Kemudian Caca pergi, tapi sebelum pergi, Caca berkata, "jauhin gue, gue gak mau buat sahabat gue patah hati sama cinta pertamanya." Setelahnya Caca pergi, menyisakan Adit dengan keheningan.

Sampai di belakang pintu rooftop, Caca segera menghapus air matanya. Lalu kembali ke kelas.

Tanpa dia sadari, ada seseorang yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka, bahkan pembicaraan mereka pun di abadikan dalam video.

***

Tita sedang mengobrol dengan Sisi, jam pelajaran pertama kosong, karena guru Bahasa Inggrisnya sedang cuti hamil, tapi bukan berarti kelas mereka bebas dari tugas.

Guru piket selalu menyampaikan tugas, dan mereka harus selalu mengerjakannya, karena selalu di kumpulkan.

Caca datang dengan seulas senyum. Tita dan Sisi langsung menghentikan obrolannya. Intensitas mereka teralih pada Caca yang saat ini matanya sembab.

"Caca!" seru Tita, cewek itu berdiri, menghampiri Caca. "Caca kenapa?"

Caca hanya menggeleng dengan tersenyum kecil. I'm fine, Ta," jawabnya.

"Lo nangis, Ca?" tanya Sisi. Lagi, lagi Caca menggeleng.

"Caca tuh kalau ada masalah cerita sama Tita, jangan di pendam sendiri."

"Iya, Ta, tapi gue gak papa kok. Gue cuma lagi kangen bokap."

Tita menghela nafas dalam. "Papah Caca pasti udah bahagia bersama Tuhan, Caca harus sabar dan kuat, ya. Jangan merasa sendiri, ada Tita sama Sisi yang selalu ada buat Caca, Tita sayang Caca," ujar Tita.

Caca mengangguk, lalu memeluk Caca. "Thank, Ta."

Andai aja lo tau, Ta, gue nangis karena apa, andai aja lo tau, Ta, gue udah mulai nyaman sama Adit, apa lo masih bisa sebaik ini sama gue? - batin Caca.

***

Kepulangannya ke Indonesia di karenakan berita duka dari ayahnya.
Bertahun-tahun tidak pulang ke tanah kelahiran membuatnya jarang bertemu dengan ayahnya. Tapi sekalinya pulang Alesa yang biasa di panggil Caca itu harus membawa kesedihan yang mendalam.

Rando - ayah Caca koma sejak satu tahun yang lalu, kecelakaan tunggal membawanya tidak menyadarkan diri selama ini. Perawatan khusus sudah Rando jalani, tapi tetap saja Tuhanlah yang memutuskan semuanya.
Tuhan lebih sayang dengan ayah Caca.

Caca yang terpukul atas meninggalnya Rando, memilih untuk menghibur dirinya dengan mengendari mobil sendiri. Pergi dalam keadaan hati yang hancur membuatnya tidak sadar di mana dia saat itu.

Mobil Caca berhenti secara mendadak. Mobilnya mogok karena kehabisan bensin. Bodohnya dia yang tidak sempat memeriksa terlebih dahulu. Caca menatap jalanan yang gelap dan sepi. Jangan lupakan bahwa dia sudah lama berada di Jepang, membuatnya sedikit lupa jalan, apa lagi dia awam di sini.

Tak lama dari itu, sebuah cahaya muncul dari belakang, Caca menoleh ke belakang, guna memperjelas.

Alangkah terkejutnya Caca, saat mendapatkan banyak motor berjalan mendekat ke arahnya. Suara raungan motor sangat memekakkan telinganya.

Satu motor melaluinya, orang yang mengendarai motor itu sempat menoleh ke arah mobil Caca. Kemudian orang itu mengangkat satu tangannya sebagai kode untuk menghentikan pasukannya.

Motor-motor itu berhenti di depan mobil Caca. Orang yang menoleh tadi turun dari motornya, menghampiri mobil Caca dan mengetuk kaca.

Caca ketakutan, tapi dia tidak akan bisa diam saja, pasalnya matanya dan mata orang asing itu sudah saling menatap.

Caca keluar dengan jantung yang berdebar. "Sa-saya-"

"Kenapa mobilnya?" tanya orang itu sembari melepas helmnya, membuat Caca termangu di tempatnya.

Setelah sadar, Caca jadi salah tingkah. "O-oh ini mogok, bensinya abis," kata Caca jadi gugup.

"Bodoh, emang lo gak periksa dulu?"

Caca merenggut kesal, baru kenal, masa sudah di katakan bodoh? Tapi memang Caca tidak pungkiri kalau memang dia bodoh.

"Rul," panggil cowok itu pada salah satu temannya. "Beli bensin buat cewek ceroboh," sambungnya yang laku di angguki Sahrul.

Cowok bernama Sahrul pun pergi. Selagi menunggu Sahrul datang, cowok itu lebih memilih mengumpul pada teman-temannya, meninggalkan Caca sendiri berdiri di depan mobilnya.

Tak lama dari itu Sahrul datang dengan membawa sekantung plastik. Cowok itu langsung mengisi bensin di mobil Caca.

"Udah," katanya.

"Ma-makasih,"

Cowok itu tidak membalas, tapi dia malah menatap Caca dari atas sampai bawah. "Lo pulang ke mana?"

"Hah? Jalan anggrek," sahut Caca.

"Ini udah malem, gak baik kalau cewek balik sendiri, gue sama temen-temen gue bakal anterin lo, kita ikutin dari belakang," katanya.

Tanpa menunggu persetujuan Caca, cowok itu kembali menaiki motornya. Memberi perintah, menunggu Caca menghidupkan mobilnya. Setelah Caca mulai menjalankan mobil Honda Jazz-nya, cowok itu dan teman-temannya pun mulai mengikuti Caca. Caca pun pulang dengan di antar cowok asing itu yang sama sekali tidak Caca tau namanya.

Dan siapa yang bisa mengira, cowok itu kini satu sekolah dengan Caca. Bahkan sudah dua kali Caca di antar pulang dengan cowok itu. Caca senang sangat senang, karena pada akhirnya, dia bisa bertemu dengan cowok baik itu. Tapi sayangnya, cowok itu sudah lebih dulu di cintai dengan Sahabatnya, Tita.

***

*Bersambung*

ohhh... Jadi begitu awal mula Caca dan Adit ketemu.

Pernah ke pikiran gak sama kalian? Kalau Caca dan Adit pernah ketemu sebelumnya?

Nah.. masih kesel sama Caca gak? Atau makin kesel sama Adit?

Tunggu lanjutannya ya.

Jangan lupa vote dan komennya.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top