5. AditTita
Saat ini adalah waktu istirahat bagi siswa siswi SMA Bintang. Kantin yang semulanya sepi, hampir seperti pasar.
Suara riuh terdengar bising.
Di salah satu meja, tepat pada sudut kantin, Adit duduk sendiri, matanya menatap jauh ke depan, memperhatikan sesosok cewek bersurai panjang.
Caca, cewek itu sedang mengobrol dengan Tita dan Sisi. Sesekali Caca tertawa dan tersenyum, membuat sudut bibir Adit ikut tertarik.
Kemarin Adit mengantar Caca sampai rumahnya, sepanjang perjalanan Caca lebih banyak bicara, dan Adit sedikit tau tentang gadis itu.
Brak!
Adit mengalihkan sorot matanya tajam pada Irga si pelaku kerusuhan. Irga menyengir dan mengacungkan dua jarinya tanda damai.
"Lo bolos lagi?" tanya Dilan sembari duduk di hadapan Adit.
"Hm," gumamnya.
"Kalau bolos ajak-ajak dong, Dit," kata Bayu sembari mencomot pisang goreng di meja.
"Pinterin dulu otak lo, baru bolos," cetus Adit.
"Astaghfirullah, filter dulu kalau ngomong, Dit." Bayu mengusap dadanya sok tersakiti.
Adit mengerutkan dahinya saat melihat memar di sudut bibir Bayu.
"Lo di amuk bokap lo lagi?" tanyanya.
Bayu terdiam sesaat, melirik Denis yang juga meliriknya.
Denis menghela nafas. "Kemarin kita berantem sama Danu dan teman-temannya. Mereka lagi ganggu Tita."
Adit tidak merespon, tapi Denis tau sahabatnya itu mendengar perkataannya.
"Danu hampir aja jadiin Tita umpan, biar lo bisa kalah dari dia."
"Apa hubungannya sama Tita?" tanya Irga.
Denis dan Bayu mengedikan bahunya. Dilan berdeham sebelum dia membuka suara.
"Gue rasa, Danu pernah liat lo waktu antar Tita pulang."
"Emang pernah lo anter Tita?" Denis bertanya pada Adit yang di balas anggukan dengan cowok itu.
"Kapan?" tanya Irga.
"Dulu," sahut Adit singkat. Adit mengalihkan tatapannya pada Tita, yang saat itu sedang tertawa.
Sebenarnya, menurut Adit, Tita tidak jelek, bahkan cewek itu sangat sempurna karena hampir tidak memiliki kekurangan sedikitpun.
Hanya saja Adit tidak suka dengan cewek yang mengejar-ngejar, karena bagi Adit, cewek itu patut di kejar, bukan mengejar.
Kalau harus mengingat bagaimana dan kapan Adit bisa pulang bersama Tita, itu karena dulu Tita pernah pingsan karena terkena bola yang Adit lempar, alhasil Tita pingsan di tempat, Adit yang merasa harus bertanggung jawab pun segera membawanya ke UKS, setelah Tita sadar, Adit segera mengantarnya pulang.
Tapi sayangnya saat di perjalanan, mereka bertemu Danu selaku ketua Mores, musuh Fortem sejak lama.
Mungkin saat itu Danu berpikir kalau Tita adalah pacarnya, maka dari itu gadis itu di incar.
Kalau di pertanyakan kenapa baru sekarang, jawabannya, karena Tita lebih sering di antar jemput dengan sopirnya.
"Bilang sama Danu, Tita bukan siapa-siapa gue," kata Adit.
Dilan mendengus, "lo kira dia bakal percaya?"
"Kita harus jaga Tita, Dit," kata Bayu. "Gue takut Danu dia jadiin Tita korban."
"Tita doang?" Dilan mengerutkan dahinya. "Gue rasa Danu bakal mengincar orang terdekat geng Fortem."
"Iya, tapi yang udah jelas Danu incar sekarang itu, ya, si Tita," sahut Bayu yang di setuju dengan Denis.
"Gue gak bisa jaga dia, gue gak mau si Tita punya pikiran kalau gue udah buka hati buat dia," tutur Adit.
Alasan selain itu, Adit ingin menjaga perasaan seseorang.
Flashback
Caca mengeratkan pegangannya pada jaket Adit refleks, saat di rasa cowok itu mengebut.
Saat tersadar, Caca langsung melepaskan pegangan itu, membuat Adit menepikan motornya.
Caca yang bingung langsung bertanya, "kok berhenti?"
"Kenapa di lepas pegangannya?"
"Hah?" Caca menggaruk tengkuknya. "Em.. lo 'kan gebetannya Tita, gue takut ada yang liat terus di aduin sama Tita, nanti jadi masalah lagi."
"Tita yang suka sama gue, gue enggak." Adit langsung menarik tangan Caca dan dilingkarkan pada perutnya. "Gue lebih tertarik sama lo," katanya kemudian.
Caca tercengang, tapi tak menampik bahwa dia senang dan mulai merasa nyaman dengan Adit. Caca malah tersenyum dan semakin mengeratkan pelukannya. Hal itu dilihat dengan Adit melalui kaca spion, Adit pun ikut tersenyum.
Flashback off
"Tapi, Dit-"
"Biar gue aja yang jagain Tita," kata Denis memotong ucapan Irga. Setelah itu dia pergi dari meja itu, melangkah ke arah meja Tita.
Sebenarnya, Denis tau apa yang membuat Adit enggan untuk melindungi Tita dari Mores. Cowok itu sedang menjaga perasaan Caca.
Ya, kemarin, sepulang Denis mengantar Tita pulang, Denis melihat Adit sedang berboncengan dengan Caca. Caca yang memeluknya dari belakang dengan erat, sedangkan Adit tampak tidak keberatan. Hal itu yang membuat Denis merasa kasian dengan Tita.
"Ta," panggil Denis.
Membuat ketiga cewek di meja itu beralih menatap Denis. Tita tersenyum sembari melambaikan tangannya.
"Kenapa, Den?"
"Pulang di jemput?"
"Em... Enggak, kenapa?"
"Bisa anterin gue? Nyokap suruh gue beli buku resep, tapi gue gak tau modelan bukunya kayak gimana," alibi Denis.
Tita terdiam sejenak, lalu dia menoleh pada Adit yang juga menatapnya sebentar, ingat hanya sebentar, setelahnya cowok itu kembali mengobrol dengan ketiga temannya.
"Em.. gak papa emang?"
"Siapa?"
"Adit. Nanti Adit kira kalau Tita move on dari dia, Tita gak bisa, Tita gak mau buat Adit kecewa. Nanti Adit kira kalau Tita selingkuh."
Denis tersenyum, sangat tenang melihat senyumannya. "Gue udah izin sama dia."
Tita membulatkan matanya. "Serius? Tanggapan Adit gimana?"
"I-iya, dia kasih izin," kilah Denis.
"Wah... Secara gak langsung Adit peduli sama Tita."
"Jangan ngibul lo, Den. Jangan angkat sahabat gue, kalau nyatanya nanti dia di jatuhin ke dasar lautan," kata Sisi.
"Tita percaya kok, lagi juga Tita rasa Adit juga udah suka sama Tita."
Denis hanya menyengir, sedangkan Sisi mendelik sinis. Bedanya dengan Caca, cewek itu langsung memasang wajah jutek.
"Bentar, Tita mau tanya Adit dulu." Tita langsung berdiri, sedangkan Denis gelagapan.
"Ta, mau apa?" Denis segera menyusul Tita.
"Tita mau pastiin doang, kok, Den."
Tita sudah sampai di meja Adit, cewek itu tersenyum manis, tapi Adit malah terlihat muak dengan senyumannya.
Kalau saja yang senyum itu adalah Caca, mungkin akan beda lagi ceritanya.
"Adit. Adit, kasih izin Tita anter Denis ke toko buku?"
"Toko buku?" Bukan Adit, melainkan Bayu.
"Lo ngapain ajak Tita ke toko buku? Wah.. cari kesempatan dalam kesempitan lo, Den," sambung Irga.
"Gue emang mau cari buku," kata Denis membela diri.
"Adit bener gak papa?" tanya Tita.
Adit mengalihkan matanya pada Caca, cewek itu menatap Adit, kemudian menunduk.
"Bodo amat!" ketusnya, lalu Adit berlalu pergi.
Bukannya tersinggung, Tita malah tersenyum senang. "Iya, lain kali kita pulang bareng ya, Adit gak usah marah," seru Tita.
Sedangkan Adit tidak peduli dengan ucapan Tita di belakang sana.
***
"Bersambung"
Berkomentar, mengumpat Caca dan Adit di persilahkan.
Jangan lupa di vote (づ。◕‿‿◕。)づ
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top