3. AdiTita
Seorang cewek berjalan dengan penuh percaya diri memasuki perkarangan sekolah. Banyak pasang mata yang melihatnya penuh minat.
Cewek itu mengibaskan rambut panjangnya, seakan menebar pesona kecantikannya.
Matanya menyipit kala melihat sosok orang yang tidak asing baginya.
"Tita!" Panggilan lembut itu membuat cewek bertubuh mungil itu mengalihkan wajahnya dari Adit.
Tita sempat mengerutkan dahinya, tapi sedetik kemudian. Senyumnya melebar.
"Caca!" pekiknya kegirangan.
Cewek bernama Caca itu lantas berlari menghampiri Tita.
"Lo sekolah di sini?" tanyanya setelah mereka berpelukan.
Tita mengangguk. "Iya. Akhirnya Caca pulang juga ke Indonesia, Tita kira Caca bakal selamanya di Jepang." Tita kembali memeluk Caca.
"Duh, kayak mimpi gue ketemu Lo di sini."
Tita melepas pelukannya. "Tita juga kayak mimpi." Tita menoleh sesaat pada Adit yang sejak tadi melihat keseruan mereka berdua.
"Oh iya. Caca, ini kenalin Adit. Adit, ini Caca."
"Halo," sapa Caca ramah sembari mengulurkan tangannya. Adit membalas dengan wajah yang datar, hanya saja tatapan cowok itu terus menatap pada Caca.
"Adit, Caca ini sahabat Tita dari SD. Dia pindah ke Jepang, saat kita mau naik ke kelas 8. Sekarang Caca balik lagi deh. Uuh... Senengnya Tita."
Caca tersenyum malu-malu, di tambah lagi tatapan maut Adit. Membuatnya jadi salah tingkah.
"Oh iya, Ta. Anterin gue ke ruang kepala sekolah, yuk!"
"Boleh, yuk, Tita anter." Tita kembali menoleh pada Adit yang masih setia menatap Caca. "Adit, Tita anter Caca dulu, ya. Dadah...."
Setelah itu, Tita segera merangkul Caca dan membawa Caca pergi dari hadapan Adit.
Beberapa detik kemudian. Caca menoleh kembali pada Adit yang ternyata masih menatapnya.
"Duh, semoga kita sekelas, ya."
Caca beralih menatap Tita. "Yang tadi itu cowok Lo?"
"Hah? Adit?" Caca mengangguk. "Em.. calon cowok Tita, heheh. Doain ya, Ca, moga Tita bisa dapetin hatinya Adit. Tita tuh udah lama banget suka sama Adit, tapi Aditnya gak pernah balas perasaan Tita. Maka dari itu Tita gak akan menyerah buat dapetin hati Adit. Caca dukung Tita, ya," jelas Tita panjang lebar.
Caca sempat tertegun beberapa detik, kemudian mengangguk dengan tersenyum kecil. "Gue dukung, kok."
"Makasih, Caca!" serunya.
***
Adit memasuki kelasnya dengan tampang yang beda dari biasanya. Sedikit terlihat lebih manusiawi gitu.
Biasanya, kan, wajah Adit di tekuk terus, apa lagi setiap pagi Tita selalu saja mengganggunya.
"Dit, Lo abis di ruqyah?" berondong Bayu saat melihat Adit menarik sudut bibirnya.
Astaghfirullah, ini kejadian langka. Jadi wajar Bayu bertanya begitu.
Dengan satu alis terangkat, Adit menatap Bayu.
"Tumben banget otot wajah Lo renggang, biasanya kaku mulu."
"Nah, gue tau nih, Lo udah jadian sama Tita, ya?" sambung Bayu lagi.
"Atau, Tita gak gangguin Lo lagi pagi ini?" Kali ini Dilan yang bertanya.
"Kenapa dia terus sih yang ada di otak Lo pada?"
"Karena dunia Lo penuh dengan Tita," jawab Bayu. Adit mendelik.
"Woy! Woy! Woy!" Teriak Irga yang baru saja datang. Dasar si biang onar.
Irga mengambil nafas banyak, saat teman-temannya menatap dia penuh tanya.
"Lo tau gak?"
"Enggak," jawab mereka serempak.
"Dih, gue belum beres ngomongnya, Bambang!" Irga menelan ludahnya cepat. "Ada anak baru, cewek. Gila... Cantik banget njir. Bodynya aduhai, rambutnya panjang, senyumnya manis banget udah kayak di larutin gula 3 kilo." Heboh Irga.
"Namanya siapa?" Bayu langsung merespon, beda halnya dengan Dilan dan Adit.
"Gue gak tau, tapi kayaknya dia sekelas sama Tita. Pokoknya siang ini, gue mau main ke kelasnya Tita. Titik gak pake tanda tanya, tanda seru apa lagi tanda kutip."
"Oh, dia sekelas sama si boncel?" gumam Adit.
"Lo kenal?" tanya Dilan.
"Tadi ketemu di depan," jawab Adit. "Gue ke WC dulu."
***
Jam istirahat telah tiba. Berita adanya murid baru di sekolah itu sudah tersebar luar. Jadilah banyak siswa siswi dari kelas luar yang datang ke kelas Tita hanya untuk melihat atau secara langsung berkenalan dengan murid baru yang katanya cantik itu.
Senyum Caca tidak pudar sedari tadi, mejanya penuh dengan teman-teman barunya.
"Tita, kantin, yuk!" ajak Sisi.
"Bareng Caca ya, Si. Dia kan gak tau kantin di mana."
Sisi memutar bola matanya malas, dari tadi Tita hanya memikirkan Caca saja. Padahal istirahat sudah dari 15 menit yang lalu.
"Udahlah, Ta, dia juga udah gede. Banyak temen juga, pasti banyak yang mau temenin dia ke kantin."
"Enggak, Si. Kasian Caca, dia kan punya penyakit maag kronis, kalau kumat gimana coba? Tita gak tega. Bentar ya, Si."
Tita beranjak dari duduknya lalu menghampiri meja Caca.
"Misi, misi!" Tita menyelip dari kerumunan orang yang mengitari meja Caca. "Kalian bubar deh, ini udah istirahat, emang gak pada laper apa? Caca juga mau makan tau."
"Ih apaan sih, Ya? Gak jelas banget."
"Emang, udah kayak emaknya Caca aja."
"Udah, ah. Balik yuk!"
Satu per satu orang-orang itu pergi, meninggalkan Tita yang masih berdiri di dekat Caca. Kalau di lihat-lihat, Tita seperti bodyguard-nya Caca saja.
"Huh.. untung aja Lo dateng, Ta. Kalau Lo gak dateng, gak tau deh nasib gue kayak gimana, bisa barabe kalau gue telat makan, udah gue gak bawa obat lagi."
"Ya udah, kantin yuk! Laper nih Tita."
Caca mengangguk antusias.
"Si, ayo!" Sisi menghela nafasnya, dan berdiri dari duduknya.
Sebelum mereka benar-benar keluar dari kelas. Sorakan ramai terdengar dari luar kelas. Tak lama dari itu segerombolan cowok masuk ke ruang kelas tersebut.
Tita langsung heboh saat tau itu adalah geng Fortem.
"Adit!" serunya lalu berlari yang merangkul lengan cowok itu tanpa tau malu.
Tak beda jauh dengan Irga dan Bayu. Kedua cowok itu juga sangat heboh saat bertemu Caca.
"Ini murid barunya? Cantik bener," kata Bayu.
Caca tersenyum simpul, matanya langsung menangkap kedekatan Tita dan Adit. Tidak, hanya Tita saja yang berusaha mendekati Adit. Sedangkan Adit selalu mencoba untuk melepaskan rangkulan tangan Tita.
Di dalam lubuk hati Caca yang paling dalam, dia merasakan kelegaan saat tau respon datar yang di tunjukan Adit pada Tita.
***
*Bersambung*
Aduh...
Ada apakah dengan Adit?
Ada yang tau gak nih??
Yuk... Komen dan vote yg banyak biar bisa lanjut cepat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top