16. AditTita

Adit duduk di atas motornya bersama teman-temannya, matanya panjang mencari-cari sosok yang ingin dia temui saat ini.

Senyumnya terlukis di wajah tampannya, saat Caca melewatinya. Saat ini Caca tidak sendiri, ada Tita di sana. Hanya saja Caca tidak menyadari keberadaan Adit. Sedangkan Tita sudah sadar lebih dulu.

"Ca," panggil Adit. Caca menghentikan langkahnya.

Adit tersenyum pada Caca sembari melambaikan tangannya. Caca jadi tidak enak hati dengan Tita.

"Ta, tungguin ya, gue di panggil Adit dulu," kata Caca tanpa memikirkan bagaimana kondisi hati Tita.

Tita hanya mengangguk dengan senyum terpaksa.

"Lo ikut aja, yuk. Gue gak enak, banyak temen-temen Adit."

"Eh, engga-"

"Ayo, Ta." Caca menarik tangan Tita.

Adit mengernyit, saat melihat Tita juga ikut berdiri di hadapannya.

"Gue panggil Caca, bukan lo," kata Adit. Tita hanya menunduk.

"Ih, Adit, gue minta temenin Tita, kita mau ke toko buku."

"Lo mau ke toko buku?" Di balas anggukkan dengan Caca. "Gue anter, ya?"

Caca menoleh pada Tita. "Tapi gue udah janjinya sama Tita."

"Bisa di langgar, kan?" Caca menoleh pada Tita.

"Gak apa-apa kok, Ca, Tita pulang aja kalau gitu."

"Nah, bagus kalau lo sadar." Caca memukul lengan Adit pelan.

"Apa?"

"Ayo, buruan kalau mau ke toko buku," kata Caca. Adit langsung memakai helmnya. Caca naik ke motor Adit.

"Gue duluan ya, Ta."

"Iya," sahut Tita tak berminat.

Seperginya Caca dan Adit. Tersisa Tita, Irga, Bayu, Denis, Dilan.

"Ta, Caca itu sahabat lo dari kecil, kan?" Irga turun dari motornya, menghampiri Tita.

"Hah? Iya."

"Dia tau lo suka sama Adit?" tambah Bayu. Tita mengangguk.

"Terus bisa-bisanya dia balik bareng Adit, sedangkan dia tau lo suka sama Caca. Lo yakin Caca itu sahabat lo?" Anggap saja Bayu itu seperti mengompori Tita.

Tita tersenyum pada Irga dan Bayu. "Tita lagi belajar lupain Adit, kok, Bay. Kalau Aditnya suka sama Caca, Tita bisa apa?"

"Tapi seharusnya Caca bisa hargai lo dong, Ta." Irga mendengus. "Gue jadi gak respek lagi sama Caca. Teman kok makan teman."

"Udah ah, Ga. Tita gak terima sahabat Tita di jelek-jelekin sama Irga. Yang penting Caca bahagia kok."

"Ah, Tita, bener-bener cewek idaman," kata Bayu.

"Kalau aja lo sukanya sama gue, Ta, mungkin dari dulu gue udah terima lo," sambung Irga. Tita hanya tersenyum.

"Ta, Sisi udah pulang?"

Tita menggeleng. "Belum, dia lagi piket." Dilan manggut-manggut.

"Ta, pulang bareng gue, yuk."

Tita menoleh pada Denis. "Enggak, Den, Tita naik taksi aja. Ya udah, Tita pulang dulu ya. Dadaaa."

***

Di perjalanan menuju rumah Caca. Mereka sudah pulang dari toko buku, saat ini Adit hendak mengantar Caca pulang.

Dalam perjalan, seperti biasa Caca banyak bicara. Keseringan sih tentang Tita. Jadi kalau di lihat-lihat, Caca itu seperti seorang sales yang sedang mempromosikan barang jualannya.

Biar apa sih? Salah satunya biar Adit bisa tertarik dengan Tita, jadi secara tidak langsung Caca ini sedang menyanjung Tita, agar Adit bisa tertarik dengan sahabatnya.

"Ca," panggil Adit sedikit keras.

"Apa?"

"Caca pernah punya mantan?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Caca diam, gadis itu sedang berpikir.

"Kenapa?" tanya Caca akhirnya.

"Tanya doang."

"Pernah," jawab Caca.

Caca ini sedang mengungkit sahabatnya, tapi kenapa Adit malah bertanya tentangnya.

Akhirnya motor Adit berhenti di depan rumah Caca. Caca turun dari motor tinggi itu.

"Makasih, Dit, gue masuk dulu."

"Ca bentar." Adit menarik lengan Caca. Caca menoleh pada Adit.

"Ca, lo kalau lagi sama gue, bisa gak sih jangan ngomongin Tita? Sepintar  apa pun lo sanjung dia di depan gue, itu sama sekali gak mempengaruhi gue, karena gue tertariknya sama lo."

Caca terdiam di tempatnya. Bukan sekali dua kali Caca mendengar pengakuan Adit, tapi sekarang, Caca sudah tidak lagi menyukai Adit.

Memang Caca akui, bahwa dia pernah menyukai Adit, bahkan Caca pernah merasa puas kala Adit bersikap kasar pada Tita, tapi semenjak Adit menghina Tita di depannya. Rasa suka itu seketika menghilang, terganti rasa benci pada Adit.

"Ca, lo mau jadi pacar gue?"

Caca menatap Adit lekat. Lalu melepaskan cekalan Adit di lengannya.

"Maaf, Dit, gue gak bisa."

Adit mengusap wajahnya kasar. "Kenapa? Pasti karena Tita, kan?"

"Bukan."

"Terus?"

"Gue udah punya tunangan."

Adit tergelak, seolah-olah ucapan Caca itu adalah sebuah candaan.

"Lo kalau mau nolak gue, bisa pakai alasan yang logis gak sih, Ca?"

"Gue serius."

"Ca, gue paham lo butuh waktu, tapi gak usah bohong kayak gini."

Caca menghela nafas kasar. "Terserah lo aja."

"Ca, gue bakal tunggu lo sampe lo mau sama gue." Adit berlalu pergi meninggalkan Caca.

Tak lama dari kepergian Adit, sebuah motor datang dan berhenti tepat di hadapan Caca. Caca lagi lagi menghela nafas.

"Tadi siapa?"

"Temen," jawab Caca ketus, lalu masuk ke dalam.

Sedangkan cowok itu menatap Adit yang samar-samar tidak terlihat karena sudah menjauh. Cowok itu menyeringai. Ternyata Adit sedang mendekati calon istrinya.

***

Tita sedang berada di balkon kamarnya. Matanya menatap ke langit  yang gelap bertabur bintang.

"Kenapa ya, Yah, Bun. Adit kok gak suka sama Tita? Padahal Tita suka banget sama Adit. Adit malah memilih Caca."

Tita merengut sedih. Andai saja yang di sukai Adit itu adalah dirinya. Pasti Tita tidak akan cinta bertepuk sebelah tangan.

Drrt.

Suara getaran ponselnya menyadarkan Tita. Tita segera membuka ponselnya.

Nomor tidak di kenal.

+625555xxxxxxx
Ta, lagi apa?
Ini gue Danu.

Danu? Ah iya, Tita ingat. Danu itu adalah musuh geng Fortem. Adit sempat banyak tanya waktu Tita bersama Danu, Raden dan geng Mores.

Kadang Tita berpikir, bagaimana bisa Adit benci Danu? Padahal cowok itu sangat baik pada Tita.

Lagi mau tidur, Danu.

+62555xxxxx
Ya udah, kalau gitu lo tidur aja.
Good night, Tita :)

Tita tidak membalas lagi. Matanya sudah berat saat ini, Tita pun memilih untuk masuk ke dalam, tidak lupa mengunci pintu balkonnya. Merebahkan badannya di ranjang, tak berapa lama kegelapan pun menjemputnya. Dunia mimpi sudah menyambutnya.

Sedangkan di luar rumahnya. Danu menatap Balkon kamar Tita. Cowok itu tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

"Nice dream, Tita," katanya lalu menjalankan motornya, meninggalkan pekarangan rumah Tita.

***

*Bersambung*

Double up.....

Yeaayy... !!!

Minta vote dan komennya ya.

😁😁

Makasih juga yang udah rajin banget vomen di cerita ini, yang udah rajin nagih cerita ini..

Thanks buat dukungan kalian.

Love you all ♥️♥️♥️♥️



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top