13. AditTita

"Kenapa gue harus tau sendiri kepulangan lo? Apa lo gak ada niatan buat kasih tau gue?"

"Apa? Siapa lo yang perlu gue kasih tau dan kasih kabar?! Lo itu bukan siapa-siapa gue."

"Caca!"

Caca terdiam seketika. Lagi-lagi cowok itu membentaknya. Padahal cowok itu bukanlah siapa-siapanya.

"Jangan lupa kalau bokap lo sama bokap gue udah janji akan jodohin kita."

Caca menoleh tajam. "Jangan lupa juga perjanjian itu berlaku sebelum bokap gue meninggal."

"Tapi enggak sama bokap gue."

Caca mendengus kesal. Dia memilih kembali ke kamarnya dari pada harus bersama cowok pilihan almarhum ayahnya itu.

***

Tita tersenyum melihat rumah bertingkat dua di hadapannya. Hari ini sepulang sekolah Ira mengajak Tita ke rumah orang tua kandung Tita.

Sudah lama Tita tidak ke rumah itu, meskipun rumah itu sudah lama tidak di tempati, tapi rumah itu tetap terawat karena pembantu rumah tangga yang selalu membersihkannya. Dan Ira-lah yang menggaji mereka.

Tita keluar dari mobil, dia menatap haru bangunan itu.

"Tita kangen banget sama rumah ini, Bunda."

Ira tersenyum, lalu merangkul Tita dan membawanya masuk. Terakhir Tita meninggalkan rumah ini saat usianya masih 5 tahun.

Dan tidak ada satupun yang berubah dari terakhir dia meninggalkan rumah ini.

Tita menyusuri sekitar. Sebuah potret Ayah dan Bundanya masih terpajang di ruang keluarga. Tita melangkah mendekat, mengusap bingkai yang bersih tanpa debu. Sepertinya asisten rumah tangga yang Ira kerjakan sangat teliti dalam merapikan rumahnya.

"Tita kangen Ayah sama Bunda," lirihnya.

Ira menatap punggung Tita yang bergetar. Selalu begini, Tita selalu  menangis kala datang ke rumah ini. Tapi Tita bukanlah gadis lemah, setelahnya Tita akan kembali seperti biasa. Ceria.

"Ta, Bunda ke toilet dulu, ya."

Tita menoleh lalu mengangguk. Setelah perginya Ira. Tita melangkah perlahan menuju album foto yang tersusun rapi di rak buku.

Matanya menangkap album foto berwarna hitam. Rasa penasaran langsung menggerayangi hati dan pikirannya. Tita mengambil album itu. Lalu membawa tubuhnya duduk di sofa yang tidak jauh dari sana.

Tita membuka dengan pasti album itu. Halaman pertama, potret Ayah dan Bundanya. Mereka terlihat serasi. Dan Tita selalu berharap kelak dia akan bisa hidup bersama dengan orang yang dia cintai sampai akhir hidupnya. Ya, seperti Bunda dan Ayahnya.

Tapi apa mungkin Tita bisa menikah dengan cowok yang saat ini dia cintai? Mengingat Adit tidak memiliki rasa sedikitpun padanya.

Mencoba menghilangkan pikirannya pada Adit. Tita kembali membuka lembaran kedua.

Di sana ada foto dirinya dan Rita -- Bunda kandung Tita. Di sebelahnya ada foto Rita, Ira dan Tita. Ternyata Ira benar-benar sahabat baik Rita.

Ira pernah bilang pada Tita, kalau Ira dan Rita, bersahabat dari kecil.

Tita jadi berpikir lagi, apa bisa dia dan Caca bersahabat sampai tua? Di tambah lagi saat ini Adit yang Tita cintai lebih menyukai Caca di banding Tita.

Tita menghela nafas panjang. Kembali membuka lembaran berikutnya. Seketika dahi Tita mengernyit.

Ada foto seorang anak laki-laki yang sedang mengecup pipi Rita. Dan di pangkuan Rita ada bayi perempuan, yang Tita yakini adalah dirinya.

Tita mengeluarkan foto itu, mencoba meneliti lagi foto anak kecil itu.

"Ini siapa ya? Sejak kapan aku punya saudara cowok?"

Tita membalik foto itu, ada sebuah tulisan tangan Rita di sana.

'My children Kenzo and Nabila♥️'

"Kenzo?"

"Sayang, ayo kita pul-"

Ucapan Ira terhenti kala melihat apa yang sedang Tita lakukan.

"Bunda," panggil Tita sembari menunjukkan foto di tangannya.

"Ini siapa Bunda?"

Pertanyaan Tita mampu membuat Ira bergeming di tempatnya.

***

Saat ini geng Fortem sedang berkumpul di basecamp mereka.

Sebagian di antara mereka ada yang sedang bermain gitar, bernyanyi, bermain game online, ada yang sedang di kerok, ada yang sedang mengerok, ada pula yang sedang bermain bola.

Ya, begitulah mereka kalau sudah berkumpul.

"Akang Dio teh atos begadang?" tanya Irga.

"Sanes, atos ngaronda," jawab Dio, lalu bertahak untuk kesekian kalinya.

"Udah, Di. Lain kali kalau minta kerokin sama yang lain, jangan sama gue," protes Ronald.

"Ih, meuni perhitungan kamu mah, Ronald."

Ronald mencebikkan bibirnya. Sedangkan Dio terkekeh.

"Emang lo abis ngapain sih?" tanya Denis sembari meletakan ponselnya di meja.

"Gue tuh semalem begadang, jagain ayam bokap gue."

Seketika gelak tawa terdengar. "Kena hukum lo?" tanya Dilan melepas earphone-nya.

"Bukan njir, beberapa minggu terakhir kampung gue tuh lagi gak aman, banyak ternak ilang di curi. Nah, bokap gue ketakutan, makanya gue di suruh jagain si Fernando."

"Fernando?!"

"Nama ayam jago bokap gue," sahut Dio.

"Anjir!!! Nama ayam keren banget, kalah lah nama lo mah, Jang," cetus Bayu.

Orang yang merasa terpanggil namanya hanya mendengus lalu kembali bernyanyi.

Namanya Januar, lahir pada bulan Januari, tapi entah kenapa bisa di panggil Ujang. Sebenarnya panggilan itu hanya berlaku untuk anak Fortem, orang lain tetap memanggilnya Januar.

Sifatnya pendiam, lebih diam dari Dilan, tapi kalau sudah bernyanyi  bisa buat orang di sekitarnya terhibur. Pintar berkelahi, memiliki tinggi nyaris 2 meter, membuat dia sering di juluki tiang listrik berjalan.

"Ulah kitu, bisi ngamuk jelema na," kata Dio. (Jangan gitu, takut marah orangnya.)

Nah, kalau Dio itu asli Sukabumi. Orangnya baik, perhatian, dan juga pengertian, kalau kaum cewek cari cowok yang care, nah, Dio orangnya.

Wajahnya manis dengan warna kulit sawo matang. Hobi main Pubg, sampai rela begadang, makanya tidak aneh kalau Dio sering minta di kerokin, dan orang yang selalu menjadi target untuk minta di kerokin adalah Ronald.

Kalau Ronald sendiri, adalah ketua tim basket di SMA Nirwana. Orangnya cuek, masa bodo, jutek, tapi bukan berarti dia tidak punya pacar, itu pemikiran yang salah, karena sebenarnya, Ronald itu termasuk cowok badboy, playboy, fuckboy. Selain hobi main basket, Ronald juga hobi ganti cewek.

Blasteran indo-australia buat wajahnya terlihat berbeda dari anggota Fortem yang lain. Tapi juga setia sama geng Fortem, jago berantem juga.

Dan masih banyak lagi. Hanya mereka bertiga Dulu yang kita bahas kali ini, lain waktu akan di bahas anggota Fortem yang lainnya.

Kembali pada Adit dan antek-anteknya.

"Ada yang perlu gue selidiki antara Danu dan Tita," ujar Adit, setelah sekian lamanya terdiam.

Semua orang di sana langsung menghentikan kegiatan mereka, menatap Adit, menunggu kelanjutan ketua mereka.

"Gue merasa ganjil sama mereka."

"Tita teh siapa?" tanya Dio.

"Cewek sekolah kita," jawab Bayu. "Mantan fans-nya Adit," sambungnya sembari melirik Adit.

"Masih, ngab," kata Irga membuka suara, "tadi pagi aja kasih sarapan sama Adit, tapi gue yang makan."

Adit mengernyit menatap Irga. "Ya 'kan lo nolak, Dit, jadi gue yang makan, kata Tita juga gitu."

"Lo gak ngomong sama gue," kata Adit.

"Lah, lo yang nolak pas Tita kasih ke lo, bilangnya gini, 'lo kasih aja ke cowok lo' gitu kata lo, ya udah gue makan."

Adit mengeratkan rahangnya. "Gak punya malu lo!"

"Makanya jangan shy shy cat. Nyesel 'kan lo." Irga kembali tergelak. Sedangkan Adit melemparkan tissu basah ke arah Irga yang kemudian berhasil masuk ke mulut Irga.

"Adit bangsat!!" Kini gantian Adit dan yang lain tergelak.

***

*Bersambung*


Bisa up lagi deh.. horee..

Senengnya aku bisa ketemu kalian lagi hehe.

Makin bingung gak sama part ini?

Ayo, siapa ya yang di jodohin Caca?

Siapa ya Kenzo?

Hubungan Dilan dan Sisi itu apa?

Dan bagaimana perasaannya Adit sama Tita?

Makin penasaran gak? Makanya ikutin terus cerita ini ya.

Jangan lupa vote dan komen, biar aku makin semangat up nya 😊😊

Love you all ♥️♥️




































Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top