12. AditTita

Motor KLX berwarna merah hitam itu berhenti di depan rumah minimalis berlantai dua. Tita turun dengan perlahan, mengingat motor Adit yang tinggi. Jangan lupakan tubuh Tita yang pendek.

"Makasih," kata Tita. Senyumnya mengembang begitu saja saat melihat Adit tengah menatapnya.

Sepertinya Tita lupa dengan niat awalnya untuk move on dari si ketua geng Fortem itu.

Adit menatap Tita dengan tampang datar, tapi tidak sedetikpun beralih.

"Ya udah, Tita masuk dulu, ya." Tita melambaikan tangannya, sebelum dia melangkah menjauh dari Adit.

"Ta," panggil Adit, yang sukses membuat Tita tersenyum senang.

Tita menoleh. "Iya, Adit?"

"Jaket gue," katanya datar.

Tita gelagapan. "O-oh, iya. Maaf Tita lupa." Tita segera mengulurkan tasnya pada Adit. "Pegangin dulu," kata Tita.

"Lo perintah gue?"

"Ck." Akhirnya Tita menyimpan tas itu di jok belakang.

"Nih." Tita mengulurkan jaketnya pada Adit yang langsung di terima cowok galak itu. Kemudian mengambil tasnya dan berlalu begitu saja.

"Ta," panggil Adit lagi. Membuat Tita mendengus.

"Apa lagi sih, Adit?"

"Jangan lupa makan." Setelahnya Adit pergi dari sana.

Jangan tanyakan bagaimana Tita sekarang. Tiga kata yang di ucapan Adit berhasil membuat jantungnya berdetak cepat, bahkan dia merasakan ada kupu-kupu yang bertebaran di perutnya.

Tita melompat kegirangan. "Ya ampun, Tita gagal move on!" pekiknya tak menghiraukan pandangan orang yang menatapnya aneh.

"Tita!" Panggilan itu membuat Tita tersadar kalau sedari tadi dia belum bertemu dengan Ira.

"Bunda!" serunya lalu berlari dan memeluk Ira erat.

"Kamu ke mana aja? Bunda khawatir sama kamu," kata Ira sembari memeriksa keadaan Tita.

"Bunda, Tita baik-baik aja, kok. Tapi Bunda harus tebak dulu, siapa yang tadi anter Tita pulang." Tita terlihat riang.

"Siapa?"

"Adit, Bunda! Adit tadi anter Tita pulang. Ya ampun Tita senang banget, Tita berasa di kasih harapan lagi sama Adit."

Ira tersenyum lembut, baginya kebahagiaan Tita adalah kebahagiaan untuknya juga.

"Bunda ikut senang dengarnya, Tita. Ya udah sekarang kita masuk dulu, yuk, badan kamu bau, kamu mandi dulu, abis itu makan. Jangan sampai telat. Ingat, kamu baru sembuh sakit."

"Siap, Bundaku sayang." Sebelum masuk ke dalam, Tita menyempatkan mengecup pipi Ira.

Tanpa mereka sadari dari kejauhan ada yang memperhatikan mereka. Orang itu tersenyum, melihat Tita yang tersenyum bahagia, cukup mempengaruhi dirinya. Kemudian orang itu pergi dengan motor besarnya.

***

Saat ini Adit sudah ada di basecamp Fortem. Di sana sudah ada anggota inti dan yang lainnya.

Denis bangkit dari duduknya saat dia melihat Adit datang. "Gimana sama Tita?"

"Dia baik-baik aja."

"Tita gak di apa-apain 'kan?"

Adit terdiam, mengingat kembali bagaimana perlakuan Danu pada Tita.

Baru pertama kali ini Adit melihat Danu bersikap lembut. Dan itu hanya dengan Tita.

"Waktu Tita hampir di culik, Danu ikut?"

Bayu mengangguk. "Iya," jawabnya.

"Sikap dia ke Tita gimana?"

Yang lain mengerutkan dahinya saat pertanyaan Adit terkesan aneh.

"Danu biasa aja, dia gak galak-galak banget sama Tita, kecuali Roy." Denis membuka suara. Seingatnya begitulah kenyataannya.

"Ada yang aneh sama Danu," gumam Adit.

Dilan yang duduk di sampingnya menoleh singkat. "Aneh kenapa?"

Adit menatap Dilan. Lalu menghela nafas dalam-dalam. Meskipun Adit tidak menjawab, tapi mereka cukup mengerti ada yang mengganjal di hati Adit tentang Danu dan Tita.

"Wah... Curiga gue kalau Danu suka sama Tita," kata Irga.

"Ck, apaan sih lo." Denis menatap tajam Irga. Irga tersenyum lebar. Semua itu tak luput dari pandangan Adit.

***

Sisi terbangun dari tidurnya, tenggorokannya terasa kering. Dengan posisi sedikit duduk, tangannya terulur ke meja di samping ranjang tidurnya, sedetik kemudian dia berdecak karena gelasnya kosong tak terisi air.

Akhirnya, gadis itu turun dari ranjangnya. Sisi sangat dehidrasi.

Bersamaan dengan itu, suara deru motor mengisi keheningan malam itu.  Sisi mengabaikan hal yang menurutnya sudah tak aneh lagi. Dia memilih untuk melangkah ke dapur, mengisi gelasnya.

Bruk!

Pintu tertutup kasar, Sisi hanya melirik singkat, mengabaikan si pelaku.

"Belum tidur?"

"Belum," jawab Sisi singkat.

Dilan - cowok itu memperhatikan Sisi yang mengenakan dress tidurnya dari belakang.

"Tita udah ketemu," kata Dilan.

"Hm, tau." Sisi meneguk airnya sampai tandas, lalu kembali mengisi lagi gelasnya.

"Mamah udah tidur?"

"Hm." Sisi hendak pergi, namun langkahnya terhenti karena tarikan pada lengannya.

"Lo kenapa sih?"

"Apa?"

"Lo kenapa?"

"Kenapa apa?"

"Lo cuek banget sama gue."

"Perasaan lo doang," kata Sisi.

Dilan menghela nafas. Lalu melepaskan cekalan pada lengan Sisi.

"Lo suka sama Bara?"

"Bukan urusan lo." Sisi berlalu pergi meninggalkan Dilan yang terpaku di tempatnya.

"Anjink!" umpatnya, lalu mengacak rambutnya kasar.

***

Keesokan paginya.

Sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang SMA Bintang.

Tita menoleh pada Ira. "Tita masuk dulu, ya, Bun."

"Iya, belajar yang pinter ya, Sayang."

"Siap, Bunda."

Setelah mengecup tangan Ira, dia segera keluar dari mobil biru muda itu. Melangkah dengan pasti dan tentunya senyum yang selalu menghiasi wajah cantiknya.

"Pagi, Tita," sapa beberapa cowok.

"Pagi," sahutnya dengan senyum manis.

Tanpa Tita sadari, ada Adit dan Irga yang berjalan di belakangnya.

"Tita ramah banget dah, mungkin kalau si Denis sama Tita udah pacaran, bisa salah paham tuh si Denis."

Adit melirik Irga dengan tampang seram. "Omongan lo gak bermutu," kata Adit lalu berjalan lebih dulu sampai melewati Tita.

Tita yang awalnya terkejut, langsung memanggil Adit.

"Adit!" panggilnya.

Adit tidak menghiraukan panggilan itu, dia masih tetap berjalan. Tita langsung berlari mengejar Adit.

"Adit, tunggu!"

Adit berhenti kala tangannya ditarik Tita. Terdengar tarikan nafas kasar dari Adit. Tita segera berdiri di hadapan Adit, saat merasa cowok tinggi itu tidak berniat menoleh ke arahnya.

Tita tersenyum manis. "Ada yang mau Tita kasih buat Adit."

Tita membuka ransel pinknya, mengambil kotak makan dan menyerahkannya pada Adit.

"Buat Adit," kata Tita

Adit menatap sinis kotak makan itu. Lalu menatap Tita.

"Kasih sama cowok lo," ujarnya lalu berlalu pergi.

Tita terperangah. Lalu mengikuti arah  kepergian Adit.

Irga berdiri di samping Tita. "Adit kenapa, Ta?"

Tita menggeleng. "Emangnya cowok Tita siapa, Ga?" tanya Tita, matanya masih menatap Adit yang sudah menjauh.

"Hah?"

Tita mengerjap. Menoleh pada Irga, dan menyerahkan kotak makannya.

"Titip ke Adit ya, bilang ini dari Bunda Ira sebagai tanda terima kasih karena udah mau anter Tita pulang semalem.

Tadi, Adit-nya pergi gitu aja, padahal Tita belum beres ngomong."

Irga mengambil kotak makan Tita. "Kalau gak di terima, mau di kasih siapa?"

Wajah Tita seketika merenung, tapi hanya sesaat, kemudian cewek itu tersenyum. "Makan aja sama Irga."

Irga tersenyum lebar. "Thanks, Tita," kata Irga sembari mengacak rambut Tita membuat gadis itu merengut kesal.

Drtt! Drtr! Drtt!

Getaran itu berasal dari ponsel Irga. Irga berkerut kecil saat nama Adit menghubunginya.

"Hal-"

|KE KELAS SEKARANG, NYET!!!

Irga segera menjauhkan ponselnya guna melihat kembali nama yang tertera di layar. Kemudian dia mendekatkan lagi pada telinganya.

"SETAN ADIT!! KUPING GUE BUDEK BANGSAT!!"

***

*BERSAMBUNG*

Ada gak sih di antara kalian yang bingung sama cerita ini? Atau yang berpikir alurnya cepat, karena tiba-tiba Adit care sama Tita?

Sebenernya gak gitu ya, karena sebelum melangkah ke fase Adit cemburu atau Adit suka sama Tita, ada satu konflik yang bakal aku duluin.

Penasaran gak?

Makanya kepoin terus cerita ini ya.

Jangan lupa vote dan komen.

Makasih juga yang selalu nagih up... 。◕‿◕。 ༼ つ ◕‿◕ ༽つ (づ ̄ ³ ̄)づ

Sekarang kalian boleh nagih lagi. Komen banyak aku up cepet.

Spam di persilahkan 😁😁😁









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top