9 :: Kita Bersama ::
Semua keputusan sudah Lion dan Adella sepakati, mereka memutuskan untuk meneruskan perjodohan serta pernikahan yang sudah diatur itu berharap keduanya dapat bekerjasama dengan baik. Lion bukan menikahi Adella karena dia jatuh cinta, tetapi lebih kepada mencoba bekerjasama dengan Adella. Dia tidak ingin lagi pusing menghadapi semuanya, berbeda dengan Adella yang memang mencintai Lion.
Adella tentu saja sangat bahagia ketika Lion bersedia, menuruti keinginannya untuk setia dan belajar mencintainya. Dia yakin, semua akan berjalan baik asal dua hal itu Lion lakukan dengan benar. Hingga tibalah mereka di malam sebelum besok hari pernikahan, Alfa menepuk pundak Lion karena datang kepada Alfa dan meyakinkan sang calon ayah mertuanya itu kalau dia akan bersungguh-sungguh menjalani pernikahan dengan Adella.
Namun, berbeda dengan Alfa. Ed, saudara kandung Adella itu tidak yakin dengan semua yang Lion katakan. Bagi Ed, perubahan dan janji atas dasar cinta, jika seseorang tiba-tiba berubah dia yakin itu bukan cinta melainkan hanya rasa egois semata atau mungkin sebuah kesepakatan saja. Ed, sendiri mengalami hal tersebut. Dia jatuh cinta kepada Arinda, tanpa paksaan dari siapapun dan cinta itu bertahan hingga saat ini meski Arinda menolaknya.
"Ed, kenapa wajahmu seperti itu?" Adella bertanya kepada saudaranya tersebut. Ed menatap penampilan cantik adiknya yang menggunakan dress berwarna putih ala style bohemian.
"Jangan tersinggung, aku rasa Lion tidak bersungguh-sungguh."
"Tidak apa, itu pendapatmu. Hanya saja, saranku lebih baik kau berdoa yang terbaik untuk adikmu ini."
"Tidak perlu kau minta, aku sudah melakukannya. Dan aku bosan mendengar kau mengatakan hal tersebut." Adella tertawa lalu meraih lengan Ed, bergelayut manja di sana. Adella bukan tipe wanita manja, tetapi jika berdekatan dengan Ed dia akan berubah seperti ini. Adella tumbuh tanpa kasih sayang utuh seorang ibu, Ed lah yang memperhatikannya, dan selalu ada untuknya sementara Alfa saat itu memilih menyibukkan diri dengan pekerjaan. Dan dia berharap pernikahannya dengan Lion akan memberikan dia kasih sayang dari seorang ibu yang nyata, yaitu dari ibu mertuanya.
Setelah selesai berbicara dengan Alfa, Lion berpamitan untuk pulang ke apartementnya. Adella mengantarkan calon suaminya tersebut ke depan teras rumah megahnya. "Hati-hati," ucap Adella dengan senyum bahagia. Lion mengecup kening Adella, menatap wajah wanita yang akan resmi menjadi istrinya besok. Tidak, jangan berpikir Lion mulai jatuh cinta pada Adella. Pria tersebut hanya berpikir, bagaimana bisa Adella mencintainya dan kapan dia bisa membalas perasaan wanita itu.
Masih dengan senyum yang Adella pertahankan, Lion pergi dengan mengendarai mobilnya. Adella masuk ke dalam rumah, Alfa sudah menunggu di ruang keluarga mereka. Ed tidak ada di sana, karena Alfa memang ingin berbicara dengan Adella saja.
"Dia sudah pulang?"
"Ya," jawab Adella singkat kemudian memeluk Alfa. "Terima kasih karena sudah melakukan hal ini untuk ku."
"Setiap orang tua akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak-anaknya. Andai papa bisa memaksa Arinda juga untuk menikah dengan Ed, sudah papa lakukan, tapi sayangnya papa tidak memiliki kekuatan untuk melakukan itu."
Adella tersenyum masih memeluk Alfa "Adella, jika nanti kau tidak bahagia hidup bersama Lion maka jangan ragu untuk mengatakannya kepada papa. Papa tidak ingin kau di perlakukan buruk, hanya karena kau sangat mencintainya."
"Aku yakin Lion akan membuatku bahagia Pa, jadi jangan khawatir."
Adella menikmati moment bahagianya itu, mungkin setelah menikah nanti dia akan sangat jarang berbicara dengan Alfa seperti ini. Apalagi setelah menikah, Lion akan membawanya untuk pergi ke Italia. Ya, dia tahu hal itu semalam saat Lion menanyakan apakah dia bersedia ikut dengan Lion ke sana. Dan jawabannya adalah Adella akan dengan senang hati, ikut ke manapun Lion membawanya. Cintanya memang begitu besar, apalagi akan ada pernikahan yang terjadi, hal itu membuat kebahagiaannya sungguh sangat besar.
Adella melihat undangan pernikahan yang ada di meja riasnya, dia tersenyum. Pernikahan mereka terbilang sangat cepat, tapi Adella tidak perduli. Dia tidur dengan memegang undangan berwarna putih dan emas tersebut.
Di tempat lain, Lion membuka botol bir lalu meminumnya seperti orang kehausan. Sebuah pesan masuk ke ponselnya, dia tidak ingin melihat. Namun, kemudian ada dua pesan lagi yang juga memunculkan notifikasi di layar gawainya tersebut.
Duduk di meja bar apartemen yang ia miliki, dalam keadaan lampu yang temaram Lion membaca semua pesan itu.
[Mama bangga dengan keputusanmu Lion. Jangan membuat masalah di hari pernikahanmu besok.]
[Lion, benarkah kau akan menikah besok?]
[Hi beib, aku merindukanmu. Aku tadi membeli lingerie baru, apa kau ingin lihat? Aku tunggu malam ini sayang]
Kepala Lion mau pecah membaca pesan dari salah satu wanita yang pernah dia kencani, lebih tepatnya wanita terakhir yang menghangatkan malamnya. Kembali meminum bir, Lion masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaian.
Di atas tempat tidurnya sudah ada jas berwarna hitam yang akan dia gunakan besok, Lion mengalihkan pandangannya ke lemari untuk mengambil baju ganti. Gawai Lion kembali berbunyi, tanda pesan kembali masuk.
[Sayang kenapa hanya membaca pesanku saja? Lihat aku sudah menunggu mu.]
Pesan itu di serati dengan foto setengah tubuh indah dari teman kencan Lion. Melihat itu Lion tersenyum, dia segera membalas pesannya tanpa berpikir panjang lagi.
[Sabar sayang, ini aku sedang bersiap menuju ke apartemen mu.]
Lion melihat penampilannya di depan kaca, lalu bersiul sambil melangkah pergi. Mengendarai mobilnya, Lion sambil membuat alarm di ponsel, dia tidak ingin terlambat besok. Dia berjanji setelah menikah, akan merubah sifat nakalnya ini. Bagi Lion, selagi dia dan Adella belum menikah, tidak ada salahnya dia bersenang-senang seperti ini.
Menekan bel Lion menampilkan senyum terbaiknya. Pintu apartemen dari wanita cantik yang sudah menunggunya itu pun terbuka, mata Lion melihat betapa seksinya wanita yang membukakan pintu untuknya itu. Bibir mereka langsung beradu, ciuman itu sangat panas dan Lion tentu tidak membuang kesempatan dengan menyentuh setiap sisi yang dia inginkan.
Ponsel Lion berdering, dia awalnya tidak memperdulikan benda pipih itu di saku celananya. Kegiatannya sungguh sangat penting saat ini, dari ruang tamu mereka berpindah ke sofa. Ponsel itu kembali berdering, penelpon sepertinya tidak pantang menyerah untuk mengganggu aktivitas Lion.
"Sayang matikan saja," kata wanita yang sedang berada di atas tubuh Lion. Baru ingin mematikan ponselnya, kembali lagi ponsel itu berdering. Nama Adella membuat Lion mendorong tubuh wanita yang siap membuainya malam ini.
"Halo,"
"Kau dimana Lion?"
"Di apartemen. Kenapa?"
"Aku tahu kau dimana, seseorang baru memberitahu kalau kau pergi ke suatu gedung apartemen. Keluar dari sana sekarang juga, atau aku kubur kau hidup-hidup!"
"Astaga Adella, kau menyuruh orang mengikuti ku?"
"Pergi dari sana! Atau aku minta orang menyeret dirimu?!"
"Ok fine!" Dengan kesal Lion mematikan sambungan telpon itu. Tanpa mengatakan apapun Lion pergi, tidak perduli wanita yang bersamanya tadi terus memanggil dan bertanya kepadanya. Adella sungguh memiliki kuasa atas dirinya sekarang, Lion kesal dengan hal itu.
Pesan kembali masuk, dan itu dari Adella.
[Aku adalah calon pengantin, apa kau pikir aku rela dengan yang kau lakukan ini? Katakan padaku kalau memang kau tidak siap untuk berhenti bermain dengan wanita diluar sana, jangan menghinaku dan keluargaku seperti ini Lion. Apa kau akan diam saja, jika kau tahu akulah yang bermain di belakangmu, sebelum hari pernikahan kita? Coba kau pikirkan!"
Lion memukul setir mobilnya, dia tahu dia salah. Lion menelpon Adella sambil dia melajukan mobil kembali ke apartemennya.
"Adella maafkan aku," ucap Lion begitu telponnya di angkat Adella. Tidak ada komentar apapun dari Adella saat ini. Lion hanya mampu mendengar helaan napas wanita itu. "Terima kasih sudah menyelamatkan ku dari hal yang akan aku sesali. Maaf, sudah membuatmu kecewa padaku. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi."
"Baiklah," jawab Adella kemudian memutuskan sambungan telpon itu.
Apa yang dapat Adella katakan lagi? Saat dia benar-benar sedih malam itu?
Bersambung....
Aku mau fokus dengan cerita ini, juga si pelakor Gilsha. Jadi, tinggalkan komentar dan tekan bintang ya, biar aku semangat untuk terus up date nulisnya. 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top