8 :: Lanjut atau Tidak?
Di kediaman Adella, Alfa sang ayah menghembuskan napasnya karena melihat kiriman foto dari Francessa. Ed juga sudah melihatnya, dia tertunduk dan entah mengapa menahan rasa geram teramat sangat untuk Lion. "Ed, ada apa dengan wajahmu?" pertanyaan Arabella yang datang bersama Aidan membuat Ed menghembuskan napasnya saja.
Alfa meninggalkan mereka bertiga di ruang keluarga rumah tersebut "Arabella, kau telpon Adella. Minta dia segera sampai di rumah ini!" kalimat tegas itu terucap dari bibir Alfa. Sepertinya Alfa marah, meski mereka tinggal di London dan Adella juga di besarkan di Amerika, tetap saja Alfa tidak menyukai apa yang Adella dan Lion lakukan. Mereka belum menikah, apalagi dia juga sempat khawatir akan menikahkan Lion dengan putri kesayangannya itu.
"Sepertinya karma mu sudah jatuh kepada Adella, Ed." Aidan berbisik pelan takut Alfa mendengarnya. Ed menatap sengit kepada adik sepupunya itu yang sekarang sedang menahan tawa. Belum sempat Arabella menelpon Adella, sepasang calon pengantin itu sudah menunjukkan wajah mereka. Lion memasang wajah biasa saja, sementara Adella terlihat pucat dengan wajah tanpa make up sedikitpun. Belum Lion menyapa mereka, Ed sudah dulu jalan dan dengan cepat memberikan pukulan yang sangat kuat di wajah Lion.
"Ed! apa yang kau lakukan?" Lion mencoba bertanya, tetapi Ed hanya menjawab dengan kembali memukul wajah Lion.
"Kau benar-benar bajingan, brengsek!"
"Ed, apa kau gila?!" Lion mencoba menghindari pukulan yang bertubi-tubi di arahkan Ed kepadanya. Adella panik, sementara Arabella dan Aidan tertawa melihat Ed yang kembali hilang kendali memikirkan adiknya menjadi korban dari Lion yang sangat play boy itu.
"Kenapa kau meniduri adikku berengsek!" Kini sudut bibir Lion sudah berdarah. Mendengar itu Lion sadar apa yang membuat Ed, memukulinya. Wajar saja, karena Ed adalah sahabatnya yang pasti sudah tahu sifat buruk Lion. Kini adik kandung Ed lah yang jatuh ke ranjangnya.
"STOPPP!" teriak Adella beriringan dengan kemunculan Alfa kembali di ruangan itu. "Cukup Ed! kau membuatku malu saja!" Adella tidak kalah geramnya dengan wajah Ed saat ini.
"Jika tahu malu, kenapa kau lakukan Adella?" tanya Alfa dengan suara yang datar dan wajah tanpa ekspresinya. Adella tahu ayahnya itu pasti kecewa, tetapi bagaimana bisa keluargnya tahu kalau dia dan Lion sudah tidur bersama? Ini sangat memalukan untuknya. Lion melihat wajah calon istrinya yang langsung tertunduk begitu melihat wajah Alfa.
"Maafkan apa yang sudah aku lakukan, tapi bukankah aku dan Adella akan segera menikah? kami juga tidak melakukan hal yang lebih selain tidur bersama. Aku mabuk, dan Adella membantuku untuk sampai di apartemen. Hanya itu, kami tidak melakukan hal selain itu. Aku mohon, jangan salahkan Adella." Alfa tidak terkejut mendengar Lion melindungi Adella, tetapi bagi Adella dan tiga orang lainnya di ruangan tersebut, mereka seperti melihat keajaiban karena selama ini Lion pasti akan menyalahkan Adella atas apapun yang terjadi. Bahkan hal sepele seperti air tumpah saja, pasti Lion akan menuduh Adella pelaku utamanya.
Di sisi lain, Lion sebenarnya meyakini jika dia sudah berbuat lebih kepada Adella. Semua yang dia katakan tadi hanya karangan semata, sebab tidak ingin Adella di sudutkan oleh keluarganya. "Lion, aku tidak ingin mendengar pembelaan apapun yang kau katakan. Kita semua tahu, kau seperti apa. Aku hanya berharap kau berubah lebih baik, saat sudah bersama putriku." Alfa pergi lagi dari ruangan itu di ikuti oleh Adella. Sementara Lion mendengus ketika dia melihat Ed.
"Tumben sekali kau membela Adella," ucap Arabella. Kini mereka duduk di sofa yang ada.
"Kenapa kau tidak pulang?" usir Ed masih saja kesal dengan Lion.
"Maaf kakak ipar, aku dan adikmu banyak urusan yang harus kami kerjakan bersama, karena sebentar lagi hari pernikahan kami berdua." Mimik wajah Lion begitu menyebalkan untuk Ed lihat.
"Kenapa kau meniduri adikku Lion? apa kau ingin cari mati?"
"Astaga Ed! aku mabuk, dan kau tahu Adella menyentuh bagian tubuhku sesuka hatinya saja. Kau pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya bukan? seperti tidak pernah saja."
"Tapi dia adikku Lion!"
"Aku tahu. Dia juga akan menjadi istriku sebentar lagi, jadi kau tidak perlu khawatir."
"Sudahlah Ed, ikhlaskan saja, Adella__adikmu menjadi milik Lion." Aidan memasang senyum yang sangat menyebalkan untuk Ed.
****
Sore hari sampai malam, Adella dan Lion sangat sibuk hari itu. Setelah makan siang bersama di rumah Adella bersama keluarganya, dia dan Lion pergi bersama untuk melakukan fitting baju pengantin dan juga memeriksa souvenir pernikahan mereka, sampai ke gedung yang sudah Francessa pesankan untuk hari besar mereka nanti.
Kini Adella sedang menutup mata dengan bersandar di kursi mobil di samping Lion yang sedang mengendarai mobil. "Adella, kau lelah?"
"Kau masih bertanya?" jawab Adella masih menutup matanya. Sedari tadi Adella tidak mengajak Lion berbicara dengannya selain untuk urusan persiapan pernikahan mereka. Selebihnya wanita yang biasanya berisik itu hanya diam. Lion dibuat gusar olehnya, mata nakal Lion kini menatap bibir seksi Adella dan juga wajahnya. Dia mengumpat di dalam hati karena sudah tergoda oleh Adella. Lion tiba-tiba memberhentikan mobilnya di pinggir jalan, kemudian dia mengecup bibir wanita yang biasanya dia olok-olok tersebut.
Tentu saja hal itu membuat Adella terkejut, dia hanya membuka mulutnya membiarkan Lion melakukan apapun yang pria itu inginkan. Satu tangan Lion kini memegang wajah Adella, memberhentikan pagutan diantara bibir mereka berdua, saat ini dia menikmati sorot mata Adella. "Bolehkah aku minta maaf, atas semua kebodohan yang aku lakukan padamu Adella?" tanya Lion begitu lembut. Adella sampai tidak menyangka kalau Lion akan mengatakan hal tersebut. Sementara Lion, dia yakin kalau ada setan yang menguasai pikirannya saat ini. Dia tidak tahu kenapa bisa berkata semanis itu kepada tarzan betina seperti Adella.
Menyadari hal yang sudah dia lakukan, Lion menarik tubuhnya dan seperti tidak terjadi apapun, dia melanjutkan mengemudikan mobilnya menuju kediaman Adella. Wanita yang tadinya sudah merona wajahnya dibuat Lion itu menggelengkan kepala sambil bergumam "kau memang pria idiot Lion!"
"Aku mendengarnya Adella."
"Aku tidak perduli," jawab Adella sudah terbiasa berdebat dengan Lion.
"Harus perduli. Karena sebentar lagi kau akan menjadi istriku."
"Wow, ternyata kau bahagia sekali bisa menikah denganku Tuan Lion yang terhormat. Bahkan semalam kau menikmati tubuhku. Padahal katanya kau tidak sudi menyentuhku."
"Diam Adella! atau aku akan membuatmu menyesal!"
"Terserah! kau memang tidak tahu malu,mengatakan tidak menyukaiku dan jijik denganku, tapi berulang kali menciumku. Memalukan!" Lion yang mendengar itu menambah kecepatan mobilnya sampai Adella jadi takut.
"Lion kau gila! berhenti!" Percuma Adella mengeluarkan tenaga meneriaki Lion karena pria itu tidak perduli dan malah menghidupkan musik cukup keras di mobilnya. Lion entah membawa Adella ke mana, mobil itu berhenti tepat sebelum mencapai bibir sungai yang ada di pinggiran kota. Adella sudah menutup matanya, dengan deru napas yang memburu. Lion menikmati wajah ketakutan Adella sambil tersenyum, hingga Adella membuka mata dan memukul bahu Lion.
"Kau gila! ingin membuatku mati huh?!" Lion menahan tangan Adella yang terus saja memberontak.
"Aku juga merasa aku gila karena sudah termakan omonganku Adella! Kau sepertinya bukan tarzan wanita, tetapi penyihir jahat yang sudah mengutukku untuk terus ingin berkata manis padamu dan terus memperhatikanmu seharian ini."
"Diamlah Lion, aku tidak ingin mendengar gombalanmu."
"Aku tidak sedang membual, aku juga tidak tahu kenapa ingin mengatakannya." Lion dan Adella sama-sama terdiam untuk beberapa saat. Kemudian Lion mengambil satu tangan Adella, dia sudah berpikir akan mengatakan ini untuk membuat pikirannya tenang. Mau mengelak juga sudah tidak bisa, jadi bagi Lion lebih baik dia mengalah pada keadaan. "Adella, aku tidak tahu apakah aku mulai menyukaimu, tapi yang pasti ingin aku lakukan saat ini dan seterusnya adalah untuk bisa menjalani semuanya bersama denganmu tanpa keributan lagi, aku ingin kita bisa menjadi partner yang baik satu sama lain. Apa kau bisa membantuku untuk itu?"
"Ada syaratnya jika kau mau seperti itu," kata Adella.
"Apa?"
"Setelah kita menikah, kau tidak lagi boleh berhubungan dengan wanita-wanita diluar sana selain untuk urusan pekerjaan."
"Ehm...maksudmu aku harus setia begitu?"
"Ya, tentu saja!" Adella langsung menjawabnya meski ada rasa sedikit gengsi dari dalam dirinya saat mengatakan hal tersebut.
"Bagaimana jika aku tidak bisa di tengah jalan nanti?"
"Maka aku tidak bisa menjadi partner yang baik lagi untukmu."
"Maksudnya kau akan meninggalkanku?"
"Ya bisa begitu, atau mungkin aku akan membalas perbuatanmu. Aku tidak tahu pasti, yang jelas aku tidak akan mau lagi percaya padamu Lion."
"Kenapa kau mengatakan mencintaiku?" Adella tidak langsung menjawab dia juga tidak mengerti dengan jalan pikirannya. "Apa kau benar mencintaiku?"
"Menurutmu, kenapa aku tidak pernah berkencan dengan pria lain selama ini? dan jika tentang jatuh cinta padamu, aku juga tidak tahu. Kenapa bisa setolol ini." Lion begitu bahagia mendengarnya, entah karena dia bahagia kalau Adella mengakui dirinya tolol, atau sebab Adella mengaku mencintainya sejak dulu, yang pasti dia bahagia karena merasa sebagai pemenang.
"Jadi apa kita akan melanjutkan pernikahan ini? atau cukup sampai di sini?"
Bersambung...
Hai....yuk, komentarnya aku tunggu. Biar diriku semangat up nih...😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top