3 :: Pernyataan Adella ::
Lion menghembuskan napasnya kasar setelah dia membayar satu cincin yang indah untuk calon istrinya. Ya, calon istri, Adella Derson Edward ini akan jadi istrinya sebentar lagi. Dia tadinya berharap Adella yang membatalkan pernikahan ini tetapi setelah melihat gelagat dari Adella rasanya harapan itu tidak ada. Sepertinya benar apa yang sering dia katakan dulu untuk menggoda Adella. "Aku sangat yakin kelak kau hanya akan menerima Pria yang dijodohkan dengan mu barulah kau menikah."
Ya, memang itu yang Lion katakan dulu karena selalu melihat Adella di rumah dan keluar hanya untuk berlatih ilmu bela diri atau jika tidak mendaki gunung. Terkadang dia juga heran kenapa Adella tidak seperti wanita Derson lainnya, contohnya saja Arabella yang memilih berkarir di dunia modeling.
"Lion ayo," suara Adella membuyarkan pemikiran Lion tentang wanita yang kini tengah memandangnya dengan tatapan heran.
"Apa jadinya pernikahan kita nanti Adella." Lion berucap saat dia dan Adella sudah keluar dari toko perhiasan dan berjalan bersisian dengan Adella.
"Jawabannya adalah tergantung kau memperlakukan aku seperti apa." Adella tersenyum sekilas kemudian menarik lengan Lion memasuki sebuah restoran Jepang. "Aku lapar, kau membawa ku tiba-tiba tadi, jadi kau harus mentraktir ku makan." Lion mengikuti saja kemauan Adella itu tanpa ingin membantah. Dia sudah sangat lelah, hati dan pikirannya sangat kacau. Lebih baik diam saja dan mengikuti semua ini akan menjadi seperti apa.
"Kau tidak ingin bertanya aku suka makanan apa?" tanya Adella saat wanita itu sudah memesankan menu untuk mereka, hebatnya Adella tidak bertanya kepada Lion apa yang ingin dia makan.
"Sebelum aku bertanya itu, aku ingin tahu kenapa kau tidak bertanya aku ingin makan apa saat ini? malah memesan menu sesuka mu saja." Kesal Lion dia keluarkan tepat kepada sumber masalahnya saat ini.
"Siapa yang memesan menu untuk mu, aku memesan untuk ku saja. Aku pikir kau tidak ingin makan karena sedari tadi hanya diam tanpa membuka buku menu yang sudah diberikan." Adella menjawab dengan enteng hingga kekesalan Lion begitu bertambah.
"Adella kau__,"
"Apa Lion? aku sudah sering mendengar kau mengejek ku jadi sekarang kau ingin mengatakan apalagi kepada ku, ayo katakan saja. Aku sudah terbiasa, lagi pula kau masih punya waktu jika ingin membatalkan perjodohan ini." Adella memberikan senyum terbaik yang wanita itu miliki, hati Lion semakin panas. Jika tidak ingat kalau Adella adalah adik sahabat karibnya juga perusahaannya membutuhkan sokongan dana dari keluarga Derson mungkin Lion dengan mudah untuk mengatakan kalau dia tidak bisa menerima lamaran ini karena tidak tertarik dengan Adella. Sudah tidak menarik, sifatnya juga membuat Lion sangat kesal.
Lion melihat makanan Adella datang, wanita itu mengambil satu sashimi kemudian menyelupkannya ke saus wasabi dan kecap asin. Adella tersenyum lebar ketika rasa ikan salmon segar itu masuk kedalam mulutnya, dia mengambil lagi dengan melakukan hal yang sama, tapi kali ini dia menyodorkan makanan itu ke arah Lion. "Ayo coba, ini enak." Adella menyodorkan makanan itu dengan binar mata bahagia.
"Tidak, aku tidak lapar dan tidak suka." Binar kebahagiaan tadi jelas terlihat redup karena kalimat acuh Lion barusan, saat Lion melihat lagi kali ini Adella terlihat sibuk dengan semua hidangan yang wanita itu pesan.Sungguh sangat menyebalkan batin Lion lagi menggerutu sikap acuh Adella itu.
"Adella apa kau tidak ingin menikah dengan Pria yang mencintai mu?" tanya Lion karena sebenarnya dia masih sangat berharap pernikahan yang akan terjadi di depan matanya ini akan batal.
"Tentu saja aku ingin, tapi bukankah kau tahu aku tidak memiliki kekasih jadi sudah di pastikan tidak ada yang mencintai ku." Adella menutup jawabannya dengan senyuman masam, satu gigitan Yakitori berhasil kembali dia masukkan kedalam mulutnya.
"Kau tidak takut badan mu akan membesar jika terus makan dengan porsi seperti ini."
"Tidak. Kenapa?" tanya Adella balik dan dia masih sibuk dengan makanannya.
"Aku tidak suka jika memiliki kekasih yang tidak menjaga bentuk tubuhnya."
"Lalu apa masalahnya? aku bukan kekasih mu." Adella tersenyum dan kini beralih dia beralih ke piring makanan penutup yang tadi sudah dia pesan. Amitsu, kali ini Adella memilih yang berisi pasta kacang merah. "Lion ayo coba, kue ini sangat enak." Adella kembali menyodorkan makanan ke arah Lion, hal itu membuat Lion muak.
"Apa kau tuli?! aku berkata tidak suka. Melihat mu makan saja sudah membuat ku mual." Lion tidak tahu apa yang wanita di hadapannya ini rasakan, yang jelas jika Adella membatalkan perjodohan gila ini itu akan sangat membahagiakannya. Raut wajah Adella tidak terlihat bersedih, wanita itu malah terus melanjutkan acara makannya dan selesai setelah satu gelas ocha dia habiskan.
Adella memanggil pelayan, dia memberikan kartu yang ia miliki untuk membayar tagihan makanannya sendiri. Lion kini merasa sedikit keterlaluan, dia tahu Adella marah karena wanita itu tidak jadi memintanya untuk mentraktir makan. "Adella kau ingin kemana?" tanya Lion saat Adella berjalan berlainan arah dengannya.
"Aku tidak ingin membuat mu mual lagi jika kita satu mobil. Jadi lebih baik aku naik taksi atau meminta supir menjemput ku." Lion berdecak dan dia menarik lengan Adella.
"Maafkan aku, aku ingin mengantarkan mu pulang." Adella terlihat menaikkan kedua bahunya dan mau mengikuti Lion menuju parkiran mobil.
...
Sepanjang perjalanan Adella hanya diam, begitu juga Lion. Mereka larut dalam pikiran masing-masing, Adella sebenarnya ingin meluluhkan hati Lion tapi dia takut untuk memulainya.
Mobil Lion sudah masuk ke area pekarangan rumah bergaya khas Eropa dengan warna putih sebagai cat-nya. "Lion terima kasih untuk waktunya," ucap Adella dan dia siap untuk membuka pintu mobil. Lengannya kembali di tahan oleh Lion, Pria itu terlihat sangat gusar saat ini.
"Adella aku serius, apa kau pikir hubungan ini akan berjalan dengan baik? kau tidak takut menikah dengan ku." Adella mengurungkan niat untuk membuka pintu mobil, dia mengulum senyumnya.
"Sudah aku katakan semua tergantung dengan sikap mu nantinya kepada ku Lion. Jika kau tidak yakin aku tidak masalah jika kau ingin membatalkannya."
"Kenapa bukan dirimu saja yang membatalkannya?" tanya Lion membuat Adella bingung harus menjawab apa, dia tidak tahu apakah ini saat yang tepat untuk dia mengatakan apa yang dia rasakan selama ini.
"Karena aku mencintai mu," jawab Adella dan Lion terdiam. Adella tahu dari raut wajah Pria itu kalau Lion sangat terkejut akan pengakuannya. "Kau tenang saja, jika kau yakin merasa tidak bisa menjalani perjodohan ini dan pernikahan kita kelak aku tidak keberatan kalau kau menolaknya. Aku yakin Daddy ku juga akan menghormati keputusan mu, jadi semua tergantung pada mu. Apa yang menjadi alasan ku menerima perjodohan ini sudah aku katakan." Adella tersenyum manis.
Setelah diam beberapa saat dan Lion masih belum membuka suara, Adella memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya. Hari sudah malam, dengan memberanikan diri Adella mengecup pipi Lion di iringi senyuman yang tulus dia berikan. "Aku turun dulu, jangan terlalu di pikirkan tentang ku. Kau bebas menentukan apa yang ingin kau lakukan dalam hidup mu Lion." Adella membuka pintu mobil masih dengan senyumannya, dia sangat lega ketika sudah mengutarakan perasaan yang selama ini dia pendam.
"Aku sudah lama memendam rasa untukmu, dan setelah aku utarakan bukan berarti aku benar-benar bisa menghilangkan rasa cinta ini. Kini yang terjadi adalah cinta ini semakin besar, di sertai oleh harapan."
Bersambung...
Hai....gimana nih...mau lanjut ?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top