2 :: Tarzan Wanita ::

Adella sedang sibuk mengemasi barang-barangnya di dalam ransel, dia akan pergi ke Pakistan besok bersama rombongan pecinta alam. Ketukan pintu kamarnya membuat Adella memberhentikan kesibukannya itu, wajah Alfa__Daddy-nya terlihat dengan senyuman lebar. Adella menautkan kedua alis tidak mengerti kenapa Alfa terlihat sangat bahagia seperti ini.

"Ada apa Dad ?" tanya Adella langsung dan Alfa masuk saja kedalam kamar putrinya itu tanpa dipersilakan.

"Kau harus menepati janji mu," katanya dan Adella semakin bingung.

"Janji apa ?"

"Janji kalau kau akan berhenti berpergian ke pelosok bumi dan memanjat gunung-gunung tinggi itu jika ada seorang Pria yang akan melamar mu." Mata Adella membulat sempurna, dia tidak menyangka kalau Alfa akan mengatakan hal tersebut , lagi pula siapa yang mau melamarnya. Jikapun ada Pria yang ingin melamar belum tentu dia akan menerima.

"Siapa yang akan melamar? tidak mungkin aku mau Dad."

"Kau pasti mau, dia adalah Lion."

Deg...

"Lion who?"

"Lion Moller," jawab Alfa tersenyum bahagia sekali.

"Tidak mungkin Dad. Jangan mengada-ngada, dia tidak tertarik kepadaku selain tertarik untuk mengolok-olok ku saja selama ini."

"Kita lihat saja nanti malam, atau mungkin sebentar lagi dia akan menelpon mu. Sudah singkirkan saja ransel mu itu, sebentar lagi hidup bahagia akan menanti mu Adella." Setelah mengatakan hal itu Alfa ingin keluar tetapi lengannya ditahan oleh Adella.

"Daddy menyuruhnya untuk menikahi ku? atau Daddy mengatakan kepadanya kalau aku menyukainya?" Ya, memang Adella sudah menyukai Lion diam-diam selama ini tanpa seorang pun yang tahu. Hal itu sudah delapan tahun ini dia simpan rapat-rapat, meski Lion selalu menjadikannya bahan lelucon setiap mereka berkumpul atau setiap melihat Adella dimana saja, tetapi rasa itu malah semakin besar dalam hati Adella. Puncaknya ketahuan oleh Alfa ketika dia menuliskan nama Lion dalam secarik kertas, dimalam tahun baru dihalaman belakang rumah mereka.

Alfa diam-diam melihat apa yang Adella lakukan, dan tidak mudah bagi Adella mengelak dari semua pertanyaan seorang Alfa. Jadi, dia memberitahukan kepada Daddy-nya itu. Namun, bukankah Alfa sudah sepakat merahasiakan hal ini dari siapapun. Kenapa tiba-tiba berkata Lion akan melamarnya?

"Daddy tidak memintanya menikahi mu, tetapi aku bertanya apakah dia setuju jika dia dijodohkan denganmu."

"What Dad ?! kenapa melakukan hal memalukan seperti itu. Lion pasti tidak bisa menolak," ujar Adella ingin menarik rambutnya sendiri saat ini. Lengan Alfa memegang tangan Adella, tatapan pria itu sungguh teduh dan Adella merasa kasihan jika sudah begini.

"Adella Daddy sudah tidak lagi muda, umur ku sudah lima puluh tahun dan belum ada satupun dari anak ku yang menikah. Mengharapkan Ed menikah rasanya mungkin nanti dua puluh tahun lagi, kau tahu sendiri dia masih sibuk mengejar-ngejar cinta Arinda yang mungkin tidak pernah terbalaskan itu. Harapan ku satu-satunya ada padamu," kata Alfa menyentuh wajah putrinya dengan sayang. "Lion mengatakan setuju jika kau juga setuju dengan perjodohan ini. Dia akan membuktikan keahliannya menaklukan wanita dengan melamar mu malam ini, lagi pula apa yang kau ragukan? bukankah dia adalah pria yang selama ini kau cintai?"

"Dad, tapi bukankah Daddy tahu kalau dia suka bergonta-ganti wanita. Dia dan Ed sama saja, tidak bisa dipercaya."

"Itu hal biasa, Pria akan melakukan hal itu jika belum mendapatkan yang terbaik baginya. Lihat Ed sekarang, matanya bahkan tidak bisa lagi berpaling dari Arinda." Ya, Adella memang mempercayai hal yang sama. Seorang Pria akan berubah setelah mendapatkan wanita yang tepat, tapi mungkinkah Lion juga demikian. Namun, Papanya berkata Lion setuju asalkan dia juga setuju.

"Menikahlah dengannya Adella, Daddy ingin kau tidak lagi pergi-pergi dan yang utama Daddy akan segera bisa melihat salah satu anak ku menikah. Kau tahu bukan, Mommy mu sudah tidak ada dan melihat mu menikah mungkin bisa membuat Mommy mu lega di alam sana, karena Daddy masih ada."

***

Adella tidak ingin menolak, dia mengurungkan niat untuk pergi ke Pakistan. Saat ini dia hanya sedang berbaring di kursi santai dekat kolam renang belakang rumahnya. Ponselnya bergetar, setelah melihat nama si penelpon Adella langsung menjawabnya.

"Ya Richard," jawabnya kepada si penelpon yang tidak lain adalah teman dekatnya selama ini.

["Kau membatalkan pergi, dan kenapa tidak mengabari ku Adel?"] tanya Richard terdengar sangat kesal.

"Maafkan aku, kau tahu Mr.Alfa Derson tidak bisa di bantah, jadi beginilah sekarang rencananya. Koper ku sudah siap tetapi dia masuk ke kamar dan meminta ku tidak pergi."

[Meski begitu harusnya kau memberitahukan ku. Jika kau tidak ada untuk apa juga aku ikut, aku tidak kenal rombongan itu selain dirimu Adel."]

Adella tertawa miris, dia memang lupa mengabari Richard karena terus memikirkan Lion dan rencana perjodohan mereka.

"Maafkan aku, jadi kau dimana sekarang?"

["Masih di Bandara, aku keluar saat mendengar mereka mengatakan kau tidak ikut ke Pakistan. Untung saja pesawatnya belum lepas landas. Jika aku tidak kenal Zohan juga mungkin aku masuk ke dalam tahanan polisi Bandara itu karena sudah membuat keributan tadi."]

Zohan adalah sepupu Adella yang berprofesi sebagai Pilot, Richard mengenalnya karena pernah satu sekolah. "Maafkan aku Rich. Oh, akan aku hubungi kau nanti. Ada yang menelpon ku. Bye," kata Adella memutuskan sambungan telpon mereka.

Memang ada yang menelpon Adella, dan tidak lain orang itu adalah Lion. Nomor itu tidak dia simpan, tapi Adella sudah hapal mati dengan rangkaian angka tersebut.

Adella bimbang, selama ini dia hanya mengangkat telpon Lion jika Pria itu mencari Ed, saudara kembarnya. Namun, sepertinya tidak mungkin Lion mencari Ed karena dia pasti tahu Ed semalam sudah berangkat ke New York.

"Hallo," jawab Adella mencoba sangat tenang. Beberapa detik menunggu dan tidak ada suara sama sekali dari si penelpon.

"Hal__,"

["Adella ini aku Lion."]

Jantung Adella berdegup kencang, aneh. Padahal dia sudah tahu itu adalah Lion.

["Hei tarzan wanita apa kau mendengar ku."]

See, belum apa-apa Lion sudah mengejek dirinya. Tidak heran, ini sudah biasa dilakukan Pria itu. Anehnya Adella merasa lebih baik mendengarnya.

"Aku dengar idiot, ada apa kau menelpon ku? Aku tidak punya waktu banyak dengan mengobrol dengan mu."

["Aku ada di ruang tamu, segera turun aku ingin mengajak mu ke suatu tempat."]

"Kau ini berbuat sesuka mu saja, kenapa tidak bilang dulu." Gerutu Adella sambil dia berjalan menuju ruang tamu, Lion terkejut karena Adella muncul dari arah taman belakang. Dia sudah tidak asing masuk ke rumah tersebut karena berteman dengan Ed sudah sangat lama. Dia juga sudah dianggap sebagai bagian keluarga di rumah tersebut.

"Lion mau kemana?" tanya Adella tapi Lion tak menjawab dia menarik lengan Adella untuk mengikutinya. "Lion," teriak Adella dan dengan mudah dia melepaskan tangan dari Pria yang sangat aneh ini.

Lion menahan sakit karena Adella memelintir tangannya, benar-benar wanita yang suka berbuat kekerasan.
"Kau ini kenapa tidak bisa berbuat lembut sedikit saja," kata Lion tidak suka.

"Kenapa harus berbuat lembut kepadamu sementara kau sangat menyebalkan."

"Seorang wanita itu harus selalu berbuat lembut kepada siapapun," ucap Lion lagi tidak mau kalah.

"Kata siapa? Kata player seperti mu huh?!" sindir Adella hingga Lion mengumpat.

"Dosa apa aku harus menikah dengan mu." Sungut Lion mengusap wajah dengan telapak tangannya sementara Adella memilih berpura-pura tidak dengar. Dia padahal ingin tertawa saat ini.

"Dengar Adella aku tahu kita ehm... maksud ku, aku tidak pernah menyukai mu dan juga kita selalu bertengkar, tapi kali ini kita harus berdamai. Karena kita akan menikah."

"Menikah saja dengan kucing," ejek Adella ingin kembali masuk ke dalam rumahnya. Untung saja Alfa dan Ed tidak sedang di rumah, jika sampai mereka ada di rumah dipastikan Adella dan Lion mendapatkan ceramah panjang lebar.

Lion mengejar Adella lagi, tahu tidak bisa berbuat semaunya dengan wanita ini Lion mulai berpikir kalau dia harus menaklukan Adella dengan keahlian yang dia miliki.

"Adella tunggu... tunggu maafkan aku." Adella berhenti karena mendengar Lion meminta maaf kepadanya, dia mengalihkan pandangan kepada Lion yang tertunduk di sampingnya saat ini.

Lion sendiri mengulum senyum karena Adella berhasil dia luluhkan.

Ah... Ini terlalu mudah bagiku. Dasar tarzan wanita, pasti tidak ada Pria yang pernah mengencaninya.

"Meminta maaf untuk apa?"

"Maaf untuk semuanya, jujur saja aku terkejut karena perjodohan yang mungkin sudah kau ketahui ini. Jadi karena itu aku sedikit___,"

"Kau memang tidak pernah menyukai ku Lion, aku tahu jadi tidak masalah bagiku jika kau menolak perjodohan ini."

"Aku tidak mungkin menolak perjodohan ini Adella."

"Kenapa?" tanya Adella sambil kembali berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa. Lion mengikuti Adella dengan duduk di sampingnya.

"Aku tidak ingin membuat kedua orang tua ku kecewa. Jadi, aku hanya bisa menerima perjodohan ini." Adella menghembuskan napasnya. Dia menatap Lion sambil menghela napas.

Lion tampan, sangat tampan dan itu sebabnya dia sangat mudah menaklukan wanita mana saja yang dia inginkan.

"Adella," panggil Lion membuyarkan lamunan Adella.

"Ya sudah ayo pergi, kau mau mengajak ku kemana?" tanya Adella.

"Membeli cincin." Lion langsung menarik lagi lengan Adella, sikap lembut yang dia berikan kepada Adella tadi hanya sebentar saja.

"Kau ingin melamar ku?" tanya Adella saat Lion membukakan pintu mobil untuknya.

"Menurut mu?"

Adella hanya memajukan bibirnya, dia melihat Lion memutari mobil dan masuk di sisi kemudi. Adella tidak percaya jika saat ini Lion ada di sebelahnya mengemudikan mobil dan yang luar biasa Pria ini mengajaknya untuk mencari cincin lamaran.

"Aku memang tidak pernah mengatakan aku mencintai mu, tapi dalam setiap Do'a selalu aku sematkan permintaan agar kau bisa melihat ku dan membalas rasa ini."

Bersambung....

Wohoooo.... Lion dan Adella kembali nih...

Kenalkan mereka lah visual Lion dan Adella.
Komentar rame aku balik up besok 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top