이
.
.
.
〔 ❁ -; ᴀ ᴅ ᴅ ɪ ᴄ ᴛ ᴇ ᴅ〕
.
.
.
Seongwoo duduk dengan perasaan mual di sisi board. Sementara dealer mulai bersiap di sisi kirinya setelah berbincang dengan walkie talkie, Seongwoo sibuk melirik keadaan sekitar. Ia menarik nafas cukup panjang, bersyukur, tidak ada pengunjung yang mendatangi mejanya untuk melihat permainan.
"Kau baru, hm?"
Seongwoo menoleh terpatah. Maniknya menatap dealer bergetar. Senyuman hangat yang dilemparkan sang dealer tidak membawa pengaruh baik, kecuali dirinya yang semakin gugup dalam duduknya.
"Kau punya banyak hal untuk dipertaruhkan."
Seongwoo turut melirik chipnya ketika sang dealer menunjuk tumpukan di board dengan dagunya. Memang, sangat banyak, mengingat ia benar-benar menguras seluruh yang ia miliki untuk betting, dengan harapan ia bisa membawa lebih dari yang ia miliki.
Seongwoo meringis, pancaran matanya mengungkapkan permohonan pada sang dealer. "Doakan aku untuk menang."
"Kau pasti sangat membutuhkan uang."
Seongwoo menunduk. Entah, pipinya memanas mendengar pernyataan sang dealer yang tak meleset. Ia memang membutuhkan uang. Tapi, mendengar pernyataan itu terlontar langsung dari bibi orang lain, entah kenapa membuatnya merasa... begitu rendah.
"Hey?"
Seongwoo mendongak. Suara asing menyapa telinganya. Ia menemukan pandangnya dengan sosok pria dengan kemeja yang tak terkancing sempurna di dua manik teratas, dengan mata cokelat tajam, dan senyuman yang membuat dua bola matanya tenggelam.
Seongwoo menunjuk dirinya ragu. "Kau- berbicara denganku?"
"Tentu," ia berujar ramah. Pria itu mengambil tempat duduk di seberang Seongwoo. "Kau mau main berdua denganku?"
Wow.
Seongwoo merasa bodoh. Ia tak mengira, setidaknya ada satu atau beberapa manusia seperti pria di depannya, yang bersikap ramah dan menyenangkan dalam tempat seperti ini. Sosok dimana ia terus tersenyum ramah, bersikap sopan, dan tidak berbau alkohol. Seongwoo benar-benar terkejut akan hal ini.
"O-oh, tentu."
Pria itu melepaskan jas yang membalut dirinya. Dengan gerakan yang di mata Seongwoo sungguh penuh kharisma, ia menyampirkan jasnya di sandaran kursi.
"Kau bertaruh banyak," ucap sang pria menyadari tumpukan di board. "Apa aku harus bertaruh banyak juga? Agar kau bisa mendapat banyak keuntungan, jika kau beruntung?"
Demi Tuhan. Katakan pada Seongwoo, manusia mana yang tidak gembira mendengar tawaran seperti itu, sementara ia membutuhkan uang dalam jumlah yang besar?
Seongwoo berdeham. Sedikit ia membenarkan posisi duduknya. Dengan gerakan malu-malu, ia mengangguk.
"Baik, aku akan bertaruh- berapa yang kau pertaruhkan?"
"S-sepuluh juta won."
"Aku akan bertaruh seratus juta won."
"Uhuk!" Seongwoo menutup mulutnya dengan telapak kanan begitu ia mengelurkan suara batuk.
Astaga, astaga ini gila.
Pria itu gila!
Pikiran Seongwoo mulai berkecamuk. Nominal yang ditawarkan memang banyak, sangat banyak, sehingga bisa membayar hutang appanya dan menyisakan sekitar sepuluh juta won untuknya. Jika Seongwoo tidak waras, ia tentu akan menyanggupi hal itu.
Tapi, bagaimana jika ia tak bisa membayarnya? Bagaimana jika ia justru semakin terperosok dalam lilitan hutang yang- astaga, seratus juta won!
"Kau tampak ragu."
"A-aku tidak bisa membayar sebanyak itu jika- aku gagal."
"Naif sekali," pria di seberang terkekeh, membuat wajahnya sendiri tertekuk ke dalam; wajah itu tampak begitu ramah. Seongwoo tak bisa mengalihkan atensinya dari dua gigi kelinci sang pria.
"Bagaimana jika kita membuat sebuah kontrak?"
"Kontrak?" ucap Seongwoo dengan nada penasaran, membeo apa yang pria di seberangnya katakan.
"Kau tidak perlu membayar seratus juta padaku, jika kau gagal tentunya. Kau- hanya perlu bekerja untukku?"
Nada memastikan di akhir membuat suatu rasa membuncah dalam dada Seongwoo. Sialan, tapi Seongwoo akui, pria itu sangat pandai dalam menarik hati, terlebih untuk dirinya yang begitu naif soal sebuah perjanjian di club.
Seongwoo meremat ujung kaus hitamnya erat. Pria di seberang sendiri tidak memaksa atau menuntut Seongwoo untuk segera menjawab, pria itu hanya terus melontarkan senyumnya-Seongwoo berani bersumpah, tidak ada makna lain terselip di balik senyum itu.
Ia hanya belum melihatnya, bukan?
Seongwoo mengangguk kemudian, menyanggupi kontrak sang pria, tanpa bertanya lebih lanjut. Seongwoo menyampingkan kata bekerja yang sebenarnya penuh ambiguitas.
"Siapa namamu?"
"Ong Seongwoo."
"Nama yang lucu."
"Dan- kau?"
Pria di seberang sana melempar sebuah lirikan kilat pada dealer di sisi kanannya. Hanya sepersekian detik, sehingga Seongwoo tidak menyadarinya. Pandangannya dengan sang dealer bertemu pada satu titik, seakan mereka berkomunikasi lewat tatapan itu.
Seongwoo hanya menyadari ketika pria itu membasahi bibirnya dengan gerakan ringan, tanpa melunturkan senyumannya pada Seongwoo.
"Daniel, namaku Daniel."
"Jadi, Tuan Daniel dan Tuan Seongwoo, sudahkah kalian siap untuk bermain?"
Keduanya mengangguk pada sang dealer.
.
.
.
* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
.
.
.
Seongwoo begitu pemula dalam permainan ini. Jelas, ia tak bisa menyembunyikan maniknya yang terbelalak ketika ia melihat kartu yang ia miliki.
Jack dan angka sepuluh untuk permulaan! Bukankah ini gila!
Seongwoo mungkin akan memekik senang jika ia tidak ingat tempat. Menyadari ia memiliki banyak kemungkinan untuk menang, jelas membuat rasa bahagia menyesakkan rongga dadanya.
Seongwoo berdeham. Maniknya melirik pada pria di seberangnya. Pria itu tak mengeluarkan ekspresi apapun setelah melihat kartunya. Ia hanya melihat, mendongak, dan tersenyum ramah lagi pada Seongwoo.
"Kau dapat kartu bagus, hm?"
Seongwoo hanya diam, berusaha acuh, meski dalam hati ia ingin berteriak girang dan mengisi club dengan jeritannya.
"Bagaimana jika kau langsung big blind saja, Seongwoo-ah? Kita bisa mengatur seperti itu bukan?"
Sementara Daniel melemparkan pandangan bertanya pada sang dealer, Seongwoo menyuarakan keterkejutannya. "Kau serius? Bagaimana denganmu?" konfirmasi sang surai hitam pada pria di seberang sana.
"Aku rasa, aku fold."
Seongwoo melirik sang dealer. Itu tak membantu banyak, sang dealer tidaklah menatap dirinya, namun hanya mengangguk kaku.
"B-baik, big blind.. T-tiga chip."
Gila.
Bagaimana bisa Seongwoo melakukan hal sebodoh itu? Satu chip seharga satu juta won, tiga chip berarti seharga tiga juta won. Seongwoo sudah mengeluarkan sepertiga hartanya sendiri untuk big blind. Pada dasarnya, Seongwoo bisa mengeluarkan satu chip saja untuk pre-flop ini, namun ia justru mengambil keputusan nekat seperti itu.
"Okay, pot sekarang terisi tiga chip," ujar sang dealer yang menandakan bahwa pertaruhan pertama telah berakhir. "Kita akan melanjutkannya."
Sang dealer mengocok kartu di board, kemudian meletakkan lima kartu disana. Tiga kartu dari lima di buka, menampilkan A♦, 10♦, dan 7♣.
"Tuan Daniel?"
"Bisakah kita memulainya dari Seongwoo? Agar aku bisa mengira berapa yang perlu aku keluarkan."
Astaga, pria itu sangat menghargai lawan mainnya yang bahkan hanya memiliki sepuluh juta won saja. Seongwoo terpana di posisinya.
Sang dealer berdeham si sela keterkejutan akibat permintaan pemain di sisi kirinya. Seharusnya, tidak boleh seperti ini. Seharusnya, sejak awal ada small blind. Seharusnya, pemain di sisi kiri dealer lah yang bermain terlebih dahulu.
Sang dealer tidak bisa membantah meski aturan sudah melenceng.
"Tuan Seongwoo?"
"A-aku akan mulai dengan 3 chip."
"Raise, 3 chip."
Seongwoo memperhatikan dengan seksama kala Daniel meraih enam chipnya yang bernilai satu juta, dan mendorongnya di board. Tiga chip untuk menyamakan dengan dirinya, sementara tiga chip lain untuk raise. Tampak mudah bagi pria itu untuk mendorong chipnya, sementara Seongwoo memperhatikannya dengan nafas berat.
Tentu mudah, pria itu bertaruh seratus juta. Apa artinya enam juta baginya?
Seongwoo ingin memendam wajahnya saja. Ini sangat lucu, ketika dua bettor mempertaruhkan nominal yang berbeda sepuluh kali lipat. Harusnya, Seongwoo menolak. Ia jelas tau konsekuensi hutang seratus juta won jika ia kalah akan seperti apa. Tapi- bagaimana jika ia menang? Ia bisa mendapatkan segalanya. Ia bisa kembali hidup dalam ketenangan.
"Tuan Seongwoo?"
"Check."
"Baik, pot sekarang terisi 12 chip. Kita akan melanjutkannya. Sekarang, kita akan memulai turn card, yang merupakan kartu keempat untuk dibuka."
Dealer membuka kartu diatas board. Kartu 10♠ terpampang disana. Bersamaan dengan itu, bahu Seongwoo meluruh.
Ini- nyata?
Ini bukan mimpi?
Ia hanya perlu satu jack lagi untuk mendapatkan full house!
Seongwoo nyaris menangis. Air mata sudah menggenang di balik manik jernihnya. Ia mengerjao sebelum mendongak pada lawan mainnya, menyembunyikan rasa bahagia yang menyelimuti dirinya.
"Tuan Seongwoo?"
"All in."
Seongwoo benar-benar akan gila. Masa bodoh dengan seluruh chipnya yang sudah di serahkan pada dealer. Ia- ia yakin ia akan mendapatkan jack setelah ini, dan dia akan full house. Ia akan mengalahkan Daniel. Ia akan mendapat seratus juta won!
Daniel terkekeh di seberang sana. "Baiklah, aku akan all in juga," ujarnya seraya menatap Seongwoo.
Sang dealer berdeham. Wajahnya menampilkan raut canggung dan kaku. Tangannya merapikan tumpukan chip di board.
"T-total dalam pot saat ini adalah 110 juta won. Sekarang, river card yang merupakan kartu terakhir akan dibuka."
Fokus seluruh manusia di board itu tertuju pada kartu yang tengah di balik perlahan oleh sang dealer. Seongwoo sudah tak peduli dengan sekitarnya, yang dimana sejak awal, sebenarnya sudah aneh.
Seluruh pemain di board lain berhenti bermain sejenak sejak permainan di board Seongwoo dimulai- bukan, seluruh manusia di lantai base menghentikan aktifitas mereka. Mereka tidak melemparkan pandangan mereka secara langsung pada board dimana Seongwoo tengah bermain, namun mereka tak melepaskan fokus mereka dari sana. Di lantai upper base, sosok berjas mengisi tepian lantai itu, sekedar untuk melihat apa yang terjadi di lantai base- tepatnya di board pertama dekat bar.
J♦.
"K-kartu di board adalah A♦, 10♦, 7♣, 10♠, dan terakhir J♦."
Full house.
Seongwoo full house.
Tubuh Seongwoo menggigil. Rasa senang menggigit dirinya hingga tulang-tulang dalam tubuhnya. Gigi Seongwoo bergemulutuk, saling menyahut dengan degup jantungnya yang berhamburan.
"Saatnya showdown-"
"Aku penasaran dengan kartumu, Seongwoo."
Seongwoo menggerakkan telapaknya yang bergetar menuju kartunya sendiri. Dengan gerakan gugup, ia membalik satu persatu disana.
"Tangan terakhir Tuan Seongwoo adalah full house dengan J♣, J♦, 10♥, 10♦, dan 10♠."
Seongwoo menatap Daniel dalam. Pandangan kosong karena terkejut mengisi pancaran manik hitam Seongwoo.
"Wow," Daniel berdecak pelan dengan kelopak terangkat. "Kau punya keberuntungan yang baik sebagai pemula."
"Ba-bagaimana d-denganmu?"
Daniel menghela nafas, nampak pasrah. Telapak tangannya yang cukup besar bergerak menuju dua kartu di hadapannya. Tanpa basa-basi atau mengulur waktu, ia membalik hole card yang ia miliki.
"K♦ dan Q♦. Itu kartuku."
Apa?
Suara berdenging langsung menghantam gendang telinga Seongwoo. Tubuhnya oleng jika saja ia tidak tengah duduk di kursi.
"T-tangan te-terakhir Tuan Daniel adalah royal flush dengan A♦, K♦, Q♦, J♦, dan 10♦."
Royal- flush?
Full house dengan kemungkinan 2,60% dan royal flush dengan kemungkinan 0,0032%?
Pandangan Seongwoo memburam. Kepalanya terasa berat dan gelap. Sesekali, pandangannya tampak mati, kemudian kembali normal.
Seongwoo tercenung di kursinya dengan pandangan lebih dari terkejut.
"Aku tidak menyangka, bahkan ketika aku bermain jujur akan seperti ini."
Seongwoo menengadah, mempertemukan tatapan kosongnya dengan Daniel di seberang sana. Ia bisa melihat pria itu tetap mempertahankan senyum yang dilumuri rasa kasihan.
Dan Seongwoo melihatnya.
Seongwoo melihat hal lain terselip di balik senyum pria itu.
Sebuah rasa puas yang begitu mencekik dirinya?
"K-kumohon, kumohon biarkan aku mengulangi keputusanku-"
"You can't, my dear."
Daniel berdiri. Tangannya meraih jasnya yang tersampir, kemudian berjalan mendekat pada Seongwoo yang masih mematung di kursi.
Seongwoo merasakan hangat pada rahangnya. Dalam satu gerakan, Daniel sudah memindahkan wajah Seongwoo untuk menatapnya, diikuti cengkraman lembut pada rahang tajam sang surai hitam.
Daniel tersenyum. Perlahan, ia melepaskan cengkramannya pada rahang itu. Ia kembali melangkah, menjauh dari board dengan santai, sementara semua pasang mata tertuju pada dua pria di lantai base itu. Langkah lebarnya terhenti setelah ia menjauh dari board lima langkah. Ia berbalik, menatap Seongwoo yang juga menatapnya kosong.
Telapak Daniel melayang di udara. Sebuah gestur ia lakukan; memberi perintah absolut melalui gerakannya.
"Come here, my dear."
.
.
.
* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
To be continue
* . · . ✧ ˚ ✦ . · . *
.
.
.
.
.
.
.
.
a/n: Ini panjang yeorobun, asli panjang banget:v
Bingung ya? Iya saia yang nulis juga bingung. Intinya, Daniel menang. So yea, say good bye yeorobun untuk uri mama Ong;)
Disini, Daniel main jujur. But Fortuna loves him so much. Orang ganteng bebas;)
Thank you so much udah mendukung cerita ini meski saia remake huhuhu;_; sayanq dech sama kalyan semwah:*
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vomment ya yeorobun;)
XOXO,
Jinny Seo [JY]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top