십이
akhirnya saya apdet setelah sekian lama ya kkk. Maaf, saya ga sedia tutorial cara bernafas yang baik. Jadi, tolong atur pasokan oksigen yeorobun mulai dari sekarang;)
INI PANJANG. BENERAN
EAA EAA EAA! /dab ala Felix/
Then, let's start?
Oh, awas banyak typo. Belum sempet saya bener-benerin hadeeh
.
.
.
ã â -; ᴠᴠᴠɪ á´ á´ á´ á´ ã
.
.
.
Daniel berdiri, mendekat pada Seongwoo tanpa melepaskan seringai dari pancaran matanya. Seongwoo hanya diam dan menunduk kembali. Tiap langkah yang Daniel ambil, tiap itu jugalah jantungnya berdebum semakin kencang.
Daniel berhenti ketika ia berjarak sekian puluh senti dari Seongwoo. Telapak besarnya ia arahkan telinga Seongwoo. Ia mainkan sebentar daun telinga kanan Seongwoo, kemudian beralih pada pipi sang pria Ong. Dalam satu gerakan, ia mencengkram rahang Seongwoo kuat, hingga submisif manis dihadapannya meringis.
"Look at me."
Perintah yang begitu jelas bagi Seongwoo untuk mendongak, mempertemukan pandangannya dengan Daniel. Dua iris hitamnya bergetar menyelami milik yang lebih tua.
"Ingin katakan sesuatu?"
"F-forgive me, please?"
Daniel menyeringai. Kali ini, sudut bibirnya benar-benar ditarik ke samping; seringai bak alpha yang berhasil menaklukkan sosok lain dengan derajat di bawahnya.
"Tidak semudah itu. Tidak akan semudah itu."
Tubuh Seongwoo terlempar ke belakang. Punggung lebarnya membentur dinding kamar Daniel cukup keras, karenanya, erangan kesakitan meluncur dari bibirnya. Seongwoo menggeliat kecil dari permukaan datar di belakangnya.
Tak sempat ia menarik nafas setelah rasa sakit yang baru saja ia rasakan, Daniel sudah mengurungnya dan melumat bibirnya dengan gerakan menuntut. Entah berapa kali bibir atas maupun bibir bawah Seongwoo digigit, meminta pada Seongwoo untuk memberi akses bagi Daniel menjelajahi lebih dalam rongga mulutnya. Mengerti dengan apa yang Daniel inginkan, juga karena rasa sakit sebab Daniel menggigit bibir bawahnya lebih kuat kali ini, Seongwoo membuka bilah bibirnya.
Lidah hangat Daniel menjelajah, mengabsen satu per satu deret gigi milik Seongwoo. Ketika ia berhenti mengabsen pada gigi geraham Seongwoo, lidah milik sang submisif tak sengaja bersentuhan dengan milik Daniel. Maka, Daniel merubah kegiatannya. Ia beralih untuk menggoda lidah hangat Seongwoo yang ternyata memiliki rasa yang manis, seperti lemon atau jeruk.
Bukannya Daniel tidak sadar, bahwa Seongwoo sudah memukul dadanya, meminta untuk berhenti sejenak agar ia bisa menarik nafas. Tapi Daniel tak peduli. Ia tetap menjelajah rongga mulut Seongwoo hingga saliva entah milik siapa mengalir dari sudut bibir Seongwoo.
Ketika ia membuka kelopaknya, ia bisa melihat wajah Seongwoo yang sudah merah padam. Sangat terasa bahwa tubuh yang lebih kecil darinya itu mulai melemas. Jika saja Daniel tidak menyelipkan tangannya dan merengkuh pinggang Seongwoo, mungkin saja pria dalam kurungannya itu sudah merosot jatuh.
Daniel memberika lumatan terakhir dengan lebih lembut dibandingkan dengan lumatannya yang tadi. Perlahan, ia melepaskan tautan bibir keduanya, tanpa mengurangi jarak antara keduanya, sebab Daniel masih menempelkan bibirnya dengan bibir Seongwoo.
"Manis," Daniel mengecup bibir Seongwoo yang sudah membengkak begitu lembut. "Just like you."
Seongwoo tak menanggapi ucapan Daniel. Ia terlalu pusing untuk memilah apa yang sedang terjadi. Kelopaknya masih terpejam, mendalami aroma mint yang menyeruak di dalam mulutnya hingga memenuhi indra penciumannya. Bagaimana bisa Daniel memiliki aroma mint seperti itu di salivanya?
Sementara ia masih sibuk mengatur nafas, Daniel sudah memutar tubuhnya untuk menghadap tembok. Lengan Daniel melingkar pada lekukan abdomen Seongwoo. Sesekali, telapak Daniel meremas pinggang Seongwoo, diiringi dengan kecupan-kecupan seringan kapas pada leher jenjang sang submisif.
"A-anhh!"
Seongwoo mendesah cukup keras. Dari balik ceruk leher Seongwoo, Daniel tersenyum puas mendengar alunan yang ia nantikan sejak tadi.
Tangannya semakin gencar melakukan gerakan mengusap pada organ vital di balik celana dalam yang Seongwoo kenakan. Memang, hanya gerakan kecil yang Daniel lakukan. Tapi, jika dengan menekan, bagaimana penis Seongwoo tidak mengeluarkan cairan precumnya?
"D-dad- s-stop- please, just f-forgive me-"
Kalimat Seongwoo terpenggal karena pekikan rendah yang secara tiba-tiba keluar.
Daniel baru saja meremat penis Seongwoo, benar-benar meremat organ vital itu. Kedua kaki Seongwoo gemetar karena rasa sakit yang baru saja sang pemilik tubuh rasakan.
Daniel mendekatkan bibirnya pada daun telinga Seongwoo. Ia menggigitnya pelan, juga menghembuskan nafas halus disana; mengundang erangan lain dari Seongwoo.
"Daddy makes the rules. Got it, sweetheart?"
Seongwoo membalas dengan anggukan cepat, meski ia tak sempat mencerna separuh kalimat Daniel yang lain. Gelombang asing yang bergelung di balik abdomennya sudah memecah fokus Seongwoo hingga berkeping-keping.
Daniel memutar tubuh Seongwoo, menghadapkan kembali sang pria kepadanya. Tatapan menuntut juga amarah adalah yang Daniel lihat dari balik dua manik Seongwoo.
Daniel tersenyum meremehkan. "Ingin mengatakan sesuatu?"
Seongwoo menarik nafasnya yang sempat terputus. Ia marah, pada Daniel, juga dirinya sendiri. Ia marah karena ia tidak mengerti, kenapa semua ini terasa begitu menyenangkan dan membuatnya pusing. Ini terasa begitu memabukkan dan menyiksanya disaat yang bersamaan.
"I hate you, and I hate myself-"
"And?"
Seongwoo mendongak lebih tinggi, menantang wajah Daniel yang begitu dekat dengannya. Ia berani menatap balik pada dua netra Daniel yang memandangnya tajam dan dalam.
"Fuck you, dad."
Daniel tersenyum miring. Deret gigi sebelah kirinya menyembul dari balik bibir. Seringai Daniel bukan menampilkan raut marah karena ucapan Seongwoo. Seringai itu justru tampak begitu puas dengan apa yang Seongwoo ucapkan.
Daniel menyelipkan jemarinya pada surai Seongwoo. Dalam satu hentakan, kepala Seongwoo sudah tertarik ke belakang.
"That's my baby boy," Daniel mengecup dagu Seongwoo, seakan melimpahkan kasih sayang pada pria yang lebih muda.
"But I'll fuck you first."
Tubuh Seongwoo kembali terhempas. Kali ini, Daniel mendorongnya ke arah kasur. Sebuah erangan terkejut lolos, tapi Daniel tak membiarkan erangan lain lolos kembali. Pria itu segera menindih Seongwoo. Sasarannya kali ini adalah leher jenjang milik sang submisif.
Daniel menghisap leher jenjang Seongwoo di beberapa titik. Satu persatu tanda merah yang berubah menjadi ungu bermunculan disana. Bukan hanya menghisap, Daniel juga menggigit epidermis di leher Seongwoo. Seongwoo jelas mengerang kembali, perpaduan antara kesakitan juga... menikmati?
Sebagai refleks, Seongwoo mendongak, memberikan akses bagi Daniel untuk meraup lehernya dengan lebih leluasa. Daniel yang melihat kesempatannya semakin gencar memberikan tanda kepemilikan pada Seongwoo.
"Aku benci kemeja ini."
Dalam satu sentak, kancing pada kemeja Daniel berhamburan. Tak sabaran, Daniel menarik kemeja yang membalut tubuh Seongwoo cepat dan melemparkannya entah ke sudut mana.
Pria itu berhenti sejenak untuk memandang tubuh Seongwoo. Kulit putih sang submisif seakan menggoda Daniel untuk memberi tanda dimana pun. Dua noktah yang ada di dada bidang Seongwoo sudah mencuat, tergoda oleh nafsu yang melanda tubuhnya sendiri.
Daniel menggerakkan telapaknya di atas tubuh Seongwoo ringan. Tujuannya adalah menggoda tubuh itu semakin jauh.
Perlahan, ia menurunkan telapaknya. Mulai dari dada Seongwoo, dimana ia sempat menggoda salah satu puting kecokelatan milik sang submisif, kemudian terus bergerak turun hingga pinggang Seongwoo.
Seongwoo, secara tanpa sadar, mengangkat pinggulnya naik ketika Daniel menyentuh daerah abdomen hingga pinggangnya dengan cara yang sangat menyiksa. Gerakan Seongwol barusan, jika dideskripsikan, maka tampak bahwa dirinya mengejar telapak Daniel untuk terus menyentuh tubuhnya.
Seongwoo membuka kelopak matanya ketika merasa Daniel mendadak hilang dari tubuhnya. Ia menggerakkan kepalanya, mencari keberadaan Daniel, dan menemukan pria itu tengah membuka salah satu laci di meja nakasnya.
"Aku harap kau tidak lupa bahwa kau sedang menjalani hukuman, sayang."
Setelahnya, Seongwoo hanya melihat gelap. Blindfold menutupi dua matanya tanpa menyisakan celah bagi cahaya untuk masuk. Kini, ia hanya mampu bergantung pada indra lainnya yang tentu menjadi lebih sensitif.
"P- pelan-pelan, dad-"
Seongwoo tercekat. Udara yang memenuhi rongga paru-parunya seakan tertahan di tenggorokan karena collar yang Daniel pasangkan. Bunyi klik yang khas ketika pengekang itu dikaitkan dengan- entah rantai atau tali dari kulit, Seongwoo tak bisa melihatnya.
Daniel tak menjawab permintaan Seongwoo. Pria itu terus mengerjakan apa yang memang ia rencanakan.
Seongwoo turut diam karenanya. Bahkan, ketika Daniel memasangkan handcuffs padanya, ia hanya terkesiap sejenak. Nafasnya semakin memendek, menyadari bahwa ia tak bisa melakukan banyak gerakan lagi. Tubuhnya sudah terkunci dari segala arah. Maka, yang bisa ia lakukan selanjutnya, hanyalah mendesah pasrah.
Daniel menjauh dari tubuh Seongwoo. Ia perhatikan bagaimana sosok surai hitam itu menggeliat di atas kasur, ditemani dengan nafasnya yang pendek dan terputus.
Seongwoo yang menyadari Daniel tak lagi di dekatnya, menolehkan kepalanya ke kanan. Bibirnya bergetar, hendak mengucap nama Daniel yang begitu sulit diucapkan saat ini. Hanya kata daddy yang menggaung dalam otaknya.
"D-dad?"
Tak ada jawaban. Seongwoo hanya mendengar gemeresik dari arah belakang tubuhnya. Itu jelas Daniel. Namun, Seongwoo tak mengerti apa yang pria itu kerjakan.
Ia mendengar langkah kaki kemudian. Begitu halus, namun terdengar jelas di telinganya. Mungkin, ini adalah efek dari matanya yang ditutup oleh blindfold; penginderaannya yang lain menjadi lebih sensitif.
"Ini adalah hukuman untuk seorang kitten yang memiliki sikap membangkang pada pemiliknya."
Seongwoo merintih kuat- atau bisa diartikan menjerit. Tubuhnya terlonjak ketika dua benda entah apa itu menjepit putingnya kuat. Seongwoo mengerang berulang karena rasa sakit di dadanya. Ia ragu, putingnya tidak mungkin tidak terluka karena dipasangkan penjepit seperti ini.
"Stay still."
"A-apa- Nggh!"
Seongwoo menggigit bibirnya kuat. Rasa perih dan panas menjalari permukaan pantatnya. Benda tipis dan panjang baru saja 'menampar' bagian bawah tubuhnya. Jelas benda itu akan meninggalkan bekas menyakitkan pada tubuhnya.
Daniel mengulangi kegiatannya. Ia terus mendaratkan pukulan demi pukulan dengan spanking paddle pada Seongwoo. Mau tak mau, tubuh pria yang lebih muda melengkung, menahan sakit yang terasa semakin membakarnya.
Berulang kali pukulan demi pukulan mendarat. Seongwoo tak sempat menghitung satupun, sebab ia terfokus pada rasa perih dan panas yang semakin menjadi-jadi pada dirinya di bawah sana. Setiap kali ia mencoba mengumpulkan akal sehatnya, maka saat itulah pukulan lain akan mendarat, dan menghamburkan pikirannya bak serpihan.
Sekitar pukulan ke-lima belas, mungkin, Daniel berhenti. Telapak besarnya mengusap pantat Seongwoo yang sudah benar-benar merah dan membengkak. Sesekali pria itu meraup hasil pekerjaannya, mengundang isakan dari celah bibir Seongwoo.
Masih membiarkan Seongwoo dengan keadaan tengkurap, Daniel berjalan ke sisi lain kasur dan turut memposisikan dirinya di atas kasur, tepat di depan wajah Seongwoo yang memerah dan penuh keringat.
"Kemarilah."
Seongwoo mendongakkan kepalanya lemah. Dibantu dengan jemari Daniel yang menuntun dagunya untuk mendongak, Seongwoo bisa menerka bahwa saat ini Daniel tengah berlutut di atas kasur. Maka, Seongwoo merubah posisinya. Ia menaikkan tubuhnya agar tak sepenuhnya tengkurap di atas kasur.
Meski kedua maniknya tertutup oleh blindfold, Seongwoo bisa merasakan sesuatu yang panas dan aneh berada tepat di depannya. Apa itu perut Daniel? Atau kakinya? Tapi, ini terasa lain, anggota tubuh yang lain.
"Cobalah menebaknya," ucap Daniel, seakan mengetahui keheranan di dalam benak Seongwoo.
"Bagai-mana?" gumam yang lebih muda dengan suara serak.
"Lick it."
Bak anak kucing yang begitu patuh dengan perintah majikannya, Seongwoo menjulurkan lidahnya. Ia benar-benar menjilat benda asing di depannya.
Tak ada rasa apapun. Teksturnya begitu kasar, karena tertutup oleh kain. Di satu sisi, benda itu terasa lembut dan kenyal, juga basah. Seongwoo turut mengendus pelan, berharap ia dapat menerka apa yang ada di depannya. Apapun itu, benda itu tidak terasa seperti kaki ataupun perut.
"A-aku tidak tau-"
Daniel berdecak. "Seharusnya kau tau, dear," balasnya.
Tubuh Seongwoo terhempas ke belakang, Daniel mendorong kedua pundaknya kuat seakan tak ingin membuang waktu lebih lama lagi. Rasa pusing datang merusak otak Seongwoo kemudian. Bukan, bukan karena Daniel yang mendorong pundaknya kuat, tapi karena posisinya saat ini.
Entahlah, mungkin saat ini ia berada di tepi kasur, dengan kepala yang terjulur ke bawah. Ia merasa akan terjatuh jika ia bergerak lebih banyak. Jadi, ia hanya diam, menunggu dalam bingung sementara Daniel bergerak kembali. Dalam perkiraan Seongwoo, Daniel baru saja turun dari kasur, hingga ia merasakan panas yang sama dengan rasa panas saat ia menjilat sesuatu tadi.
"Da-"
"How bad, kau tidak mengetahuinya."
"Khh!"
Seongwoo terbatuk kencang. Seluruh tubuhnya berguncang, selaras dengan tiap nafasnya yang terputus. Bibirnya terasa kebas, dan sakit. Tapi, tenggorokannya terasa jauh lebih menyakitkan, bahkan sekedar untuk menelan ludahnya sendiri.
Daniel baru saja melesakkan sesuatu yang panas, berlendir, dan lembut. Sesuatu yang memiliki epidermis, panjang, meno-
-oh astaga.
Ini penis Daniel?
Seongwoo kembali terbatuk kala Daniel melesakkan kembali penisnya pada mulut Seongwoo. Pria yang lebih tua itu melakukan gerakan sama berulang, dimana tiap gerakan yang Daniel lakukan, penisnya akan melesak lebih jauh dan menabrak pangkal tenggorokan Seongwoo. Saat itulah, sang surai hitam akan terbatuk dan menitikkan air matanya dengan sia-sia. Seongwoo jelas tak mengerti, setiap kali mulut kecilnya menghantarkan getaran, penis Daniel mendapatkan rasa nikmatnya.
"Shit-"
Daniel mendongak, mengabaikan Seongwoo di bawah sana yang sudah kehabisan nafas. Dua tangan mungil Seongwoo yang menahan kedua paha Daniel seakan tak membawa pengaruh apapun. Nyatanya, ia tetap menghujamkan penisnya pada mulu Seongwoo hingga titik terdalam dari bagian mulut Seongwoo.
Daniel menatap tubuh Seongwoo yang sudah dibanjiri keringat. Tubuh kurus itu menggeliat, terus menggeliat dan meronta, meminta pada Daniel untuk menjauhkan penisnya dari mulut Seongwoo. Hingga pandangannya terhenti pada organ tubuh di antara selangkangan Seongwoo; tampak mengenaskan, penis itu basah kuyup oleh precum pemiliknya.
Daniel tertawa dengan nada merendahkan, tanpa menghentikan gerak pinggulnya.
"Kau menyukainya."
"Nnh! Nh- hkk! O-ohokh-"
"Pathetic. Kau bersikap seakan kau tengah memberontak agar terlepas dari ini semua, tapi penismu mengatakan hal sebaliknya."
Seongwoo menggeleng ribut. Menolak cecar Daniel yang menjatuhkan harga dirinya- dan meningkatkan gelombang nikmat di organ vitalnya.
Daniel jelas menangkap raut sesungguhnya yang tersembunyi di balik wajah Seongwoo. Bagaimana air mata itu mengumbarkan kepalsuan. Air mata Seongwoo bukanlah air mata dari rasa sakit. Wajah memerah Seongwoo bukanlah guratan dari rasa terhina.
Daniel tertawa rendah. Telapak tangan kanannya yang semula tersemat di balik surai hitam Seongwoo, berpindah ke tulang pipi yang lebih muda. Tiga titik yang membentuk konstelasi bintang disana, ia usap berulang.
"If I said you're mine, than you're mine. No one will touch you like I do, understand?"
Seongwoo tersedak salivanya yang sudah bercampur dengan precum milik Daniel kala mendengar klaim yang Daniel utarakan secara sepihak.
Rasanya menyenangkan, seolah ada kembang api yang meletup di dalam perutmu, membuat hatimu bergetar, dan menenangkan.
"N-nh," juga memuncakkan gelombang aneh yang ia tahan sedari tadi.
Daniel melepaskan kejantanannya. Ia bantu Seongwoo yang sudah begitu lemas untuk duduk, kemudian menjajarkan pandangnya dengan pemilik surai hitam. Ia melepaskan blindfold yang menutupi manik Seongwoo perlahan. Seongwoo yang masih meraup udara dengan rakus, mau tak mau menghentikan sejenak kegiatannya karena tatapan Daniel yang begitu mengunci.
"You're mine. You know."
"Y-yes-"
"Yes what?"
"-daddy. Y-yes daddy."
Dalam satu detik, Daniel merubah ekspresi wajahnya. Ia tersenyum, dengan begitu tulus dan lembut. Tidak ada kepura-puraan disana. Sebuah kecupan manis mendarat di kening Seongwoo.
"Good boy-"
Dalam detik berikutnya, Daniel kembali terasa asing. Dengan senyum yang begitu mencekik, ia menarik lengan Seongwoo secara paksa untuk berdiri.
"Sekarang, berdirilah disana, darl. Kau tidak mau membuatku kembali kecewa denganmu, right?"
Daniel menunjukkan arah melalu dagunya. Antara perasaan ragu dan malu yang bercampur menjadi satu, Seongwoo berjalan kecil menuju tempat yang Daniel maksudkan. Melalui ekor matanya, ia dapat melihat Daniel mengikutinya, dan duduk di sofa kamar itu, berhadapan dengan Seongwoo yang sudah berdiri mematung di tempat.
"Berbalik."
Seongwoo segera berbalik. Nada perintah sialan. Andai Seongwoo cukup sanggup untuk setidaknya memberontak... Atau ia memang tidak bisa memberontak?
"Show me your tight hole."
Seongwoo menurut. Ia benar-benar melakukan apa yang Daniel perintahkan. Dua telapaknya ia letakkan di pantatnya, kemudian ia lebarkan. Jangan tanya bagaimana perasaannya. Jika boleh, Seongwoo ingin memendam wajahnya dalam bak pasir saat ini.
Daniel sendiri tak mengucapkan kalimat perintah lainnya. Seongwoo sempat melirik sekilas pada pria dengan marga Kang itu.
Daniel menatapnya lekat. Benar-benar lekat, tanpa meninggalkan satu inchi pun epidermisnya.
Seongwoo menggigil. Rasa nikmat yang sudah sepenuhnya berkumpul di bagian selatan tubuhnya, tak dapat ia tahan lagi.
"A-aah! D-dad- dyhh!"
Seongwoo terjatuh dalam keadaan bersimpuh. Spermanya berceceran, sebagian mengotori dirinya, sementara sebagian lain mengotori permadani indah Daniel.
Nikmat.
Ia dilecehkan oleh Daniel, dan ia menyukainya.
Seongwoo menarik nafas kalut, hingga ia menyadari, ia datang tanpa persetujuan Daniel.
Seongwoo menolehkan kepalanya perlahan. Di atas sofa di belakangnya, Daniel sudah berdiri. Dua tangannya membuka kemeja yang ia kenakan dengan tergesa. Dua manik cokelat yang Seongwoo kagumi, telah diisi oleh kilatan penuh peringatan baginya.
"M- maaf," ujar Seongwoo gagap. Ia segera berdiri, meski harus terhuyung karena efek lemas pasca orgasmenya. "A- aku sudah menahannya, t-tapi-"
Ucapan Seongwoo terputus. Tubuh kurus itu terhempas ke belakang; terlentang di kasur setelah Daniel mendorong tubuhnya cepat.
Seongwoo berusaha menjauh. Ia mengambil jarak ketika Daniel mulai merangkak naik pada kasur tanpa suara. Ketika punggung lebarnya menyentuh dinding, ia menyadari, ia tak bisa menjauh lagi dari Daniel.
"A-aku benar-benar tidak tau- AH!"
Daniel menarik kaki jenjang Seongwoo. Tubuh yang semula bersandar pada dinding, seketika terlentang sempurna di kasur. Daniel segera mengurung tubuh Seongwoo di bawahnya. Tanpa melepas maniknya dari wajah panik Seongwoo, ia meraih dua utas tali dari meja nakasnya.
"Kau tidak pernah bisa menjadi seorang yang patuh," gumam Daniel. Suaranya terdengar begitu serak di telinga Seongwoo. Sembari mengikatkan pergelangan tangan Seongwoo pada tiang kasur, ia melanjutkan kalimatnya. "Apakah aku mengizinkan padamu untuk orgasme? Answer me, babe."
"N-no dad... h-hiks."
"Don't cry. Ini kesalahanmu. Seorang anak baik tidak akan datang hanya karena ia ditatap oleh seseorang."
Seongwoo memberanikan diri untuk menatap manik Daniel, setelah sempat mengalihkan pandangannya beberapa saat tadi.
Daniel bisa saja langsung memenuhi Seongwoo saat itu juga. Tapi ia harus bertahap dalam menghukum kucing kecil dengan kelopak dipenuhi air mata di depannya ini.
"Lick and suck it."
Seongwoo membuka mulutnya ragu. Jemari Daniel menerobos mulutnya, memaksa lidahnya untuk menari dan melumuri jemari itu dengan salivanya. Hingga dirasa jarinya sudah cukup basah, Daniel mulai menurunkan jemarinya; menyusuri epidermis Seongwoo yang dipenuhi keringat, terus turun hingga bagian selatan tubuh Seongwoo. Di depan hole milik sang bottom, Daniel mengusapkan telunjuknya pelan.
Sebelum ia sempat memasukkan salah satu sebagai awalan, Seongwoo sudah menahan lengannya. Di balik air mata yang menggenangi manik hitam Seongwoo, sebuah keraguan tersirat disana.
"Kita harus mempersiapkanmu," Daniel menepis tangan Seongwoo. "Atau kau ingin kita memulainya tanpa foreplay?"
Kalimat Daniel berhasil membuat Seongwoo bungkam. Pria kurus itu menarik tangannya menjauh, tak lagi mengganggu Daniel dan pekerjaannya.
Seongwoo takut.
Bukankah rasanya sakit?
Pertanyaan berkelebat dalam benaknya. Tanpa ia sadari, Daniel sudah memasukkan dua jemarinya sekaligus.
Oh ayolah, Seongwoo tak mau melirik keadaan di bawah sana. Ia takut. Jadi, yang ia rasakan hanya perih, ketika ia sadar Daniel sudah memasukkan jemari dalam tubuhnya.
"Ahh! A-Ah dad!"
Daniel tersenyum. Tak terlalu sulit mencari titik lemah Seongwoo rupanya. Bahkan, Daniel sudah hapal dengan letak prostat Seongwoo yang bersinggungan dengan dinding rektum hangat sang surai hitam.
Daniel menarik jarinya dari dalam sana. Erangan protes Seongwoo terselip di antara erangan atas kenikmatan yang dirasakan. Gerakan bawah alam sadar membuat Seongwoo menggerakkan pinggulnya, mencari jemari Daniel untuk kembali bergerak di dalam rektumnya.
Daniel terkekeh. "Kau tidak akan datang lagi hanya karena jariku. Remember that."
Daniel merubah kembali posisinya, mencari titik nyaman baginya dan Seongwoo. Sembari memberi kecupan-kecupan ringan pada leher Seongwoo, Daniel menurunkan celana yang ia kenakan.
"I'm ready-"
"W-wait-," Seongwoo menahan pergerakan Daniel kembali. Geraman kesal melucur dari Daniel. Pria itu menghentikan aktifitasnya yang baru saja hendak memasuki Seongwoo. For God sake, kepala penisnya sudah menempel pada hole Seongwoo!
"What the fuck?"
"I- is it hurt? Apa- dad tidak pakai k-kondom?" Seongwoo menatap Daniel, kali ini, tanpa menyembunyikan kekalutan yang melintas di pancaran maniknya. Pria itu begitu takut, dan Daniel begitu siap untuk menyetubuhinya.
Daniel mengalah, hanya untuk kali ini. Ia menghela nafasnya panjang. Kembali ia memberikan kecupan-kecupan ringan pada leher Seongwoo, mengalihkan perhatian pria di bawahnya. Dua telapaknya melepaskan ikatan pada pergelangan tangan Seongwoo, kemudian meraih telapak Seongwoo yang terasa dingin, dan menautkan jemarinya disana. Kecupannya berpindah pada bibir Seongwoo; ia melumatnya lembut, tanpa menuntut, dan memutusnya kemudian. Kala manik keduanya bertemu, Daniel memberikan kecupan singkat pada pucuk hidung bangir Seongwoo.
"Apa kau percaya padaku?"
"Y-yes, but-"
"There's no but. Yes, or no?"
"Y-yes-"
Daniel mengecup balik daun telinga kanan Seongwoo. "Aku tidak akan menyakitimu, sekalipun seseorang mengancam nyawaku."
Seongwoo terisak.
Namun ia tetap mengangguk.
Seongwoo memberikan izin pada Daniel untuk meneruskan kegiatannya.
Daniel bukan pria -sangat brengsek, hanya brengsek- brengsek yang tidak menepati ucapannya. Hell, no. Ini Kang Daniel, bukan seorang yang mengucapkan akan melindungi hanya untuk mempercepat basa basi dan segera melesakkan penisnya.
Seongwoo mengakui, Daniel memang melakukan seperti apa yang diucapkan. Pria itu masuk secara perlahan, tidak terburu, dan membiarkan Seongwoo menyesuaikan diri sejenak. Sempat, Seongwoo merasa sakit yang begitu mengerikan, seakan tubuh bagian bawahnya akan robek. Nafasnya terputus beberapa saat. Daniel yang menyadari, justru menuntun tangan Seongwoo untuk melingkari punggung lebarnya.
"Lukai punggungku jika memang sesakit itu."
Seongwoo tak melakukannya. Ia hanya melakukan gerakan ringan pada punggung Daniel, seperti mencakar tanpa meninggalkan bekas memanjang. Sialnya, libido Daniel dilambungkan semakin tinggi karena jemari Seongwoo yang kini tengah bersarang di balik surainya.
"Can I?"
"Y-yes, yes you can."
Seongwoo tidak memintanya untuk memulai secara perlahan. Tidak salah bagi Daniel untuk melesakkan penisnya semakin dalam pada rektum Seongwoo. Tanpa memberi jeda bagi keduanya untuk bernafas, Daniel terus menghujamkan penisnya di dalam sana. Berulang kali titik lemah Seongwoo ditubruk kepala penis Daniel yang semakin tebal. Saat itulah, Seongwoo akan menarik rambutnya dengan sensual, membusurkam punggungnya, dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Daniel sembari mendesah kuat.
Daniel bukan hanya mencari kenikmatannya sendiri. Tak lupa ia bermain dengan penis Seongwoo yang sudah kembali dibanjiri precum. Ia membelai organ itu pada awalnya; kini telapaknya sudah bergerak naik turun pada batang penis Seongwoo yang mulai berkedut, selaras dengan gerakan pinggulnya di bagian yang lebih rendah.
"D-dad- daddy nngh! T-there, ahh- gain, p-please mmh!"
"As you wish, dear."
Daniel menubruk prostat Seongwoo kembali. Sebenarnya, bisa saja baginya untuk menghujam prostat Seongwoo berulang. Tapi, apa itu akan menjadi hal yang menyenangkan? Membiarkan bad baby boy orgasme terlebuh dahulu?
Barulah ketika permintaan itu meluncur dari bibir Seongwoo, Daniel menghujam pada tirik yang sama. Titik yang membuat Seongwoo terus menjerit, mengerang, dan mendesah seraya menancapkan kuku-kukunya pada punggung Daniel.
Pria di bawah kungkungan Daniel tersentak dalam gerakan berantakan. Dalam hitungan detik yang tak terlalu lama, Seongwoo kembali mencapai kepuasannya, rasa nikmat yang sama seperti orgasmenya yang tadi- ah tidak, ini terasa jauh lebih... membuatnya gila. Seongwoo mengejang beberapa kali, menyemburkam sperma miliknya, meninggalkan Daniel yang menggeram kesal dan menggigit pundak Seongwoo.
"Ck. Kau benar-benar nhh memintaku untuk menyetubuhimu hingga kau kehabisan nafas?"
Seongwoo meraup nafasnya putus-putus. Masih dengan lengan terkalung pada tubuh Daniel, Seongwoo menatap Daniel melaluinya maniknya yang bergetar.
"Try me."
Seongwoo kembali menjerit setelahnya. Daniel melingkarkan telapaknya pada leher Seongwoo, menekan jalur pernafasan yang lebih muda. Seongwoo tampak tak menolak. Meski tangannya menggapai pergelangan Daniel, mencengkram perpotongan itu lemah, Seongwoo justru mendesah lebih keras.
Penis Seongwoo yang baru saja mengeluarkan sperma, dimana itu berarti penisnya masih begitu sensitif, kembali dirangsang oleh Daniel. Telapak kiri Daniel yang menganggur digunakan untuk mengocok dan mengurut penis Seongwoo tanpa henti.
Seongwoo merengek putus-putus. Air matanya kembali mengalir turun dari ekor kelopaknya. Digigitnya bibir bagian bawahnya kuat.
"N-nnah! T-too m-much, noo dad-dyhh! Uu- anggh! Hahh!"
Daniel menarik sudut bibirnya ke samping. "As you wish."
Daniel mempercepat gerakannya. Rektum Seongwoo yang mulai mengetat kembali, juga penisnya yang berdenyut samar; keduanya akan datang bersama, sebentar lagi-
"I- c-can't! AHH! D-Daniel! Da-niel daddyhh! NGGH AHNN!"
Punggung Seongwoo kembali membusur. Wajahnya yang memerah akibat tipisnya pasokan udara yang masuk memenuhi paru-parunya, terlihat begitu menggairahkan bagi Daniel.
"I'll come-"
Daniel menghentak beberapa kali dengan penuh penekanan. Hingga pada hentakan terakhir, Daniel menghentak kuat pada prostat Seongwoo.
Sperma Daniel cukup banyak memenuhi rektum Seongwoo. Sekian diantaranya mengalir turun dari celah hole Seongwoo, meski penis Daniel masih menancap di bawah sana.
Tubuh Seongwoo terasa hangat. Sperma yang Daniel tumpahkan, memberikan gelenyar panas yang menenangkan dirinya.
"Apa aku menyakitimu?"
Seongwoo menjawab melalui gelengan kepalanya.
Daniel tersenyum simpul. Kecupan-kecupan ia layangkan pada wajah Seongwoo sebelum berguling ke samping; ia tak ingin menindih Seongwoo yang sudah memejamkan matanya rapat.
"Tidurlah."
Seongwoo tak ingat apa yang terjadi setelahnya. Ia hanya merasa ada beberapa gerakan ringan pada surainya, kecupan lain pada pundaknya, rangkulan pada pinggangnya . . . Dan penis Daniel yang masih berada di dalam dirinya. Tampaknya pria Kang itu tak memiliki niatan untuk melepaskan tautan tubuh keduanya. Seongwoo sendiri sudah terlalu lelah untuk melakukan protes.
Yang ia mampu hanya menjemput mimpinya yang sudah berada satu langkah di depannya.
Dengan dengkuran halus yang mulai terdengar dari Seongwoo, Daniel menyimpulkan, pria kurus itu sudah lelah. Daniel tak ingin memaksa, walau berarti ia harus mendiamkan gairahnya yang masih berada di puncak.
Ayolah. Satu kali baginya untuk mengelurkan sperma? Itu jelas tidak cukup.
Daniel menghembuskan nafas panjang.
"Aku tidak egois untuk menyakiti apa yang membuatku jatuh cinta. Entah kau mendengar apa yang aku katakan atau tidak, tapi percayalah, aku tak akan pernah mau menyakitimu."
Satu kecupan pada tengkuk Seongwoo menjadi penutup manis ucapan Daniel. Pria itu turut memejamkan matanya, mencoba menjemput mimpi yang sudah Seongwoo lakukan terlebih dahulu.
.
.
.
* . · . â§ Ë â¦ . · . *
To be continue
* . · . â§ Ë â¦ . · . *
.
.
.
.
.
.
.
.
a/n: GA HOT YA? IYA AMPUN YEOROBUN. APALAH HASIL BERTAPA SEKIAN LAMA, TERNYATA GA SE HOT ITU.
Percayalah yeorobun, susah. Beneran susah. Saya ga tau mau ngetik apa, wong saya belum pernah ngerasain. Besok y ngerasainnya pas udah sama suami hEHEð
Jadi, kemarin saya ga sempet apdet karena saya kena WB. Iya, gara-gara chap ini! Aduh ampun dah.. Terus ya saya sekalian hiatus aja bentar. Dan jejeng, gini hasilnya.
Amburadul ya?
Iya emang;(
Udah ah aing mau nangis baca chap ini, ga nayana.
Eh, saya udah bilang belum sih Addicted bakal selesai? Habis ini? HAHAHAHAHAHAHAHHAHAHAHAAHHAHAHHAA /pasang wajah tanpa dosa/
kemudian yeorobun be lyke:
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top